Kirab Seribu Apem Budaya Tahunan Warga Gondolayu

Jetis-Ratusan warga Kampung Gondolayu Lor, Cokrodiningratan, Jetis Yogyakarta menggelar kirab saparan. Dalam acara tersebut warga mengarak 1000 kue apem dan lemper dalam bentuk gunungan, Minggu (10/09/2023).

Ketua panitia acara tersebut, Dwi Nuryanto mengatakan acara ini merupakan kriab budaya tahunan ke 13 yang digelar oleh warga Kampung Gondonglayu Lor. 

"Warga pertama kali menggelar acara kirab budaya ini pada tahun 2010, Alhamdulillah acara ini bisa kita uri-uri sampai sekarang," katanya di lokasi.

Ia membeberkan apem dan lemper sengaja dipilih karena dalam filosofi Jawa apem sebagai simbol ampunan dan lemper yang terbuat dari beras ketan bermakna mempererat persaudaraan.

"Apem berasal dari bahas Arab Afuwwun yang bermakna ampunan atau sikap saling memaafkan. Dengan kedua simbol tersebut kami berharap agar masyarakat Gondolayu bisa lebih erat persaudaraannya dan tidak ada permusuhan karena sikap yang saling memaafkan," ungkapnya.

Selain itu, lanjutnya, kirab budaya ini juga bertujuan untuk menolak bala. Melalui acara ini masyarakat juga diharapkan bisa menjadi semakin dekat lagi dengan Sang Pencipta.

Ratusan warga Kampung Gondolayu Lor, Cokrodiningratan, Jetis Yogyakarta menggelar kirab saparan.

Kirab ini dilepas oleh Penjabat Wali Kota Yogya, Singgih Raharjo. Orang nomor satu di Kota Yogya ini pun sangat mengapresiasi dan menyambut baik kirab tersebut.

Menurutnya selain dapat semakin mengukuhkan Gondolayu Lor sebagai salah satu Kampung Budaya, kegiatan ini juga dapat menjadi salah satu daya ungkit ekonomi bagi masyarakat serta pengenalan potensi yang dimiliki.

"Kirab ini merupakan simbol kelestarian budaya Jawa yang menjunjung tinggi nilai-nilai syiar ajaran Islam, serta tentunya sebagai sarana untuk menggali potensi budaya dan pariwisata di Kota Yogya," katanya.

Selain mengirab gunungan apem dan lemper, warga juga menghadirkan ogoh-ogoh atau manusia raksasa. Ogoh-ogoh ini disimbolkan sebagai kemurkaan dan hawa nafsu.

Untuk rutenya, kirab ini melalui beberapa ruas jalan seperti Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Pakuningratan, Jalan Asem Gede, dan berakhir di Lapangan Mbabrik Gondolayu Lor.

Setelah apem dan lemper dikirab keliling kemantren, kedua gunungan ini diperebutkan oleh warga tepat ketika sampai di lapangan tersebut. (Han)