Simulasi Sekolah Tatap Muka Atasi Kendala Belajar Daring Sekolah Kejuruan

Pembelajaran yang dilakukan secara daring atau online sudah berlangsung selama hampir enam bulan. Salah satu aspek yang perlu dilakukan solusi ialah banyaknya siswa kejuruan yang terkendala dengan sistem pembelajaran jarak jauh tersebut. Anggota Fraksi Golkar DPRD Kota Yogya Yogo Prasetyo Pri Hutomo, berharap pandemi Covid-19 bisa segera berakhir karena cukup menghambat perkembangan pendidikan anak. "Ruang gerak anak didik sangat terhambat untuk dapat melakukan kegiatan belajar mengajar. Tidak semua bisa dilakukan secara optimal dengan sistem daring," tandasnya.

Dirinya mencontohkan bagi sekolah di tingkat kejuruan seperti seni musik, tari, otomotif, boga, kriya dan lain sebagainya. Pembelajaran melalui sistem daring menjadi kendala untuk maju. Hal ini karena pola pembelajaran di sekolah kejuruan lebih banyak mengedepankan praktek langsung. Meski secara teori dapat diberikan melalui online, akan tetapi untuk praktek membutuhkan sarana yang ada di sekolah. Oleh karena itu, solusi yang paling tepat ialah menyelenggarakan sekolah tatap muka khusus untuk kegiatan praktek. Tentunya hal itu pun harus tetap mengedepankan protokol kesehatan yang ketat guna menghindari potensi penularan virus Korona. "Anak-anak di Kota Yogya sekarang ini tidak ada yang tidak bisa sekolah. Sudah seharusnya sekolah tatap muka dengan protokol kesehatan mulai disimulasikan," jelasnya.

Yogo Prasetyo Pri Hutomo juga mengapresiasi upaya Walikota yang tengah menyediakan 1.280 unit wastafel ukuran besar untuk ditempatkan di sekolah-sekolah. Hal itu untuk mendukung kesiapan sarana dan prasarana lembaga pendidikan untuk menerapkan protokol kesehatan. Namun demikian, hal-hal yang bersifat teknis lainnya seperti pembatasan siswa selama di kelas atau ruang praktek serta jam pembelajaran di sekolah juga perlu diputuskan bersama. Sekolah yang memiliki kesiapan dalam menjalankan protokol seyogyanya bisa melakukan simulasi dengan pendampingan tim dari gugus tugas. Dengan begitu, dapat dievaluasi terkait apa yang perlu disempurnakan sebelum pembelajaran tatap muka benar-benar digulirkan. "Misalnya bagi sekolah yang ruangannya terbatas, maka siswa yang masuk bisa selang-seling atau jamnya bergantian. Intinya jangan sampai terjadi kerumunan dan protokol bisa berjalan dengan disiplin," usulnya. (dhi/ast)