Seusai Bekerja, Puluhan Pengemudi Becak Ikuti Pesantren Ramadhan

Badan Amil Zakat Nasional Kota Yogyakarta telah menyelenggarakan Pesantren Becak yang diikuti puluhan pengemudi becak selama Ramadan bertempat di Masjid Diponegoro Kompleks Balai Kota Yogyakarta.

"Kami ingin memuliakan pengemudi becak. Selama bulan puasa, mereka harus berjuang keras untuk menjalankan ibadah puasa," kata Sekretaris Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta Misbachrudin di Yogyakarta, Selasa Malam, (14/7).

Pengemudi becak yang mengikuti pesantren dengan tema "Golek Ganjaran Oleh Bayaran" (mencari pahala mendapat penghasilan) berjumlah 49 orang atau melampaui target awal sebanyak 25 orang.

“Semula hanya kami targetkan 25 tukang becak. Namun ternyata sambutannya cukup antusias hingga ada 49 peserta yang mendaftar, Peserta dibatasi 49 orang karena keterbatasan tempat” katanya.

Beberapa alasan mengapa pihaknya memilih tukang becak karena selama ini kelompok tukang becak jarang menjadi sasaran dalam pendampingan ibadah saat Ramadhan.

“Pengemudi becak termasuk kelompok kurang mampu dan minim dari segi pendampingan ibadah. Tantangannya, pada bulan puasa mereka harus bekrja keras menguras tenaga” pungkasnya.

Adapun fasilitas yang diberikan untuk para tukang becak yang telah mengikuti pesantren diantaranya penginapan dan tempat parkir becak, konsumsi berbuka puasa, konsumsi tadarus Alquran, konsumsi sahur, perlengkapan mandi, Alquran, sarung, baju, kaos, peci dan tas.

Peserta yang sudah mampu menjalankan seluruh kegiatan selama mengikuti pesantren memperoleh tambahan uang sebesar Rp1 juta dan bingkisan bahan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula pasir, roti, teh dan kopi.


"Setiap peserta harus mengikuti tes kesehatan terlebih dulu. Kami ingin memastikan seluruh peserta dalam kondisi sehat karena kegiatan akan dimulai dari subuh hingga malam hari," katanya.

Sejumlah kegiatan selama pesantren tersebut dimulai pada pukul 03.30 WIB yaitu sahur, sholat subuh berjamaah, pengajian dan tadarus Alquran. Kegiatan dilanjutkan pukul 11.30 WIB yaitu sholat dzuhur berjamaah, dan pengajian. Pada pukul 15.00 WIB dilakukan sholat ashar berjamaah pengajian, berbuka puasa bersama hingga sholat tarawih.

Mulai 21-27 Ramadan ada tambahan kegiatan yaitu shalat Tahajud dan itikaf pada pukul 01.00 WIB hingga 03.00 WIB.

"Di sela-sela kegiatan Ramadan, para pengemudi becak itu bisa tetap menjalankan profesinya untuk mendapatkan penghasilan," katanya.

Seluruh peserta juga diminta membuat surat pernyataan untuk mengikuti seluruh aturan dan kegiatan yang telah ditetapkan sehingga diharapkan tidak ada pengemudi becak yang berhenti di tengah kegiatan.

Sebagian besar pengemudi becak yang mengikuti pesentren berusia lebih dari 50 tahun. Pengemudi tidak hanya berasal dari pengemudi becak tradisional tetapi ada lima pengemudi becak motor. Sebagian besar pengemudi becak menyatakan bukan perokok.

"Ada yang sudah bisa bacaan dan praktik wudlu, sholat, dan membaca Alquran namun ada juga yang belum," katanya.

Selain materi agama, beberapa materi tambahan juga disiapkan untuk pengemudi becak di antaranya ketertiban lalu lintas, materi kesehatan hingga merawat jenazah. "Harapannya, tahun depan akan ada kegiatan serupa. Sudah ada usulan kegiatan pesantren untuk tukang sampah," katanya.

Umar (50), seorang tukang becak yang sehari-hari mangkal di kawasan Malioboro mengaku sangat menikmati kegiatan pesantren ini.

"Saya merasa bisa memanfaatkan bulan Ramadan secara maksimal, karena selain dapat pengetahuan agama saya juga dapat pengetahuan lain yang nggak kalah penting," Kata Umar yang juga ditunjuk sebagai ketua kelas pesantren becak tersebut.

Sementara itu Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti sangat mengapresiasi kegiatan yang di gelar oleh Baznas Kota Yogya.

“Suatu kegiatan yang patut diacungi jempol. Sebuah upaya untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa kerja keras secara fisik tidak menghalangi seseorang untuk berpuasa, bahkan disertai ibadah-ibadah lainnya” katanya

Ia berharap, melalui kegiatan ini peserta dapat menunaikan ibadah puasa sebulan penuh dan tetap dapat mencari nafkah karena jadwal kegiatan pesantren sudah diatur.

Diungkapkannya, di luar waktu salat lima waktu peserta dapat tetap bekerja mengayuh becak. “Kegiatan seperti ini, nampaknya perlu dikembangkan dan dicontohkan oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia” pungkasnya. (Han)