Pemkot Yogya Siap Jadi Percontohan Zero TB

 

Dalam upaya meminimalisir  penyebaran penyakit Tubercolosis (TB), Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Tim Zero TB UGM menyelenggarakan pemeriksaan TB di Kota Yogyakarta. Salah satunya pemeriksaan dilakukan bagi warga Sawojajar RW18 Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Rabu (19/5) di Jalan Sawojajar Yogyakarta.

Dengan menggunakan mobil yang sudah dirancang langsung oleh UGM ini, warga secara langsung dapat mendeteksi apakah warga tersebut menderita TB ataupun tidak.

Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi juga mengikuti pemeriksaan zero TB. Dengan serangkaian tes kesehatan yang dilakukan, Heroe yakin program ini akan berjalan dengan lancar.

“Dengan berbagai upaya yang dilakukan ini diharapkan mampu menurunkan angka kejadian Tubercolusis. Semoga dengan kegiatan ini dapat mencegah secara komprehensif dan masif serta intensif," ucapnya.

Heroe mengungkapkan, dengan mendukung kegiatan ini, diharapkan program Zero Tubercolusis secara menyeluruh melakukan penemuan kasus, pengobatan yang efektif, dan membantu pencegahan.

“Dengan pemeriksaan ini kita berharap dapat melakukan pengendalian Tubercolusis dan memberikan dampak positif bagi status kesehatan masyarakat serta dapat membantu memulihkan warga yang memang memiliki TB tersebut," imbuhnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, kegiatan ini sangat mendukung pemerintah di dalam mengurangi Tubercolusis. 

"Memang penyakit Tubercolusis ini di wilayah Kota Yogyakarta masih ada. Untuk masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk diharapkan benar-benar menjaga kesehatan dengan periksa secara rutin sesuai fasyankes mereka. Ini guna mencegah meningkatnya penyakit TB," ungkapnya.

Pihaknya mendukung aksi yang dilakukan Tim Zero TB ini. Ia berharap, Kota Yogyakarta mampu menjadi Zero TB kedepannya dan menjadi contoh kota lainnya.

“Oleh karena itu, kita sangat mendukung program ini agar jangan sampai muncul peningkatan penyakit TB.  Yang dimana penderitanya ketahuan hanya beberapa saja, tetapi  saat di adakan pemeriksaan kenyataan yang menderita tubercolusis banyak sekali. Ini tidak dapat diselesaikan oleh bidang kesehatan saja, tapi harus bekerja sama dengan seluruh komponen lainnya," imbuhnya. (Hes)