KASWANTO, Peduli Pariwisata

Sebut saja Kaswanto, pria kelahiran Karanganyar Solo lima puluh tahun silam, dengan berbagai talentanya, kini telah tumbuh dan berkembang menjadi sosok orang pertama pada Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta. Karir tersebut bukan datang dengan percuma, namun diraihnya dengan bekerja keras, tekun dan ulet dalam persaingan ketat diantara banyak kandidat untuk sampai pada jabatan itu. Menyikapi perkembangan dunia kepariwisataan pada tahun 2003 ini, Bapak dua putri ini, ingin merealisir program kerja Kantor yang dipimpinnya antara lain melalui : Pelayanan internal, pengembangan suber daya kepariwisataan dan pelestarian seni dan budaya. Yang bertumpu pada ke 14 Kecamatan se Kota secara komprehensif. Dengan melaksanakan program diatas diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik domistik maupun asing dari 1,3 juta menjadi 1,7 dengan lama tinggal mencapai 1,8 hingga 2,5 hari di Yogyakarta. Untuk mencapai target kunjungan wisatawan seperti yang diharapkan diatas, Kaswanto mengharapkan munculnya sadar wisata hinga 60 % dari jumlah penduduk Kota Yogyakarta. Ini artinya adalah, bahwa dari jumlah penduduk Kota yang 500 ribu jiwa lebih ini, 60 % nya menyadari bahwa sebagai tuan rumah yang baik akan memberlakukan para tamu / wisatawan yang berkunjung ke Yogya dengan sebaik-baiknya, ramah tamah, ikut menjaga keamanan dan ketertiban dan sebagainya. Kita menyadari bahwa, kota Yogyakarta sebagai kota budaya dengan pusat nya di Kraton, harus kita uri-uri sebagai aset yang bisa dijual sebagai penghasil PAD yang besar. Kita warga kota harus berpedoman pada budaya kita yang adi luhung untuk menyambut wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta ini. Tahun 2003 ini menurut Kaswanto, Diparsenibud akan meningkatkan kerjasama dengan potensi-potensi wisata yang ada seperti kelompok kesenian, agar bisa mengapresiasikan keseniannya baik yang ada di tempat-tempat latihan seperti nDalem dan pusat kesenian lainnya, sebagai alternatif kegiatan kesenian untuk mengikat wisatawan agar lebih lama tinggal di kota ini. Sebab antara pariwisata dan seni merupakan dua sisi mata uang yang sama sehingga keduanya harus saling mendukung. Adanya komunitas seni seperti komunitas seni malioboro dsb kita tetap jalin hubungan baik, untuk kota Yogya sendiri ada 360 group kesenian yang tersebar di 14 Kecamatan, jelas Kaswanto. Sebagai bentuk kepedulian Dinas Parsenibud dengan Komunitas Seni. Dinas mengalokasikan dana sebesar 360 juta untuk menunjang eksistensi mereka, seperti untuk pembuatan panggung, sound system, operasional dsb. Selasin itu juga memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok kesenian tradisional yang atraktif seperti Campursari, Gejoklesung, Tari-tarian dsb, untuk tampil di pusat-pusat belanja seperti di Galeria Mall dan Malioboro Mall, untuk menjalin tumbuhnya simbiose mutualisme, antara komunitas seni, Pusat belanja dan masyarakat itu sendiri. Ini artinya berbagai kepentingan dari mereka dapat saling terpenuhi. Petas seni ini diharapkan rutin berjalan setiap 2 minggu sekali oleh 14 Kecamatan, sehingga kesemuanya mendapat giliran tampil. Menurut mereka, ada kebanggaan tersendiri bagi komunitas seni bisa tampil di Mall, sebab dari situ mereka sudah terpromosikan dan dievaluasi oleh masyarakat tentang layak tidaknya mereka tampil secara komersial. Dalam menyikapi tematik program tahunan Kota, bahwa pada tahun 2003 ini bidang kepariwisataan diposisikan sebagai lokomotif pembangunan, sehingga Dinas Parsenibud menyambut baik adanya kondisi riil bahwa Pariwisata di Kota Yogyakarta sebagai lokomotif pembangunan.. Ini terbukti bahwa PAD Kota Yogyakarta 40 % dari Pajak Hotel dan Restoran. Hal itu menandakan bahwa semakin banyak wisatawan yang nginap di Kota, akan semakin tinggi pendapatan yang akan diperoleh. Kita ketahui bahwa hampir sepertiga dari uang saku mereka akan dialokasikan kepada urusan akomodasi, dan itu adanya di Kota. Kita sadari bahwa Kota ini adalah sebagai pintu masuknya wisatawan dan mereka akan tinggal di sini pula, sehingga yang penting adalah bagaimana menumbuhkan sadar wisata kepada penduduk Kota untuk meraih sepertiga uang saku mereka dengan memanfaatkan potensi kota yang ada ini. Lebih-lebih bagi para pelaku wisata, seperti Tukang becak, karyawan hotel, pedagang kaki lima, penjual jasa dan sebagainya agar ikut terlibat langsung dalam kegiatan kepariwisataan, melalui transaksi dengan para wisatawan tersebut. Menurut Kaswanto yang hobi main tenis lapangan bahwa, pariwisata adalah kegiatan padat karya dan padat modal, sehingga setiap wisatawan yang datang dapat memberikan lapangan kerja dari 1,25 hingga 1,75 orang. Artinya bila ada 100 wisatawan yang datang, maka ada sekitar 125 hingga 175 orang akan terlibat dalam kegiatan tersebut, mulai dari tukang becak hingga hotelnya, sebab wisatawan itu mulai dari datang, tidur makan dsb telah dipikirkan dan di openi oleh orang lain. Pada saat mendatang kita akan adakan pencanangan tema pariwisata yang berbudaya dan lounching promosi pariwisata dan Yogya Self Guide, oleh pelaku pariwisata dari DIY dan Jawa tengan di Hotel Melia dalam bentuk CD yang memuat lokasi wisata yang luas seperti dari Parangtritis hingga Borobudur dan tempat lainnya. Untuk menerobos ke sasaran yaitu adanya jumlah wisatawan yang lama tinggal di Kota, Dinas parsenibud akan melakukan promosi besar-besaran, meningkatykan kegiatan-kegiatan pariwisata seni dan budayanya serta adanya kenyamanan kota yang lebih indah dan semarak lagi, seperti taman, keamanan di jalan, kebersihan kota dan sebagainya. Kepariwisataan akan memberikan multiplayer yang besar, artinya dari kegiatan pariwisata ini akan memberikan kegiatan perekonomian yang luas dengan berbagai transaksi jual beli produk dan jasa. Sekitar tahun 1998 dulu wisatawan sedikit sekali, sehingga kehidupan Hotel sangat merana, sebab beaya operasionalnya yang tinggi seperti untuk listrik dan karyawannya, sebab untuk break event darai beaya hotel paling tidak 40 % dari kamar harus isi, jika lebih itu baru mereka ada keuntungan. Selain promosi kepatriwisataan juga mengoptimalkan adanya Perda No:3 tahun 2002, dimana ada pasal yang menyatakan bahwa sebagian pendapatan dari pajak Hotel dan Restoran tersebut di kembalikan untuk beaya promosi pariwisata yang di kelola oleh Asosiasi Pariwisata ( PHRI ) yang tahun ini akan digunakan sebagai promosi pariwisata dalam bentuk CD ke Berlin. Selain itu juga akan membuat Yogya Great Sale dengan mengadakan pariwisata belanja secara besar-besaran yang melibatkan seluruh pelaku wisata yang asda di Yogyakartya ini seperti Toko/swalayan dengan harga yang betul-betul murah, sehingga mengundang pengunjung/ wisatawan belanja yang dalam jumlah besar, yang akan dilaksanakan sekitar bulan Oktober mendatang, ini salah satu kegiatan yang akan dilakukan oleh PHRI . Kaswanto bapak dari dua orang putri yang berstatus mahasiswi, didampingi seorang istri yang juga PNS di Dinakertrans Yogyakarta. Putri sulung mereka sekarang duduk di semester 7 UPN Yogyakarta pada Fakultas Akuntansi, sedang si bungsu kuliah di Jurusan Kimia F.MIPA. UGM Yogyakarta semester ke 3. Kaswanto, Pria kelahiran Karanganyar Solo lima puluh tahun silam, dengan berbagai talentanya, kini tumbuh dan berkembang menjadi sosok orang pertama pada Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta. Karir tersebut bukan datang dengan percuma pada Kaswanto, tetapi diraihnya dengan berbagai daya upaya dan persaingan ketat diantara banyak kandidat untuk mencapai jabatan itu. Karir Kaswanto dimulai sebagai Staf Bagian Pembangunan Kodya Yogyakarta pada tahun 1976, sambil kerja Kaswanto yang juga masih Kuliah pada Fakultas Ekonomi UPN tersebut berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 1979. Setelah penyesuaian ijazah, karir beliau kian meroket hingga pada tahun 1986, beliau dipercaya sebagai Kepala Bagian Perekonomian Kodya Yogyakarta hingga tahun 1990. Pada tahun 1990 Kaswanto mutasi menjadi Kabag Sosekbud Bappeda Kodya Yogyakarta, ketika duduk sebagai Kabag tersebut, Kaswanto berkesempatan mengikuti kursus Manajemen Perencanaan Kota selama 5,5 bulan di Negeri Belanda. Tahun 1994, berbekal ilmu dari Belanda hasil kursusnya, Kaswanto diberi tugas untuk babat alas membuka instansi baru yang bernama Bagian Lingkungan Hidup, dan Kaswanto-pun duduk disitu sebagai komandan hingga tahun 1997. Pada tanggal 30 Agustus 1997, yang saat itu bertepatan dengan Ulang tahun Kaswanto yang ke 46. Beliaupun dipercaya untuk babat alas lagi membuka lahan kerja baru yang bernama Dinas Pariwisata, dan Ia pun menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata hingga tahun 2001. Mulai tahun 2001 hingga sekarang beliau sebagai komandan pada Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Yogyakarta.