Pembukaan PMPS 2011 : LUMBUNG BUDAYA JADIKAN JOGJA ISTIMEWA

Salah satu keistimewaan Yogyakarta adalah “Yogyakarta sebagai Lumbung Budaya”. Sekaten sebagai peristiwa budaya religius adalah bagian penting dan tak terpisahkan dari keistimewaan tersebut. Menyimak perjalanan sekaten dari masa ke masa, sangat terasa adanya kekuatan budaya yang telah merasuk dan mbalung sungsum dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Sebagai sebuah peristiwa budaya dan religius dari masa ke masa sekaten terus dilestarikan dalam semangat yang tak pernah surut.

Hal itu disampaikan Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto pada pembukaan Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) di nol kilometer Yogyakarta, Jumat (7/01). PMPS merupakan kegiatan pendukung hajad Daelm Perayaan Sekaten tahun Be 1944 atau tahun 2011 Masehi yang akan dimulai sore ini hingga 40 hari kedepan.

Perayaan sekaten kali ini bukan saja memiliki kekhasan, tapi juga sangat istimewa. Meski tidak secara khusus ditandai prosesi “jejak bata” seperti tahun Dal, tapi momennya berurutan dengan dikukuhkannya “Yogyakarta Kota revolusi” oleh rakyat Jogja.

Menurut Sultan HB X momentum ini sungguh membanggakan karena banyak peserta dari generasi muda yang sadar sejarah, yang dengan cara budaya memaknai sejarah yang nyaris terlupakan oleh sebagian bangsa yang memang pelupa ini.

Melalui napak laku perjalanan hijrah Soekarno-Hatta dari Jakarta ke Yogyakarta pada masa revolusi, kita bisa mendalami sejarah bahwa dari kota inilah tonggak awal pergulatan sebagai bangsa yang mencita-citakan kemerdekaan dipancangkan. Kemudian sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa, Yogyakarta Memang Istimewa” karena senyatanya menjadi penyangga republic yang masih muda itu. Artinya perjuangan para pemimpin lintas-etnik bukanlah untuk Yogyakarta semata, tetapi justru dari “Yogya Untuk Indonesia”.

Gubernur DIY tersebut mengatakan, Ketika kita jenuh melihat berbagai bentuk rekayasa, jalan yang bijak memang adalah menyelam ke danau kebudayaan. Disana airnya jernih, sejernih Sang Kudus, sebiru nirmala Sang Maha Pencipta. Dengan metamorfora jernihnya “air kebudayaan” itu saya memberikan salut dan apresiasi yang tinggi kepada seluruh elemen masyarakat pemrakarsa beserta pendukungnya. Memang bahasa budaya adalah bahasa rakyat yang tepat untuk mengaktualisasi dan mengekpresikan kebenaran.

PMPS yang mengusung tema “Harmoni Ekonomi, Budaya dan Religi” ini pada pembukaannya dimeriahkan dengan pentas sendratari Heteroginitas Memaknai Budaya oleh Sanggar Seni Semekar. Pada kesempatan itu juga dilaunching buku “Nilai Budaya Dan Filosofi Upacara Sekaten Di Yogyakarta” karya intelektual masyarakat Yogyakarta yang diharapkan dapat membawa manfaat sebagai dokumentasi dan transformasi informasi tentang upacara sekaten.

Rangkaian Sekaten setelah pembukaan adalah Miyos Gongso pada 9 februari 2011 dimana gamelan akan berada di halaman masjid Gedhe sampai dengan tanggal 15 Februari 2011 saat Kondur Gongso. Garebeg Maulud akan berlangsung pada 16 Februari 2011, dan keseluruhan rangkaian sekaten akan diakhiri dengan Bedhol Songsong pada 16 Februari 2011 malam di pagelaran Kraton Ngayogyakarta. (isma)