Jogja Kembali Sabet Predikat Kota Cerdas

Kota Yogyakarta berhasil meraih penghargaan sebagai Kota Cerdas versi Harian Kompas melalui penilaian berdasar Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018. Sebelumnya, Kota Yogyakarta juga berhasil meraih penghargaan yang sama pada tahun 2015. Penghargaan diterima pada hari Rabu (9/1) pagi di Jakarta. Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, orientasi Pemkot dalam mengembangkan Kota Cerdas bukan sekedar untuk mendapat penghargaan, melainkan bagaimana pemerintah bersama dengan semua stakeholder memberikan dampak nyata bagi masyarakat.  

“Prinsipnya, bagaimana secara bersama-sama kita bisa menjadikan Yogyakarta menjadi kota yang lebih nyaman, aman, dan bersih. Pelayanan publik lebih sederhana, lalui jelas secara waktu dan biaya dengan memanfaatkan teknologi informasi” Tutur Walikota

Lebih lanjut, Walikota mengungkapkan, ke depannya aspek ekonomi juga akan diupayakan didukung dengan perangkat yang mewakili kemajuan teknologi demi lebih bisa memudahkan pelayanan,

“Beberapa yang sudah diterapkan Pemkot antara lain e-retribusi pasar tradisional, e-tax untuk palyanan pajak daerah dan perizinan online,” Imbuh Walikota.

Penghargaan IKCI diberikan kepada kota yang dinilai berhasil menerapkan konsep kota cerdas berdasarkan penilaian dan pembobotan enam dimensi yang dikembangkan oleh Boyd Cohen, pegiat kota cerdas internasional. Keenam dimensi tersebut meliputi lingkungan cerdas, mobilitas, pemerintahan, ekonomi, masyarakat, dan kualitas hidup.Yogyakarta sendiri berhasil meraih peringkat ketiga dari 57 kota untuk kategori kota sedang dengan skor 58,96. Skor terbanyak didapatkan dari aspek masyarakat dengan nilai 14,9 sementara aspek kualitas hidup dan lingkungan mendapat nilai 10,21 dan 8,24. Untuk aspek ekonomi, pemerintahan dan mobilitas Kota Yogyakarta mendapat nilai 6,30, 5,59, dan 5,93.

Disampaikan oleh Ninuk Mardiana selaku Pemimpin Redaksi Kompas, IKCI merupakan apresiasi bagi kota yang berhasil menerapkan konsep kota cerdas, selanjutnya pemenang IKCI 2018 diharapkan dapat member inspirasi kota lain agar ikut bergerak mencari solusi permasalahan perkotaan.

“Kota akan menjadi tujuan terakhir dalam pergerakan manusia. Saat ini 50 persen penduduk Indoensia tinggal di perkotaan, perkembangan yang secara almaiah terjadi itu harus disertai pengelolaan kota yang mumpuni bagi warga” ujarnya.

Sementara, Ridwan Sutriadi, Ketua Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah Institut Teknologi Bandung yang juga juri IKCI 2018 mengatakan, dalam 50 tahun terakhir ini  urbanisasi di Indonesia berkembang pesat sehingga investasi tidak hanya datang di kota kategori metropolitan (berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa) tapi juga kota menengah (kota dengan penduduk 100 ribu hingga 500 ribu jiwa) dan kota kecil (penduduk kurang dari 100 ribu jiwa)

“Investasi masuk itu perlu diikuti pengelolaan cerdas dan tepat sasaran sehignga menyejahterakan warganya” Katanya.