Angon Bocah, Hidupkan Permainan Tradisional

Berbagai macam permainan tradisional anak saat ini hampir punah karena tergerus permainan modern. Karang Taruna Wiratama, Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, berusaha menghidupkan kembali berbagai macam permainan tradisional anak.

Acara yang digelar di sepanjang Jalan Wiratama di Kelurahan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Mengusung konsep dengan menampilkan ragam kesenian dan permainan tradisional bertajuk Angon Bocah. Minggu pagi (29/11).

Ketua Karang Taruna Wiratama, Dina Kurnia Harjanti mengungkapkan, acara tersebut merupakan kampanye dolanan tradisi. "Kita ingin anak-anak kembali mengingat kalau dulu ada banyak permainan. Permainan dulu lebih mengutamakan kebersamaan bukan bersifat individu," ungkapnya

Menurutnya, saat ini sedikit anak yang mengetahui dan memainkan permainan tradisi. Padahal ragam permainan ini tidak hanya sekadar bermain, namun memiliki nilai lainnya.

“Saat ini anak cenderung bermain gadget. Meski bagus, tapi di sisi lain mengurangi interaksi dan komunikasi anak,” katanya.

Dari permainan tardisional, lanjutnya, juga ada sebuah pesan mengenai teknologi sederhana seperti kapal othok-othok. Kapal tersebut bisa berjalan dengan air yang dipanaskan.

"Kita ingin mengenalkan kepada anak-anak bahwa air dan panas itu bisa menggerakkan sesuatu. Contohnya ya kapal mainan othok-othok, yang hanya kita lihat setiap ada acara pasar malam Sekaten saja" ujarnya.

Apa yang sudah di lakukan oleh Karang Taruna Wiratama mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Wakil Walikota Yogyakarta, Imam Priyono, menurutnya permainan anak tradisional merupakan salah stau budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dimana permainan tradisional bukanlah permainan yang tanpa makna melainkan permainan yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan.

“Sekarang ini, permainan tradisional ini sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak. Karena semakin berkembangnya teknologi dan banyak munculnya permainan modern. Sehingga anak-anak zaman sekarng lebih suka bermain permainan modern” katanya Imam usai mencoba bermain engrang.

Karena lebih mudah dimainkan. Lanjutnya, Permainan modern sangat mudah diterima anak-anak. Karena tidak memerlukan tenaga dan sangat menyenangkan jika dimainkan.

“Namun, permainan modern juga memiliki banyak dampak untuk anak. Dampak dari permainan modern yakni menjadikan anak-anak lebih bersifat individualisme. Sehingga anak-anak sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya ataupun dengan teman-temannya dan menjadikan anak malas untuk belajar juga” tandas imam

Ragam permainan tradisi yang disajikan pun mampu memancing minat anak untuk mencoba. Mulai dari engrang, nekeran, gangsingan, sandal bakiak hingga kapal othok-othok.

Puluhan anak-anak di ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Anak laki-laki bermain egrang, kelereng, balap kapal othok-othok dan adu gasing atau gangsingan.

Sedangkan anak perempuan bermain engklek, ancak-ancak alis dan balap bakiak. Suasana gembira pun tampak saat mereka bermain dan saat pentas musik di sepanjang Jalan Wiratama.

Lomba kapal othok-othok yang dihidupkan dengan uap air dan api itu misalnya dimainkan di atas talang air plastik sepanjang 2 meter. Ada tiga buah lintasan untuk adu kecepatan kapal.

Sedangkan untuk lomba adu gasing dilakukan di atas penggorengan. Gasing yang lebih lama berputar adalah yang menjadi pemenang. Hadiah yang diberikan kepada pemenang diantaranya makanan anak-anak.

Selain permainan tradisional di sepanjang jalan Wiratama juga didirikan panggung kesenian sebagai ajang kreativitas warga. Baik anak-anak dan pemuda unjuk kebolehan dibidang seni. Banyak warga yang memanfaatkan kegiatan itu dengan berjualan makanan dan mainan tradisional.

Uniknya, kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh para orangtua. Mereka turut menjajal setiap permainan yang ada. Bahkan beberapa di antara mereka terlihat bermain bersama anak-anaknya. (Han)