KTD Bonjowi Inisiasi Ecotourism Kampung Sayur di Bausasran

Ada banyak cara untuk menciptakan suasana kampung agar tampak lebih segar dan sejuk. Merias pekarangan dengan menanam sayuran misalnya, namun hal tersebut sangat sulit dilakukan bagi masyarakat kota yang notabene memiliki lahan yang sempit.

Namun dengan berbagai teknik yang ada, meski hanya memiliki lahan sempit, kita tetap bisa bercocok tanam di rumah. Baik itu tanaman hias, sayur hingga tanaman yang bisa digunakan sebagai obat keluarga. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah di RT 40 RW 10 Kampung Sayur Bausasran, Danurejan, Yogyakarta.

Warga masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Dewasa (KTD) Bonjowi ini memanfaatkan lahan yang sempit yang mereka miliki untuk menanam berbagai sayuran.

Ketua KTD Bonjowi yang juga merupakan ketua RT 10 Bausasran,  Endang Wahyu mengatakan jika ide awal pencetusan kampung sayur ini adalah untuk memfasilitasi para warga yang mempunyai hobi bertani dan bercocok tanam.

“Karena warga bausasran hampir semua tidak memiliki halaman rumah maka kita memanfaatkan lahan kosong di sudut kampung untuk kegiatan bercocok tanam” katanya, Senin (8/3/2021).

 Setiap proses penanaman berbagai sayuran sangat diperhatikan oleh para anggota demi mendapatkan kualitas sayuran yang terbaik.

Ia mengungkapkan banyak yang mengira orang-orang yang hidup di perkotaan tidak bisa menanam sayuran, padahal jika mereka memang berniat pasti selalu ada jalan.

Selain itu, lanjutnya menanam sayuran ini sangat membantu para Ibu Rumah Tangga untuk mengurangi beban biaya belanja terlebih lagi bisa menjadikan lingkungan bersih dan hijau.

"Gampang dan cepat masa tumbuhnya, jadi nggak usah belanja ke pasar, tinggal petik-masak, lebih sehat karena nggak pake pestisida kimia, pengeluaran bulanan juga pasti berkurang, asalkan siklus tanamnya disusun, jadi panennya bisa gantian," ujarnya.

Ia pun berencana kedepan akan mengembangkan ekowisata di kampung tersebut, berbagai cara telah mereka lakukan, salah satunya dengan menggandeng pihak akademisi yakni dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), tentunya selama kegiatan tersebut dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran dari pemerintah.

“Program ini kami harapkan menjadi inspirasi bagi kelompok tani yang lain, terutama mengenai konsep kampung wisata. Di KTD Bonowi, mahasiswa yang menjalankan KKN benar-benar diberikan ruang untuk berkreasi dan mengekspresikan kreativitasnya lewat program-program yang terkonsep dan berbobot,” jelas Endang.

Sementara itu ketua Kelompok KKN, Matthew Raphael menyebutkan bahwa selama KKN kelompoknya menyusun program penataan kebun tanaman terintegrasi sebagai inisiasi ekowisata, mereka melihat kondisi KTD Bonjowi yang memiliki lahan sempit namun berpotensi untuk dijadikan sarana edukasi khususnya tanaman obat keluarga (TOGA).

“TOGA yang ditonjolkan adalah jenis rerumputan yang biasanya dianggap sebagai gulma, padahal memiliki segudang khasiat dan manfaat bagi kesehatan tubuh. Contohnya patikan kebo, bandotan, sirih-sirihan/sirih cina, anting-anting, rumput mutiara, dan meniran,” tuturnya.

Penyemaian dilakukan dengan media botol plastik bekas serta wall planter sebagai upaya pemanfaatan tembok sebagai lahan tanam. Perawatannya pun relatif mudah karena tanaman toga jenis ini tidak membutuhkan perhatian khusus.

Sementara untuk pemanenan bisa disesuaikan dengan kebutuhan, bisa diracik dan diramu menjadi produk yang bernilai tinggi, daunnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar batik ecoprint ataupun dikeringkan dan ditumbuk halus untuk diseduh.

“Kami juga memberikan pelatihan kepada masyarakat di KTD Bonjowi sehingga bisa memanfaatkan tanaman-tanaman yang ada supaya bernilai ekonomis. Selain itu kami membantu dalam menghitung keuntungan dan harga jual produk, sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga,” katanya.

Dalam pemasaran, lanjutnya, mereka membantu pembuatan website yakni ktdbonjowi.my.id serta akun instagram @bonjowi_4dasa untuk memperkenalkan KTD Bonjowi ke ranah yang lebih luas. (Han)