Pemuda Pelopor Cari 'Permata' Kota Yogya Inovatif dan Peduli Masyarakat

 

Danurejan - Kota Yogya memanggil generasi muda yang memiliki kepeloporan dan inovasi untuk menjadi Pemuda Pelopor Tahun 2025. Pendaftaran dibuka sejak 3 Maret hingga 8 April 2024, dengan mendaftar pada link bit.ly/PPKY25. Ajang ini bertujuan mencari pemuda yang memiliki kepeloporan dan inovasi di berbagai bidang, sekaligus menjadi wadah untuk membangun kepemimpinan generasi muda.

 

Ketua Tim Kerja Pembinaan Kepemudaan Disdikpora Kota Yogyakarta, Mugi Suyatno, menjelaskan bahwa ajang ini tidak sekadar kompetisi, tetapi juga bagian dari upaya melanjutkan tradisi kepeloporan di Kota Yogyakarta.

 

“Kami ingin mencetak para pemuda pelopor baru, tetapi juga memastikan mereka terhubung dengan sejarah dan keberlangsungan Pemuda Pelopor di tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, seluruh dewan juri dan panitia pelaksana berasal dari alumni Pemuda Pelopor,” ujar Mugi saat ditemui di kantornya, Kamis (6/3).

 

Ia mengungkapkan bahwa seluruh dewan juri dan panitia pelaksana berasal dari alumni Pemuda Pelopor. Menurutnya, dengan melibatkan alumni sebagai juri, peserta akan merasa lebih dekat dan termotivasi.

 

"Kalau jurinya dari akademisi senior atau praktisi yang sudah terkenal, peserta mungkin akan merasa segan. Tapi kalau yang menilai adalah orang-orang muda yang dulu pernah berada di posisi mereka, akan lebih mudah terjalin komunikasi dan semangat berbagi," katanya.

 

Mugi juga menjelaskan empat aspek utama dalam Pemilihan Pemuda Pelopor 2025, yaitu definisi kepeloporan, kriteria peserta, bidang kepeloporan, serta metode seleksi. 

 

Dokumentasi Pemuda Pelopor 2024

 

“Pemuda Pelopor adalah pemuda yang memiliki semangat kepeloporan dalam mengembangkan potensi diri, menemukan terobosan baru, serta menjawab berbagai tantangan dengan solusi inovatif. Kepeloporan ini harus berakar pada semangat kesukarelawanan, tanggung jawab sebagai generasi penerus, serta kepedulian terhadap masyarakat,” terangnya.

 

Menurutnya, pemuda pelopor adalah mereka yang memiliki semangat kepemimpinan, inovasi, serta kepedulian terhadap lingkungan sosial. "Yang paling penting, kepeloporan mereka harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat yang konsisten dan berkelanjutan. Kemudian kami pemerintah mengakui kepeloporan mereka," tegasnya.

 

Kriteria peserta yang ingin mengikuti seleksi harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya berusia 16 hingga 30 tahun, berdomisili dan ber-KTP Kota Yogyakarta, serta memiliki program kepeloporan yang telah berjalan minimal satu tahun. Mugi juga menyebutkan bahwa ada lima bidang yang akan menjadi fokus seleksi, yaitu pendidikan, seni dan budaya, sumber daya alam dan lingkungan, pangan, serta inovasi teknologi.

 

Ketua Tim Kerja Pembinaan Kepemudaan Disdikpora Kota Yogyakarta, Mugi Suyatno

 

Sementara, Ketua Dewan Juri Pemilihan Pemuda Pelopor Kota Yogyakarta 2025 yang merupakan alumni Pemuda Pelopor, Muhammad Helmi Rahman mengungkapkan ajang ini menjadi wahana edukasi bagi anak muda untuk mengekspresikan diri, mengembangkan gagasan, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.  Menurutnya,  ajang Pemuda Pelopor hadir tidak hanya untuk mencari pemenang, tetapi juga sebagai wadah pembelajaran bagi peserta agar lebih percaya diri dalam mempresentasikan gagasan dan karya mereka.

 

“Banyak anak muda yang sudah memiliki kepeloporan, baik dalam bentuk usaha yang profitable maupun gerakan sosial. Namun, mereka sering kali belum menemukan cara untuk mengemas dan menyampaikan apa yang telah mereka lakukan,” ujar Helmi.

 

Helmi sendiri merupakan pemenang di bidang kewirausahaan dan pangan pada tahun 2013. Ia telah memberdayakan masyarakat melalui usaha angkringan sejak 2011, yang berhasil membantu hampir 148 keluarga. Atas kiprahnya, ia menerima penghargaan Insan Inspiratif Pancasila dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada 2018.

 

“Kami selalu mencari ‘permata-permata’ baru di Kota Yogyakarta, yang mungkin belum terekspos, tetapi memiliki potensi besar. Harapan kami, peserta tidak hanya mengejar juara, tetapi juga mampu mengembangkan kepeloporannya secara berkelanjutan, bahkan hingga tingkat nasional,” ujar Helmi.

 

Alumni Pemuda Pelopor, Muhammad Helmi Rahman

 

Lebih lanjut, Helmi menjelaskan bahwa pemilihan ini mencari keseimbangan antara kemampuan berpikir, berbicara, menulis, serta dampak nyata kepeloporan. “Kadang ada yang kuat dalam gagasan tapi kurang dalam penyampaian, atau sebaliknya. Melalui program ini, peserta juga diberikan bimbingan agar mereka bisa berkembang secara seimbang,” tambahnya.

 

Helmi juga berharap ajang ini dapat menjadi landasan bagi anak muda Yogyakarta untuk terus berkontribusi bagi masyarakat, tidak hanya selama lomba, tetapi juga di sepanjang perjalanan hidup mereka. “Ini bukan sekadar kompetisi, melainkan wadah pembentukan karakter dan mental. Kami ingin mereka tumbuh menjadi pemuda yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya. (Chi)