RW 18 Kelurahan GedongKiwo Di Kukuhkan Sebagai Kampung Siaga Bencana

Sebagai perwujudan Kampung Siaga Bencana(KSB), puluhan warga di RW 18 Kelurahan GedongKiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta mengikuti simulasi tanggap bencana yang di gelar atas kerjasama antara Dinas Sosial (Dinsos) DIY, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogya, Tagana (Taruna Siaga Bencana) Kota Yogya, Koramil dan masyarakat.

Kepala Dinsos DIY, Untung Sukaryadi mengatakan, pembentukan KSB adalah dalam rangka meningkatkan kesiap siagaan masyarakat dalam menanggapi bencana yang kerap kali terjadi di Yogya.

“Peran dari kampung siaga bencana ini sangat dibutuhkan. Kampung siaga bencana ini merupakan penanggulan bencana berbasis masyarakat dan didukung oleh semua pemangku kepentingan, khususnya dari kepolisian, TNI” katanya usai simulasi, Minggu (9/8)

Dipilihnya simulasi kebakaran dan Banjir, menurut Untung karena memang wilayah di RW 18 Kelurahan GedongKiwo berpotensi terjadi kebakaran dan banjir, ini bisa dilihat dari kepadatan penduduk, rumah mereka saling berdekatan dan meraka tinggal di bantaran Sungai Winongo. 

“Jadi di banding dengan simulasi gempa, simulasi kebakaran dan banjir jauh lebih penting, namun pada prinsipnya apa yang sudah di lakukan dapat praktekkan di berbagai macam bencana” ujarnya

Ia menambahkan jika KSB Mantrijeron dilengkapi dengan Gardu Sosial dan Lumbung Logistik. Gardu Sosial berfungsi untuk tempat koordinasi, konsolidasi, dan musyawarah antar warga masyarakat, untuk membicarakan langkah-langkah apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.

“Gardu Sosial berfungsi untuk koordinasi, dan konsolidasi, musyawarah antar warga masyarakat. Gardu logistik berisi kelengkapan-kelengkapan logistik yang dibutuhkan saat terjadi bencana, seperti peralatan-peralatan,"tambahnya.

Sementara itu Kepala BPBD Kota Yogyakarta, Agus Winarto berharap gelar simulasi bencana ini dapat menjadi wahana pembelajaran bagi  semua terutama semua masyarakat di Kelurahan Gedongkiwo yang terlibat pada acara tersebut.

“Kegiatan simulasi ini bukan berarti mengharapkan terjadi bencana tapi upaya untuk selalu siaga mengantisipasi jika terjadi ancaman bencana” katanya

Ia menambahkan Kota Yogya juga telah memiliki 45 Kampung Tanggap Bencana (KTB), sebuah program yang dicanangkan oleh BPBD Kota Yogya yang fungsinya untuk melibatkan masyarakat setempat agar risiko jatuhnya korban jiwa berkurang.

“Pembentukan KTB tersebut pertama kali dilakukan pada 2013 lalu. Saat itu terdapat 10 kampung sebagai percontohan awal. Kemudian di tahun 2014 ditambah 25 kampung dan tahun ini 20 kampung” ujarnya.

Lurah Gedongkiwo,Supiyatun berharap simulasi penanganan bencana ini tidak hanya digelar sekali saja tapi beberapa kali sehingga  dapat memberikan pemahaman dan pengalaman bagi warga dalam menghadapi bencana yang sesungguhnya. Sehingga jika terjadi bencana warga sudah siap untuk melakukan penanganan.

Di skenariokan ketika sungai Winongo meluap dan menyebabkan banjir. Tim KSB yang siap siaga, lalu berkumpul, berkoordinasi di Gardu Sosial, lalu bergerak melakukan evakuasi secara langsung.

Dalam simulasi bencana tersebut, tampak kesiapan masyarakat dalam menghadapi ancaman yang dapat sewaktu-waktu datang. Masyarakat juga menyiapkan kendaraan evakuasi, ambulan dan juga dapur umum untuk keperluan pengungsi. Selain itu masyarakat juga melakukan latihan memberikan pertolongan pertama pada korban. (Han)