NGLELURI KABUDAYAN JAWA LEWAT TATA UPACARA PENGANTEN

Yogyakarta sebagai Kota yang menjadi pusat kebudayaan jawa menyimpan berbagai kekayaan budaya yang belum sepenihnya digali. Salah satu kebudayaan tersebut adalah upacar adat yang memiliki nilai filosofi tinggi dan penuh dengan Piwulang sinsndi (Ajaran tersamar). Upacara adat Jawa banyak ajaran untuk melakukan segala sesuatu secara harmoni yang mengkait dengan kehidupan sehari-hari, hal ini dikatakan Drs. Handiakto Prasetyo, BSc, sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Rabu (23/12) dalam acara Focus Groups Discussion Kajian Upacara Pengantin Gaya Yogyakarta, di Pendopo Rumah Dinas Ketua DPRD Kota Yogyakarta Jln.Kemasan Kotagede.

Kegiatan ini dilakuakan setidaknya dapat dipergunakan sebagi dasar bagi masyarakat dalam melakukan upacara pengantin yang sesuai dengan adat dan gaya Yogyakarta. `Meskipun tata cara upacara sudah banyak dilakukan masyarakat, upacra pengantin Gaya Yogyakarta belum ada pembakuan, terutama dari sesi Prosesi, Ubprampe, Gending iringan, serta olah panata caranya`, katanya.

Hal senada dikatakan Drs. M Sudibyo ketua panitia, acara ini dilakukan untuk meningkatkan motifasi dan dukungan masyarakat dalam pelestarian upacara adat sebagai bagian dari budaya luhur Bangsa, serta memperoleh gambaran prosesi, uborampe yangsesuai dengan tata cara yang sebenarnya, dan nantinya dapat sebagai acuan masyarakat.

Ditambahkan, kajian ini diharapkan dapat mewujudnya tersusunnya naskah materi hasil pengkajian Prosesi dan Uborampe upacara pengantin gay Yogyakarta. `Apabila nanti telah menjadi sebuah buku dari hasil diskusi ini, dan ini telah disetujui oleh tokoh-tokoh serta para pakarnya, kita juga mengahdirkan tokoh dari Kraton Yogyakarta yang berkecimpung dibidang ini, natinya dapat dijadikan panutan di masyarakat, bagaimana sebenarnya prosesi awal samapi akhir`, tandasnya.

Cara yang berlangsung seahari ini dihadiri 30 peserta meliputi, para juru paes, penata gending, penata acara, menghadirkan nara sumber Drs. Kuswarsantya M. Hum, Drs. Achmad Charrris Zubair SU, Mustofa W. Hasyim serta Dodi PS.