Peringatan 1 Abad GKJ Mergangsan, Peduli Sesama Beri Pelayanan Sosial Jemaat

MERGANGSAN – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menghadiri perayaan 100 tahun atau satu abad Gereja Kristen Jawa (GKJ) Mergangsan pada Sabtu (22/3). Dalam sambutannya, Hasto berharap perayaan ini dapat menjadi simbol keberlanjutan gereja yang terus berkembang dan berperan penting dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama.
“Semoga pada perayaan hari jadinya yang ke-100 tahun ini, Gereja akan terus mendapat berkat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa dalam memberikan pelayanan rohani kepada umat Kristiani maupun umat lainnya di Yogyakarta untuk selalu menjaga toleransi dan menebar cinta kasih,” ungkap Hasto.
Pihaknya juga menekankan pentingnya gereja sebagai tempat yang dapat menciptakan sukacita damai sejahtera, terutama dalam membimbing generasi muda agar lebih aktif meramaikan GKJ Mergangsan dengan berbagai program yang sesuai dengan perkembangan zaman. 
Selain itu, Hasto juga mengapresiasi berbagai kegiatan rohani yang dilakukan oleh masyarakat dan umat beragama di Kota Yogyakarta yang bertujuan untuk membawa kebahagiaan dan ketakwaan.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo saat memberikan sambutan pada perayaan 100 tahun atau satu abad GKJ Mergangsan pada Sabtu (22/3).

“Perayaan ini adalah momen penting untuk mengingatkan kita bahwa gereja telah banyak berkontribusi terhadap masyarakat, baik dalam hal pelayanan rohani maupun pelayanan sosial. Gereja juga dapat menjadi pilar dalam memperkuat hubungan antar umat beragama,” tambahnya.
Hasto juga mengajak seluruh gereja dan jemaat di Yogyakarta untuk mendukung pembangunan Kota Yogyakarta ke depan, sesuai dengan visi ‘Membangun masyarakat Kota Yogyakarta yang adil, makmur, lestari, dan berkeadaban'.
Sementara itu, Ketua Peringatan 100 Tahun GKJ Mergangsan, Yahudanawa Yanukrisna, mengungkapkan sejarah berdirinya gereja tersebut. GKJ Mergangsan dibangun pada awal abad XX sebagai bentuk kepedulian terhadap penderitaan sesama, berawal dari inisiatif Sultan Hamengku Buwono VII yang memberikan kepercayaan kepada Dr. J.G. Scheure untuk merawat penderita lepra di Panti Miskin Tungkak. 

Hasto juga menyempatkan melihat sejarah GKR Mergangsan selama satu abad.

Sebagian besar penghuni panti tersebut adalah orang-orang miskin, gelandangan, dan pengemis. Tempat itu kemudian dikenal dengan nama rumah miskin atau rumah 'pakèrèn', yang kini menjadi GKJ Mergangsan.
“Dengan 19 kegiatan yang dilaksanakan sejak Maret 2024 hingga Maret 2025, kami berharap bisa mengingatkan masyarakat tentang asal-usul GKJ Mergangsan dan mengajak warga untuk lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan sosial yang ada,” ujar Yanukrisna.

Ketua Peringatan 100 Tahun GKJ Mergangsan, Yahudanawa Yanukrisna saat menjelaskan kegiatan peringatan satu abad GKJ Mergangsan.

Tema perayaan satu abad GKJ Mergangsan adalah "Biji Gandum yang Membawa Kehidupan," yang mengingatkan jemaat bahwa Tuhan Yesus adalah panutan dalam merelakan nyawa demi kehidupan umat manusia. “Seperti biji gandum yang harus mati untuk menghasilkan kehidupan, gereja diharapkan dapat terus memberikan pelayanan bagi sesama, terutama bagi masyarakat sekitar,” tambahnya.
Selain acara rohani, rangkaian kegiatan perayaan ini juga meliputi lomba, seminar bahasa Jawa, multimedia, dan olahraga, yang diharapkan dapat melibatkan lebih banyak warga dalam aktivitas gereja. Tak hanya itu, kegiatan pemeriksaan kesehatan dan pemberian bantuan sosial juga digelar sebagai bagian dari pelayanan kepada masyarakat. (Hes)