LOCKDOWN

#Siap Selamatdari Corona ala Semaki

Kata *Lockdown* dalamsemingguterakhirmerupakan issue yang sexy dalam perbincangan berbagai kalangan, dari pejabat tinggi sampai petani, dari obrolan café hingga pedagang pasar penjual tempe. Keresahan dan ketakutan terhadap kata *Lockdown* menjadi fenomena tersendiri di kalangan warga yang merasa berat menjalani hari-hari tanpa bisa mencari rezeki. Kota mati dan mencekam tanpa ada mobilitas warga, tidak ada penjual sayur keliling, tidak ada tukang listrik yang memperbaiki saat ada kerusakan instalasi listrik dirumah. Keadaan seperti itu ada dalam bayangan dan menakutkan bagi Sebagian orang.

Bagi kaum berada yang punya sumberdaya berlebih (kaya) bisa dengan gampang menumpuk kebutuhan makan dan keperluan sehari-hari dirumah, sehingga berapa lama lockdown dilakukan bukan menjadi masalah berarti. Tidak demikian dengan Sebagian masyarakat yang berada pada posisi kerja hari ini hanya cukup untuk makan hari ini, menyimpan stok makanan hanya ada dalam mimpi.

Perbedaan tersebut bukan tanpa solusi, *lockdown* perlu direncanakan dan disiapkan dengan matang, peran seluruh komponen masyarakat sangat penting untuk mewujudkan tujuan dilakukan lockdown. Tujuan utama pemberlakuan lockdown adalah untuk menghentikan laju penyebaran covid-19. Membatasi mobilitas warga dengan ketat adalah Langkah yang harus diambil disaat penyebaran virus covid-19 tidak dapat terkendalikan lagi. Ukuran Utama penyebaran virus sudah terkendali dihitung berdasarkan Efektif Reproduction Number (Rt) < 1 selama 2 mingguterakhir. Secara teori Rt (jumlah penularan efektif pada kasus sekunder di populasi), nilai di bawah 1 merupakan indikasi bahwa wabah sudah terkendali dan jumlah kasus baru semakin berkurang. Rt harus dihitung pada wilayah administratif yang tidak terlalu besar dan memiliki variabilitas yang tinggi. Perhitungan dapat dilakukan pada tingkat Kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan. Nilai Rt sangat tergantung jumlah kasus absolut, pada kasus yang tinggi> 100 perhari pengurangan 5-10 kasus tidak terlalu bermakna secara absolut, tetapi nilai Rt menjaditurun< 1, pada kasus dengan trend fluktuatif nilai Rt tidak relevan untuk dilakukan. Nilai Rt menjadi acuan terbaik setelah puncak kasus terjadi dan menilai program penanggulangan untuk mencegah terjadinya peningkatan baru dari pandemi. Karena itu selain nilai Rt, penilaian kualitatif juga dilakukan sebagai pelengkap/pendukung dengan beberapa kriteria, atau jika data surveilans tidak memadai untuk menilai Rt yang akurat untuk menilai apakah pandemic telah terkendali.

Apabila nilai Rt sudah tinggi, keputusan Tindakan lockdown adalah solusi yang paling tepat, hanya saja bagaimana Langkah-langkah lockdown yang efektif dan menyenangkan? #Siap selamatdari Corona ala Semaki akan membahas Langkah-langkah lockdown sebegai berikut:

  1. Libatkan seluruh komponen masyarakat untuk mengambil keputusan, paparkan data-data real tentang peningkatan kasus baru dalam satu wilayah kepada tokoh-tokoh masyarakat, kelompok pelaku ekonomi, relawan dan tokoh agama setempat.
  2. Identifikasi potensi konflik *anti lockdown* secara detil sampai pada individu dalam komunitas, satu atau dua orang yang berseberangan dengan keputusan lockdown akan mempengaruhi hasil, mengingat saat ini media komunikasi online sudah tidak bisa dibatasi lagi. Potensi saling mempengaruhi akan sangat besar, sehingga masing-masing individu harus diberi pengertian sehingga mampu menerima keputusan lockdown. Peran kepala wilayah, TNI dan Polri sangat dibutuhkan dalam proses ini.
  3. Identifikasi sumberdaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan lockdown, Kebutuhan minimal untuk warga secara umum adalah kebutuhan dasar berupa makan, air bersih dan tempat tinggal. Bagi sebagain anggota masyarakat tidak kalah pentingnya adalah kebutuhan obat medis bagi penderita penyakit tertentu, kebutuhan untuk balita seperti susu, diapers dan makanan tambahan. Kebutuhan ini perlu disediakan dan dihitung dengan cermat sehingga tidak terjadi pemborosan sumberdaya.
  4. Identifikasi potensi sumberdaya di wilayah, utamakan terlebih dahulu keperluan-keperluan sebagaimana tersebut point 3 dipenuhi oleh pelaku ekonomi di wilayah bersangkutan. Optimalkan sumberdaya ekonomi wilayah sehingga roda ekonomi wilayah masih tetap berjalan.
  5. Optimalkan potensi relawan pendamping, setiap warga yang terpapar covid-19 sangat membutuhkan untuk diperhatikan, karena hanya dengan perhatian itu maka tingkat kesembuhan terbukti naik. Pembahasan pendamping ini dikupas lebih di: https://semakikel.jogjakota.go.id/detail/index/15303
  6. Sepakati Batasan lockdown Bersama warga, perlu disepakati sebatas mengurangi mobilitas warga atau secara ketat menutup setiap pintu rumah, hal ini perlu disepakati Bersama.
  7. Sepakati batas akhir lockdown beserta target penurunan kasus, kapan dimulai dan kapan diakhirinya lockdown harus dilalui dengan berbagai parameter yang disepakati Bersama jauh hari sebelumnya, sehingga warga akan tahu kapan lockdown dimulai dan apa yang perlu dipersiapkan. Prosentase warga terpapar atau peningkatan kasus baru dalam satu wilayah perlu disepakati jumlah untuk lockdown, sementara berakhirnya lockdown juga perlu disepakati seberapa besar penularan dan prosentase penurunan kasus baru. Penghitungan dan pencermatan Efektif Reproduction Number (Rt) menjadi penting dalam penentuan Batasan awal dan akhir lockdown ini.

Lockdown adalah pil pahit yang harus ditelan disaat kondisi sudah mengharuskan dilakukan. Menghindar dari  lockdown hanya bisa dilakukan dengan penerapan protocol Kesehatan 5M dengan disiplin oleh masing-masing individu dalam komunitas.

#Siap Selamatdari Corona ala Semaki

(SURYA-A0216)