Penguatan Tiga Pilar Pendidikan Lahirkan Generasi Tangguh

Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi tampil sebagai keynote speaker dalam webinar memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dengan tema ”Strategi Peneguhan Karakter Dan Moralitas Nasionalisme Bangsa” yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Yogyakarta pada Kamis (20/5).  Webinar diikuti oleh Instansi, Kantor Kesbangpol se-Indonesia, guru, tokoh masyarakat, siswa, dan masyarakat umum dengan jumlah sekitar 470 orang.

Heroe Poerwadi yang menyampaikan paparannya di Ruang Yudhistira, Kompleks Balaikota mengatakan tiga pilar pendidikan karakter berada di keluarga, masyarakat dan sekolah. Dari tiga pilar tersebut  saling terkait, saling berhubungan yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang karakter seseorang.
Misalnya dalam menanamkan sikap jujur di keluarga orang tua mengajarkan kejujuran, di sekolah juga mengajarkan kejujuran dan di lingkungan masyarakat juga demikian, maka anak akan terdidik untuk bersikap dan bertindak jujur. Namun bila salah satu pilar mengajarkan yang berbeda atau tidak jujur maka anak akan menjadi bias dalam kejujuran.

“Berkaitan dengan peringatan 113 tahun Kebangkitan Nasional, saatnya kita teguhkan peran dan fungsi ketiga pilar diatas dalam pendidikan karakter. Ini akan melahirkan generasi yang tangguh, yang bangkit menjawab tantangan zamannya melalui kreatifitas dan inovasi menuju bangsa yang tangguh, “  kata Heroe.

Sementara tiga narasumber lainnya, Budi Santosa Asrori (Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta) dengan materi “Pendidikan Karakter sebagai Strategi Formal”, Marwoto Hadi (Komisi A DPRD Kota Yogyakarta) dengan materi “Nasionalisme di Masyarakat Antara Teori dan Kenyataan” dan Diasma Sandi Swadaru, dari Pusat Studi Pancasila UGM  dengan materi “Keluarga dan Proses Aktualisasi Nilai-Nilai Nasionalisme Keseharian” serta  moderator Putri Kumala Devianti (Diajeng Kota Yogyakarta). Para narasumber menyampaikan materinya di Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta.

Budi Santosa Asrori menuturkan pendidikan karakter adalah ruh dari pendidikan sedangkan pendidikan akademik adalah pengungkit dari kemampuan yang telah dimiliki oleh setiap individu.
Saat ini dengan adanya pandemi kegiatan belajar mengajar jadi terhambat dimana kegiatan pembelajaran tatap muka ditiadakan. Padahal pembelajaran tatap muka sangat diperlukan karena melalui tatap muka terjadi interaksi antara pendidik dengan siswa, siswa dengan lingkungan pendidikan dan dari interaksi tersebut akan terjadi proses pendidikan karakter siswa.

“Mudah-mudahan stelah dilakukan uji coba tatap muka terbatas pada jenjang SD, SMP, SMA/SMK maka  pada tahun ajaran baru berikutnya kita sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka,” papar Budi.

Marwoto Hadi, menjelaskan dewasa ini pengaruh globalisasi telah mengikis kadar nasionalisme kita, bahkan untuk sekedar mengibarkan bendera merah putih di halaman rumah ketika peringatan kemerdekaan Republik Indonesia tidak semua warga memasang bendera merah putih tersebut.
Kondisi tersebut haruslah segera diantisipasi dengan kembali meneguhkan kesadaran bersama dalam, berbangsa dan bernegara yang di awali dari diri kita, keluarga kita dan lingkungan kita melalui suri tauladan. (Ant)