Akhiri MPLS Siswa SMK.Negeri 4 Yogyakarta Diajak Kunjungi Museum

Mengakhiri masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) sebanyak 576  siswa kelas 1 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Yogyakarta diajak mengunjungi Museum Perjuangan yang berada di Jl. Kol. Sugiyono Yogyakarta, Jumat(22/07/2016) pagi.

Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan Ellias, S.Pd, M.Eng, saat ditemui di museum Perjuangan menjelaskan kegiatan  mengunjungi salah museum merupakan kegiatan yang mengakhiri masa pengenalan lingkungan sekolah bagi para siswa kelas 10. “Mengakhiri kegiatan ini anak-anak dikenalkan dengan salah satu museum yang ada  di Yogyakarta. Karena letak SMK Negeri 4 Yogyakarta berdekatan dengan museum Perjuangan maka  kita pilih untuk kesini,” ujar Ellias.

Ellias mengatakan alasan mereka mengunjungi museum di akhir kegiatan MPLS adalah untuk menanamkan jiwa patriotisme para siswa. “Supaya anak anak-anak memiliki rasa kebangsaan, cinta kepada tanah air. Kita kenalkan juga bagaimana para pejuang Nah, salah satunya dengan cara seperti ini, kita kenalkan bahwa para opendahulu kita itu berjuang dengan sangat luar biasa untuk kemerdekaan bangsa ini (Indonesia)” tambah Ellias.

Ditambahkan selama 4 hari (Senin-Kamis) masa pengenalan lingkungan sekolah para siswa diajak untuk mengenali lingkungan sekolahnya. Para siswa diajarkan bagaimana belajar secara efektif, menaati tata tertib sekolah, etika pergaulan di sekolah maupun di masyarakat. Pihak sekolah (SMKN.4) juga mengundang pemateri dari luar  seperti Kepolisian untuk mengajarkan  etika berlalu lintas, Komisi HAM untuk mengenalkan  kepada siswa akan  hak dan kewajiban mereka.

Para siswa juga diajarkan  bagaimana menolak hal yang  negatif seperti Korupsi, Narkoba, pergaulan bebas, dan pengenalan akan kesehatan reproduksi. Untuk hal ini pihak sekolah bekerjasama dengan BNN dan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. “Harapannya  ketika anak masuk di SMKN.4 Yogyakarta ini, paling tidak ada pembekalan. Sehingga mereka bisa  mengikuti kegiatan belajar dengan baik,” harap Ellias.

Dengan adanya Permen terbaru tidak ada kekerasan di Sekolah. Kekuatiran akan adanya tindakan  kekerasan lain saat proses pengenalan lingkungan sekolah berlangsung, Ellias menegaskan, hal itu  tidak terjadi di lingkungan sekolahnya, karena semua panitia adalah para guru. Sedangkan, para siswa senior yang dilibatkan hanyalah siswa yang diseleksi saja dan kegiatan para siswa itu hanya sebatas administratif. “Semua panitia guru. Siswa hanya yang selektif saja dan mereka hanya sebatas administratif. Jadi, semuanya dijamin tidak ada kekerasan. Tidak terjadi yang nekoneko,” tambah Ellias.

Dijelaskan jumlah siswa kelas 10 yang mengikuti MPLS  sebanyak 576 siswa yang terbagi kedalam 18 rombongan belajar (Rombel). Usaha Perjalanan Wisata (UPW) ada 2 kelas atau Rombel, Akomodasi Perhotelan (2), Jasa Boga (4), Patiseri (2) Tata kecantikan Rambut (2), Tata kecantikan kulit (2) dan Tata Busana (4).

Ellias menambahkan bahwa jumlah keseluruhan siswa didik kelas 10-12 yang belajar di SMK Negeri 4 Yogyakarta sekarang ini kurang lebih sebanyak 1600 siswa.

Sementara itu, Rifki Rasnan Duha, Ketua OSIS SMKN. 4 Yogyakarta  menambahkan selama MPLS berlangsung adik adik kelas mereka melakukannya dengan senang hati. “Selama MPLS semua berjalan dengan baik. Tanpa ada kekerasan. Adik adik menjalankan dengan senang hati, enjoy, tanpa ada tekanan,” ujar Rifki  yang juga ikut membantu para guru mendampingi adik adik kelasnya.  

Rifki bercerita para siswa baru dimintai memberikan kesan dan pesan mereka dalam mengikuti MPLS. “Hampir 90 persen dari mereka mengatakan senang  dan menikmati. Hampir semuanya positif,” tambah Rifki.

Hal  kunjungan ke museum bagi para siswa menurut Rifki memberikan dampak positip yakni menanamkan rasa cinta kepada museum. “Ada manfaat besar untuk kami. Biar kami lebih cinta dan senang datang  ke museum. Jangan cuma ke mall atau supermarket,” ibuhnya.

Hal senada juga diakui oleh Dwi Sulistiani, siswi kelas 10 jurusan Tata Busana. Dirinya merasa senang karena mendapatkan banyak  hal baru, baik ilmu maupun teman. Dikatakan selama MPLS dirinya dapat mengikuti dengan baik dan penuh antusias. Hal ini diakui karena para senior yang tergabung dalam kepanitiaan  MPLS berlaku baik terhadap mereka.”Senang. Kakak kakak seniornya baik baik semua. Tidak galak. Materinya juga menarik,”ujar  Tia, panggilan  Dwi Sulistiani.

Para siswa dipandu oleh petugas Museum Perjuangan Yogyakarta melihat isi museum. Sebelumnya petugas menjelaskan secara rinci apa saja yang ada di museum tersebut. Para siswa mencatat semua yang didenagr dan dilihat, karena seusai kunjungan ke museum mereka diwajibkan mengumpulkan hasil kunjungannya kedalam sebuah laporan tertulis. Hasil tulisan ini kemudian akan dijadikan buku oleh pihak sekolah. (@mix)