Warga Demangan Bangun Kebersamaan Melalui Cocoktanam

Kencangnya laju modernisasi merupakan hal yang tak dapat dihindari lagi. Di satu sisi, modernisasi memberikan kesempatan bagi berbagai hal untuk berkembang, namun di sisi lain ada pula yang harus tergerus oleh arus modernisasi. Salah satu yang tergerus oleh modernisasi adalah lahan pertanian. Modernisasi telah menggeser pola hidup masyarakat dari agraris menjadi masyarakat konsumen.

Pergeseran tersebut lumrah terjadi di kota-kota besar, termasuk Yogyakarta. Yogyakarta sebagai kota yang perekonomiannya tumbuh dari bidang pariwisata dan pendidikan mau tak mau terpaksa menggerus lahan pertanaian. Dari 200 Ha lahan pertanian yang pernah di miliki Yogyakarta, lahan tersebut terus menyusut hingga sekarang tersisa 65 Ha atau hanya 2 % dari total wilayah di Yogyakarta.

Seklias hal tersebut merupakan hal yang memprihatinkan karena di tengah urgensi untuk melaksanakan ketahanan pangan, Kota Yogyakarta bisa dikatakan minim lahan pertanian sehingga harus mengekspor bahan pangan dari wilayah lain, namun ternyata kondisi tersebut tersebut justru mampu memotivasi sebagian warga Kota Yogyakarta untuk tetap berkreasi dan berinovasi dalam bercoocktanam, seperti apa yang dilakukan oleh warga RW 05 Kelurahan Demangan.

Posisinya yang strategis telah menjadikan Demangan sebagai wilayah yang  cukup sibuk dengan kehiruk-pikukan a la kota besar. Walau demikian, ternyata hal tersebut tak menyurutkan warga RW 05 Demangan untuk membangun ketahanan pangan secara mandiri melalui Warung dan Kebun RW 05. Tak kurang dari 40 jenis tanaman yang terdiri dari buah, sayur, dan tanaman obat keluarga (TOGA) tampak menghiasi lahan seluas 13m2 di salah satu sudut kawasan padat penduduk tersebut. Dikatakan oleh Ketua RW 05, Djajanto, kebun ini baru ada pada akhir tahun 2014 kemarin, berawal dari gagasan salah seorang warga, yaitu Ibu Wijoyo setelah mengikuti pelatihan Budidaya Sayuran yang diadakan oleh Disperindagkoptan Kota Yogyakarta “walau usianya masih sangat muda, namun kebun ini sudah berprestasi, salah satunya adalah  Juara 5 Lomba Kelompok Tani yang diselenggarapak Disperindagkoptan pada tahun ini” Jelas pria yang juga menjadi ketua LPMK RW 05 Kelurahan Demangan ini.

Pengelolaan kebun ini dilakukan secara manidir oleh sekitar 20 warga RW 05, khusunya RT 15 yang tergabung dalam  kelompok tani Wijaya Kusuma dengan pendampingan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Disperindagkoptan Kota. Menurut pengakuan PPL wilayah Demangan, Evi Kusumastuti, semangat warga dalam menggiatkan kebun sungguh luar biasa. Penggiat, yang kebanyakan berusia lanjut ini seakan tak pernah menyerah untuk terus mendayagunakan lahan yang ada “Hingga sekarang kami sudah empat kali panen, pada awalnya memang jatuh bangun. Berulang kali kami gagal panen, namun semangat warga yang sangat tinggi tidak lantas menyurutkan niat mereka untuk terus bercocoktanam” Kata Evi.

Lebih lanjut, Evi juga menuturkan bahwa keberadaan kebun ini, selain mampu memperkuat ketahanan pangan, memperbaiki gizi masyarakat, juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat “Tanaman yang ditanam memang yang berdayaguna seperti sayur, buah, dan tanaman obat sehingga bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat, selain itu bibit serta hasil kebun juga dijual sehingga bisa menambah penghasilan bagi warga” Tuturnya.

Hal lain yang menjadi dampak positif dari keberadaan kebun ini adalah meningkatnya kebersamaan warga. Hal ini tentu menjadi hal yang patut diapresiasi, karena di tengah-tengah individualisme yang melanda sebagian besar masyarakat perkotaan, semangat guyub rukun bisa masih tetap terbangun “Warga jadi lebih sering bertemu untuk bergotongroyong  menghidupkan kebun sehingga kebersamaan warga semakin terjaga. Selain itu adanya kebun juga memotivasi warga untuk mengembangkan berbagai tanaman di rumah masing-masing” Pungkas  Djajanto. (ams)