Pendidikan di Era New Normal Ala Kelurahan Terban

Pendidikan menjadi sektor terakhir yang akan dibuka dalam fase new normal. Sehingga, pembelajaran online pun masih akan berlanjut. Merespon hal ini Kelurahan Terban, Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Jogja mengajar tergerak melakukan pendampingan para siswa sekolah untuk belajar di rumah.

Lurah Terban Narotama mengatakan kegiatan ini adalah sebuah bentuk respon dalam menghadapi pandemi Covid 19 di sektor pendidikan. “Pandemi ini jangan sampai mengendurkan semangat relawan untuk mendidik. Pasalnya, di situasi seperti inilah peran para relawan di komunitas-komunitas sangat dibutuhkan anak-anak,” jelasnya, Kamis (22/4/2021).

Menurutnya terdapat berbagai keluhan yang muncul di masa SFH (school from home), seperti orangtua yang tidak bisa mendampingi karena berbagai alasan, keterbatasan sarana prasarana dan juga anak merasa libur sehingga tidak perlu belajar.

“Permasalahan itulah yang akhirnya menggerakkan kami untuk membantu mendampingi, mengarahkan dan memfasilitasi anak-anak SD dan SMP khususnya yang memiliki keterbatasan agar tetap bisa melaksanakan belajar selama masa pandemi,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, masalah lainnya adalah sistem pembelajaran daring di tengah pandemi dengan tidak siapnya guru dengan metode belajar yang baru. Kurangnya kesiapan pengajar ini membuat penyampaian materi belajar dari guru menjadi kurang optimal.

“Pendampingan ini sangat dibutuhkan karena saat pandemi Covid-19 semua kegiatan belajar menggunakan sistem online sehingga perlu penyesuaian di masyarakat,” katanya.

Selain itu dengan adanya kegiatan ini membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah tetapi, pendidikan juga menjadi tanggung jawab masyarakat.

Dalam melaksanakan kegiatan pendampingan pembelajaran, para relawan ini  juga menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Para relawan dibagi dalam beberapa tim, yang kemudian mereka mendampingi belajar. Adapun kegiatan utama para relawan tersebut adalah mendampingi belajar baca tulis hitung, dan mengaji.

“Saat sekolah di rumah dilakukan sebagian besar guru hanya merubah media pembelajaran yang awalnya ditulis di papan tulis diganti medianya melalui pesan singkat. Kondisi seperti ini membuat anak menjadi kurang enjoy saat belajar di rumah, untuk itu perlu dilakukan kegiatan yang membuat anak-anak mendapatkan pengganti pelajaran. Tetapi masih bisa dinikmati secara mandiri tidak harus didampingi oleh orangtua,” bebernya.

Sistem Belajar yang Asyik

Untuk mewujudkan pembelajaran yang asyik, para relawan kerap menyisipkan pembelajaran-pembelajaran lain seperti menggambar atau membuat permainan tradisional. Selain itu untuk meningkatkan keberanian anak, para pengajar selalu memancing mereka untuk berani berbicara di depan umum.

“Misalnya anak-anak diminta menulis pengalaman mereka selama di rumah dalam bentuk apapun, bisa cerita, puisi, dan sebagainya. Setelah itu, mereka akan diminta untuk menceritakan karyanya di depan anak-anak yang lainnya,” urainya.

Sementara agar intisari materi belajar dapat disampaikan dengan baik, mereka juga kerap menyampaikannya dengan lagu-lagu.

“Misalnya untuk mengajarkan cuci tangan kepada anak-anak, akan sangat sulit jika dilakukan secara konvensional. Pesan tak akan disampaikan dengan baik jika hanya memberikan ceramah yang membosankan kepada anak-anak,” jelasnya.

Para relawan ini juga memfasilitasi para siswa untuk berkonsultasi mengenai materi pelajaran atau tugas sekolah yang dirasa kurang paham.

Diharapkan dengan adanya relawan pendidikan di Kelurahan Terban dapat memberikan solusi bagi anak-anak saat sekolah di rumah serta bisa memberikan manfaat terutama di masa Covid-19 agar proses PPDB bisa berjalan lancar. Selain itu gerakan nyata relawan ini juga memberi ketenangan orangtua yang memang memiliki keluhan dan keterbatasan. (Han)