Gubernur Apresiasi Gelaran Wayang Jogja Night Carnival

Perhelatan Wayang Jogja Night Carnival yang digelar di Tugu Pal Putih dan sekitarnya, Sabtu, (07/10/2017) malam  mendapat apresiasi dari Gubernur DIY Sri Sultan HB. X. Menurut Sri Sultan HB. X pelaksanaan gelaran Wayang Jogja Night Carnival memiliki pesan yang bermakna.

Perhelatan Wayang Jogja Night Carnival  bermakna kultural, kareana sebagai wahana  instrospeksi diri, sudah sampai dimanakah kita sudah mencapai tema Bersama Membangun Jogja.  Secara historis Wayang Jogja Night Carnival bermakna meretrospeksi, merefleksi sejarah kota  selama 261 tahun.  “Apakah berada di tapak jalan lurus dengan tekad golong gilig menuju Hamayu hayuning Bawono. Untuk membangun harmoni kehidupan kota dan warganya yang berkualitas,” ujar Sultan. Menurtnya, dua pertanyaan itu layak disampaikan ke hadapan publik karena warga kota Yogyakartalah yang berhak menilainya.

Secara spiritual Wayang Jogja Night Carnival menggambarkan perjalana dari Tugu ke Kraton yang menunjukkan ‘Parang’ tujuan kesempurnaan hidup manusia terhadap sang khalik.  “Teks itu hendaknya dibaca dengan konsentrasi mendalam sawiji untuk membangkitkan greged agar gumregah tertuju tercapainya wujud visi kota,” tambah Sultan.  Dikatakan, Tugu juga dimaknai sebagi simbol golong gilig semangat manunggaling kawulo Gusti baik secara Horisontal maupun secara Vertikal.

Sultan mengingat kembali saat pembukaan Festival Jogjakarta pada tahun 1999 yang digelar di area Tugu dan  dikemas dengan kolaborasi citarasa seni dengan menggunakan teknologi multimedia. “Hari ini 07 Oktober 2017 kita merayakan puncak peringatan hari jadi kota Jogja ke-261 dengan gelar Wayang jogja Night Carnival, seakan mengulang peristiwa budaya 18 tahun lalu. Pesa Rakyat yang mewadai ekspresi kreativitas dan inovasi seni layak diapresiasi. Karena melibatkan seluruh elemen warga kota Jogja,” ungkap Sultan.

Sultan berharap  tontonan ini memberikan hiburan sekaligus melepas penat bagi warga Kota Yogyakarta akan masalah kehidupan yang melilit mereka dan menggugah kecintaan warga akan budaya. “Harapan kita,   warga lepas sejenak dari kepenatan akan masalah kehihidupan yang menghimpit juga menggugah kecintaan kita terhadap kebudayaan istimewa yang menjadi milik kita,” ujarnya. Sultan menambahkan meskipun adanya tarik menarik kepentingan  yang terjadi di masyarakat, hendak  kepentingan publik yang slalu dikedepankan.

Ditambahkan, sekarang ini Pemerintah berusaha  membeli dan merenovasi  bangunan heritage, membakukan dan membukukan  seni budaya tradisional untuk dikembangkan secara kreatif. Juga,  Seni kerajinan terutama batik dibuatkan museum untuk pembelajaran dan pengembangan agar menjadi trend setter mode dunia. Kantong kantong budaya yang memuat tradisipun dihidupkan kembali di desa budaya dan desa wisata.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta juga memberi apresiasi atas prakarsa Pemerintah Kota Yogyakarta dalam usaha menciptakan suasana kota  yang lebih berbudaya, aman dan nyaman. Gubernur juga mengapresiasi perhelatan seni Wayang Jogja Night Carnival serta rangkaian kegiatan HUT ke-261.  Hal ini berdampak pada terciptanya Kota Yogyakarta yang lebih berbudaya, aman dan nyaman.

Sementara itu Walikota Yogyakarta H. Haryadi Suyuti mengatakan bayak hal sudah dikerjakan selama peringatan HUT Kota Jogja ke-261 ini. Kemeriahan dan wujud syukur atas usia 216 tahun Kota Yogyakarta sudah dimulai dari tanggal 7 September 2017.  Terdapat 18 kegiatan yang melibatkan komunitas hobi seperti garebeg vespa, fun bike, festival kopi, panjat pinang, garebeg pasar dan lainnya.  

Beberapa acara yang telah dilaksanakan salah satunya adalah kegiatan Selasa Wage yang diselenggarakan di sepanjang Jalan Malioboro. Hal ini sebagai komitmen menjadikan Jogja lebih baik lagi melalui peran aktif seluruh pedagang kaki lima membersihkan Malioboro, guna memberikan sedikit ruang untuk bernafas dan menyegarkan kembali atmosfer keindahan Malioboro. Kami bersyukur pada pelaksanaan perdana Selasa Wage atau Reresik Jogja diikuti sekitar sedikitnya 1000 orang.

Selama sebulan penuh juga dilaksanakan kegiatan Pentas Seni Kewilayahan di 14 Kecamatan dengan menggelar 42 panggung kesenian, 348 jenis pertunjukan, 6.440 pelaku seni, 620 UMKM, dan ditonton oleh kurang lebih 60.000 penonton.

Dalam sambutannya Walikota mengatakan ratusan tahunn yang lalu kota Yogyakarta merupakan daerah hutan belantara yang sepih, namun kini telah berubah menjadi kota yang nyaman dan tenang hidupnya. Itulah semangat dan spirit hidup  yang semakin kuat, penuh inspirasi, penuh ide , gagasan yang kreatif, hidupnya lebih murup atau menyala. Itulah mengapa warga Jogja bisa hidup guyub rukun, gotong royong dan mandiri.

Sinergi 5-K

Untuk membangun Kota Yogyakarta dibutuhkan keterlibatan dari berbagai elemen masyarakat, komunitas, perguruan tinggi sesuai dengan perannya masing-masing untuk ikut libat dalam proses pembangunan di Kota Yogyakarta ini. “Kita menyebutnya dengan sinergi lima 5-K yakni Kampung, Komunitas, Korporat, Kampus dan Pemerintah Kota. Yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Gubernur dan Wakil gubernur sehingga ditambah dengan satu hal lagi yaitu Kraton atau dalam kepemerintahan K-nya adalah Kepatihan. Jadi kalau sinergi kalau disampaikan adalah 5-K plus K” terang Walikota.

Perhelatan Wayang Jogja Night Carnival dihadiri pula oleh Plt.Walikota Tegal, Walikota Banjar, Wakil Walikota Jakarta Utara, Wakil Walikota Ambon, Wakil Walikota Serang, Wakil Walikota Salatiga, Wakil Walikota Semarang dan perwakilan pemerintah Kota Jakarta Barat, Kota Bandung,  Kota Cimahi, Kota Sukabumi, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Cirebon. (@mix)