BIFA KREASI DARI COBA-COBA JADI ANDALAN

 

Sampah tak selamanya hanya bisa teronggok di bak penampungan sampah, atau dijual begitu saja kepada pengepul. Dengan sentuhan kreativitas, sampah di tangan seorang Ida Herawati, bisa menjadi produk fashion misal rompi, pernik-pernik cantik dan berbagai macam tas, payung, tempat tissu, alas dan tutup gelas. Apapun bisa dibuat tergantung dari permintaan konsumen.

Ida adalah warga Kota Yogya yang mengolah sampah menjadi produk bernilai tinggi. Lewat Toko Bifa Kreasi yang berada di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, produk Ida dikenal berkualitas dan salah satu yang terbaik sehingga tak heran bila pelanggannya tersebar sampai luar Pulau Jawa.

Usaha pengolahan limbah ini memiliki prospek yang menjanjikan terbukti Ida sampai kuwalahan untuk memenuhi pesanan. Hal dulunya hanya mencoba, saat ini malah mampu mensejahterakan keluarganya.

“Awal mula bisnis ini karena keinginan coba-coba pada tahun 2013. Namun setelah mengikuti pelatihan oleh sebuah LSM tentang cara mendaur ulang sampah dan barang bekas, saya menjadi semakin serius berkreasi. Tidak butuh waktu lama untuk kemudian mantap menjalankan usaha mengolah limbah karena prospeknya bagus” ujar Ida.

Meski sudah 2 tahun menjalankan usaha, Ida masih menemui sejumlah kendala produksi. Seperti kecukupan bahan baku kawul yaitu bungkus-bungkus bekas makanan, minyak, sabun yang dibersihkan dan kemudian digunting-gunting yang belum bisa mengimbangi banyaknya permintaan.

"Saya sebenarnya rutin mendapat pasokan bahan kawul dari bank sampah-bank sampah di Kelurahan Bener. Namun karena permintaan semakin banyak, kawul juga di datangkan dari Sleman dan Bantul," ungkapnya.

Sudah banyak produk – produk yang di hasilkan dari tangan terampil Ida. Untuk membuat tas, Ida memberikan perbedaan antara tas miliknya dengan tas dari produsen lain. Ida memilih menggunakan bahan kain organdi, kemudian kain dipotong sesuai pola. Setelah itu, kain organdi tadi disambung dengan vinyl dan lainnya, hingga menjadi tas.

"Cara merawat tas dari bahan daur ulang ini cukup dilap dengan kain basah. Jangan dicuci, setelah dilap kain basah, dijemur sebentar atau diangin-angin supaya tidak lembab," paparnya.

Sementara untuk membuat sebuah rompi, ia membutuhkan sampah plastik seperti kresek, bungkus mie instan atau deterjen.

Sebuah rompi dijual seharga Rp75.000, sedangkan untuk tas dibanderol Rp65.000. Produk karyanya juga diminati oleh pembeli di Kalimantan dan Sulawesi, biasanya digunakan sebagai sovenir seminar.

Ia menerangkan, usaha yang ia rintis ini pernah mendapat bantuan dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogya berupa sebuah mesin jahit. Kini, Ida dibantu oleh tiga orang karyawan.

Namun demikian ia tetap memiliki harapan, agar produk dan usaha yang ia rintis semakin maju dan laris. Serta bisa diekspor ke banyak negara lain. Karena sementara ini, baru Malaysia, dan Singapura yang menjadi negara tujuan ekspor produk kreatifnya ini. (Han)