Ajak Tingkatkan Kesehatan, Pemkot Yogyakarta Adakan Workshop Deteksi Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim

Pemerintah Kota Yogyakarta mengadakan Workshop Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim bagi masyarakat Kota Yogyakarta, Rabu (12/08). Workshop dibuka oleh Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta RR Titik Sulastri. Workshop dilaksanakan sebagai salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan wawasan peserta terkait kanker payudara dan kanker leher rahim. Pengetahuan yang memadai diharapkan dapat mengurangi kecemasan perempuan. Selain itu, workshop yang pesertanya berasal dari ibu PKK, pegawai Pemkot Yogyakarta dan masyarakat umum ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat luas terutama wanita usia subur (WUS) untuk melakukan deteksi dini.

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Di Indonesia, kanker menjadi penyebab ketiga kematian terbesar setelah stroke dan penyakit jantung. Kanker leher rahim merupakan yang tertinggi, disusul dengan kanker payudara. Di Yogyakarta, menurut data berbasis puskesmas di Kota Yogyakarta, angka kanker payudara  sejak tahun 2012 selalu meningkat. Sementara itu untuk kanker leher rahim, angka penderita mencapai 104 orang selama 2014. Angka kematian akibat kedua jenis kanker ini pada tahun 2014 cukup signifikan. Lima orang akibat penyakit kanker payudara dan enam orang akibat penyakit kanker leher rahim.

Minimnya pengetahuan tentang kanker menjadi salah satu penyebab penyakit ini berkembang dan terlambat ditangani. Sekitar 70 % kasus kanker baru terdeteksi setelah dalam stadium lanjut sehingga proses penyembuhan menjadi sulit. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat dapat mencegah kanker dengan mendeteksi sejak dini keberadaan kanker dalam tubuhnya. Untuk itulah Pemerintah Kota Yogyakarta merasa perlu mengadakan upaya mendorong masyarakat khususnya WUS melakukan screening atau deteksi dini.

Dr. Probosuseno, SpPD,Kger yang menjadi narasumber kanker payudara mengatakan, Di Indonesia skrining kanker payudara bersifat individual dan sporadik sehingga program deteksi dini masih belum efisien dan efektif. Deteksi dini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan secara klinis (SARANIS), dan pemeriksaan dengan mammografi dan ultra sonography (USG).

“Ada dua faktor penyebab kanker payudara yaitu faktor resiko yang dapat dikendalikan dan faktor yang tidak dapat dikendalikan,” katanya. Faktor resiko yang dapat dikendalikan antara lain berat badan, asupan makanan, gaya hidup. Perempuan yang berbadan gemuk dan sudah menopause lebih berisiko terkena penyakit kanker payudara. Berlaku juga bagi orang yang terlalu banyak makan daging, tidak olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok. Orang yang kelelahan dan stress  juga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena kanker payudara. Sedangkan resiko yang tidak dapat dikendalikan antara lain jenis kelamin,usia, riwayat kanker payudara dalam keluarga, riwayat pribadi kanker payudara, ras, dan terapi radiasi di dada. “Orang yang memiliki riwayat keluarga pernah mengidap kanker payudara memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena kanker payudara,” kata dr. Probosuseno.

Menurut American Cancer Society, gejala dari kanker payudara antara lain bengkak semua atau sebagian payudara, iritasi kulit (dimpling), payudara sakit, puting sakit atau masuk kedalam, kemerahan atau penebalan puting atau kulit payudara, dan benjolan di ketiak.

dr. Phyowai Ganap, SpOG kemudian menjelaskan kanker leher rahim. Penyebab kanker ini disebabkan oleh virus yaitu HPV (Humasn Papillomavirus). Virus tersebut didapatkan melalui hubungan atau kontak seksual. Yang diinfeksi oleh virus tersebut oleh virus tersebut adalah sel yang mengalami lecet. Deteksi dini dapat dilakukan dengan tes IVA dan Pap Smear. “ Sebaiknya dilakukan skrining dengan tes IVA terlebih dahulu, jika sudah terindikasi ada kelainan, maka dapat dilanjutkan dengan Pap Smear untuk mengetahui apakah kelainan adalah kanker atau masih berupa lesi pra kanker,” kata dr. Phyowai. Tes IVA dilakukan setelah 3 tahun melakukan hubungan seksual. Selanjutnya jika hasil normal, dilakukan setiap setahun sekali. Pap Smear dilakukan sampai umur 70 tahun.

Pengobatan kanker leher rahim (serviks) dapat dilakukan dengan operasi, terapi radiasi, radiasi eksternal, dan kemoterapi. Untuk mengurangi risiko terkena kanker leher rahim yang perlu dilakukan adalah vaksinasi dengan vaksin HPV, pola hidup seksual sehat yaitu setia pada pasangan, tidak merokok, diet dan pola hidup sehat, dan melakukan pemeriksaan rutin.

Pada kesempatan ini, juga disampaikan Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan telah menyediakan jasa layanan skrining payudara dini bagi masyarakat Kota Yogyakarta. Layanan tersebut dapat diakses di seluruh puskesmas Kota Yogyakarta. Juga akan dilaksanakan tes IVA gratis pada tanggal 22 dan 29 Agustus 2015 di tujuh puskesmas di Kota Yogyakarta. Puskesmas tersebut yaitu Puskesmas Tegalrejo, Puskesmas Jetis, Puskesmas Wirobrajan, Puskesmas Mantrijeron, Puskesmas Danurejan 1, Puskesmas Gondokusuman 1, dan Puskesmas Umbulharjo 2. Masyarakat diharapkan memanfaatkan layanan pemeriksaan tersebut. (Nade)