Safari Subuh di Purwokinanti, Wali Kota Apresiasi Pengelolaan Sampah di Wilayah

 

Pakualaman - Wali Kota Yogyakarta bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) kembali melaksanakan Safari Subuh di Masjid Assalam, Purwokinanthi, Kemantren Pakualaman, pada Sabtu (22/3). Kegiatan ini disambut antusias oleh jamaah dan masyarakat sekitar yang juga ikut serta dalam sholat subuh berjamaah serta rangkaian acara silaturahmi.

 

Pada kesempatan ini, Pemerintah Kota Yogyakarta juga menyerahkan berbagai bentuk bantuan untuk mendukung kegiatan di Masjid Assalam. Bantuan tersebut antara lain Rp 10 juta dari Pemkot Yogyakarta, 50 buku dari Perpustakaan Kota, masing-masing Rp 2 juta dari Baznas Kota dan BPD DIY, serta lima mushaf Al-Qur'an beserta mukena dari Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta. Selain bantuan itu, BPBD Kota Yogyakarta juga memberikan bantuan berupa sabun kebersihan untuk mendukung kebersihan masjid.

 

Ketua Takmir Masjid Assalam Iskandar mewakili seluruh pengurus dan jamaah Masjid Assalam menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas perhatian dan bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta serta berbagai lembaga terkait. 

 

“Kami sangat berterima kasih dan berterima kasih atas dukungan yang diberikan. Bantuan ini sangat berarti bagi keberlangsungan kegiatan di masjid serta upaya kami dalam meningkatkan kenyamanan jamaah. Semoga bantuan ini menjadi berkah bagi semua pihak,” ujarnya.

 

Foto bersama usai penyerahan bantuan

 

Menurutnya, Safari Subuh ini menjadi salah satu bentuk sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam memakmurkan masjid serta mempererat ukhuwah Islamiyah. 

 

“Kami mengajak seluruh warga untuk terus menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial, sehingga keberadaannya semakin bermanfaat bagi umat,” pungkas Iskandar.

 

Ia juga menceritakan sejarah panjang masjid ini telah berdiri sejak tahun 1970-an. Awalnya, kawasan Pakualaman hanya memiliki satu masjid, sehingga masyarakat berinisiatif membangun mushola yang kemudian berkembang menjadi masjid dengan fasilitas sholat Jumat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan, masjid serambi juga dibangun dan difungsikan untuk kegiatan keagamaan ibu-ibu.

 

Seiring berjalannya waktu, bangunan masjid mengalami penuaan. Atap seng yang digunakan sebelumnya menimbulkan suara berisik saat hujan dan angin kencang, sehingga mengganggu kekhusyukan ibadah. Berkat dukungan masyarakat dan para donatur, pada tahun 2013 dilakukan renovasi besar, sehingga terbangun masjid ini berbentuk joglo dari kayu jati senilai Rp 1 miliar. 

 

“Saat ini, masjid masih dalam tahap pengembangan, khususnya di bagian serambi. Rencananya, akan dibangun limasan dari kayu jati dengan ukuran 9 x 7 meter. Kami berharap ini dapat meningkatkan kenyamanan jamaah dalam beribadah,” ujar Iskandar.

 

Bangunan Masjid Assalam dengan desain Joglo full kayu jati

 

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyampaikan berbagai permasalahan yang tengah dihadapi Kota Yogyakarta, salah satunya adalah pengelolaan sampah. “Memimpin Kota Yogyakarta tidaklah mudah, apalagi dengan permasalahan sampah. Di mana-mana saya disambati soal sampah,” ujarnya.

 

Meski demikian, ia mengapresiasi peran Lurah dan Mantri di Pakualaman yang telah menjadikan wilayah ini sebagai contoh dalam sistem transportasi sampah menggunakan gerobak transporter.

 

“Pakualaman paling maju, karena warganya tidak membuang sampah langsung ke depo, tetapi melalui penggerobak,” pungkasnya.

 

Hasto juga meminta masyarakat yang mengetahui keberadaan pemulung untuk mengajak mereka menjadi pemilah atau penggerobak sampah agar sistem pengelolaan sampah lebih efektif. Selain itu, ia menegaskan komitmennya dalam 100 hari kerja pertamanya untuk membersihkan depo sampah agar tidak ada lagi tumpukan sampah. 

 

“Kami mohon agar tidak ada lagi yang membuang sampah di pinggir jalan,” tegasnya.

 

Selain permasalahan sampah, Wali Kota juga menyoroti pentingnya kualitas air bersih. Oleh karena itu, pihaknya juga memberikan saran agar menggunakan air PDAM karena banyak sumur di Kota Yogyakarta yang mengandung bakteri E. coli, yang berisiko bagi kesehatan. 

 

“Stunting juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan udara. Banyak sumur yang lokasinya berdekatan dengan WC tetangga, sehingga berpotensi tercemar,” ungkapnya.

 

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo bercengkerama dengan warga Purwokinanthi

 

Hasto menyebut untuk biaya awal pasang PDAM Tirtamarta biasanya Rp 1,6 juta, kini diturunkan menjadi Rp 500.000. Sebagai langkah konkret, pihaknya akan memperbaiki kualitas dan debit udara di kota ini. “Kami akan meningkatkan layanan PDAM agar masyarakat mendapatkan air bersih yang lebih baik,” katanya.

 

Dalam bidang kesehatan, orang nomer satu di Kota Yogyakarta ini memastikan bagi warga yang belum memiliki BPJS Kesehatan namun memiliki KTP Kota Yogyakarta akan dibiayai melalui Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) untuk kelas 3. 

 

“Kami ingin memastikan bahwa seluruh warga mendapatkan akses layanan kesehatan yang layak,” ujarnya.

 

Hasto meminta dukungan masyarakat agar layanan publik di Kota Yogyakarta terus meningkat. “Kami mohon doa dan dukungan agar layanan publik semakin baik dan kesejahteraan masyarakat terus meningkat,” tutupnya. (Chi)