Pelestarian Budaya Mitoni Sesuaikan Perkembangan Zaman

 

Mantrijeron - Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta terus berupaya melestarikan nilai-nilai adat dan tradisi sebagai peninggalan dan warisan dari leluhur salah satunya melalui upacara adat daur hidup mitoni. Kegiatan Workshop Upacara Adat Daur Hidup Mitoni dilaksanakan di Alana Hotel, Senin (19/2).

 

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan  fase mengandung atau hamil dalam kebudayaan jawa, terdapat banyak adat dan tradisi salah satunya adalah Mitoni atau ketika kehamilan berusia tujuh bulan. Pada hakikatnya, tradisi ini untuk memohon keselamatan bagi si anak dan si ibu agar lancar dalam melewati proses kelahiran serta  memohon kebaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar si anak kelak menjadi anak yang berperilaku baik dan berbakti pada kedua orang tua.

 

 

“Melalui kegiatan Upacara Adat Daur Hidup Mitoni ini, kami berharap dapat mengedukasi dan mendorong masyarakat untuk turut melestarikan,” ujarnya.

 

Yetti mengatakan masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam melestarikan kebudayaan dan tradisi yang ada di Kota Yogyakarta. Menurutnya proses pelestarian ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan perkembangan zaman namun tidak meninggalkan esensi adat tersebut.

 

“Kami mengajak ibu dan bapak perwakilan dari Rintisan Kelurahan Budaya (RKB), Kelurahan Budaya (KB) dan Komunitas Perias Pengantin se Kota Yogyakarta untuk berpartisipasi agar masyarakat tertarik untuk melestarikan dan bisa jadi untuk meningkatkan perekonomian,” jelasnya.

 

Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti pada pertemuan workshop namun dapat dilanjutkan dan terlaksana di wilayah Kota Yogyakarta.

 

“Harapannya setelah pertemuan ini harus terus berkelanjutan dan bisa dikembangkan di wilayah masing-masing. Kemudian upacara adat ini bisa meningkatkan daya tarik wisata di Kota Yogyakarta, bisa saja tidak hanya dilaksanakan masyarakat tapi bisa menampilkan teatrikal upacara mitoni,” tuturnya.

 

Sementara itu, salah satu peserta dari RKB Wirogunan Enirum Astutianingsih merasa senang adanya kegiatan ini. Menurutnya, workshop ini memberikan pengetahuan tentang kebudayaan yang selama ini masih terdapat perbedaan.

 

“Kami dari RKB Wirogunan sudah berencana untuk memberi workshop juga kepada teman-teman agar lebih paham mulai dari tata cara dan hal-hal pakem lainnya agar kalau ada ibu hamil di wilayah kita bisa sama-sama saling membantu mengadakan mitoni,” ujarnya. (Chi)