SIONG DAN SEKATEN

Kerut-kerut diwajahnya tidak bisa dipungkiri telah menunjukkan usia yang cukup tua, tetapi hal itu tidak mengurangi ceplas-ceplos bicaranya. Semua orang khususnya yang berada di kawasan Alun-alun utara lebih khusus lagi mereka yang berpartisipasi ketika ada Perayaan Pasar Malam Sekaten dari pedagang kecil hingga pemilik stand besar pasti mengenal wajah yang terpampang ini. Lahir 72 Tahun silam di Yogyakarta dan orang menyebutnya Siong ( bukan semacam cerutu ) telah terlibat dalam perayaan Sekaten sejak Tahun 1955 pada awal keterlibatannya banyak keterbatasan dihadapi khususnya peralatan semisal corong pengeras suara harus dibuat bersama temannya dengan cara mengecor. Tidak seperti sekarang tinggal beli dengan berbagai model, pokoknya menurut selera walaupun begini peralatan milik Siong yang ada saat inii bila dipasang untuk ruang terbuka tidak kalah dibandingkan dengan peralatan model baru. Peralatan yang bisa disejajarkan hanya milik RRI. Pepatah sayur tanpa garam barangkali bisa diterapkan dalam hal PMPS tanpa Siong akan menjadi cemplang (hambar) suasananya. Dengan memasang pengeras suara dititik strategis akan sangat membantu tersebarnya bergam informasi baik yang sifatnya umum maupun lokal di arena PMPS. Di samping itu keberadaan Menara Siaran sangat berarti bagi pengunjung yang kehilangan atau tepisah dengan keluarga, teman, teman dekat. Melalui pengumuman atau panggilan di Menara Siaran. Bahkan penemuan seorang anak kecil pun biasanya dibawa ke Menara Siaran untuk mencarikan, memanggil orang tua atau keluarganya. Seiring perkembangan waktu, keberadaan Menara Siaran yang identik dengan Siong pun mengalami perubahan. Fungsi sosial tetap dikedepankan, tetapi juga memiliki fungsi lain. Fungsi ekonomi, jasa dilayani pula dan tak lupa sebagai media hiburan dengan berbagai musik, daerah dan tradisional. Khusus lagu Barat di sini tidak diperkenankan karena tidak sesuai yang diemban yaitu misi syiar agama Islam. Semua itu bisa kita nikmati hanya melalui menara siaran PMPS. Selama kurun waktu empat puluh delapan tahun menangani menara siaran tentu telah banyak merasakan pahit getirnya sebagai orang yang terjun dibidang hiburan rakyat. Ayah tiga anak yang kesemuanya wanita dan memiliki usaha reparasi TV ini mengungkapkan kadang-kadang sering nombok untuk mengupah kru nya.. Selain itu untuk mengejar waktu on air, seperti acara pembukaan PMPS terpaksa merogoh koceknya sendiri karena anggaran untuk operasi belum turun. Masih ada lagi, yaitu adanya tangan-tangan usil yang suka memotong kabel ke pengeras suara. Keadaan seperti itu bagi seorang Siong sudah merupakan hal biasa meskipun kadang-kadang menjengkelkan. Namun demi cintanya kepada sekaten apapun yang terjadi menara siaran harus tetap dijalankan. Kerusakan ataupun trouble yang terjadi pada peralatan menara siaran apabila tidak bisa ditangani oleh kru, maka tidak segan-segan turun tangan sendiri walaupun kerusakan terjadi malam hari sekalipun. Kelangsungan menara siaran tetap harus dipertahankan. Tanggung jawab harus dikedepankan, jangan sampai pelayanan kepada kepada pengunjung terhenti. Tanggung jawab tersebut masih terlihat hingga kini, biarpun usia sudah memasuki usia senja hampir setiap malam datang ke menara siaran untuk mengontrol dan memantau situasi saat itu. Pelaksanaan Sekaten saat ini bila dibandingkan dengan waktu dulu menurut Siong terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Kala itu kegiatan pasar malam umumnya berisi Eksposisi yang mendidik. Dicontohkan bahwa pernah ada Lok Kereta Api yang dibawa ke Alun-alun utara dan disitu Lok tersebut dibelah untuk dipelajari oleh pengunjung. Pernah pula pesawat terbang ( mentor ) juga ditarik untuk dipamerkan di arena sekaten. Hal lain yang berbeda adalah soal musik yang diputar, jaman dulu musik yang boleh diputar adalah lagu-lagu daerah khususnya lagu dolanan anak-anak, macam Cublak-cublak suweng, Jaranan dan sejenisnya. Untuk itulah kerinduan seorang Siong untuk bisa menikmati masa indah dimasa lalu masih menjadi tanya. Catatan yang tidak boleh dilupakan mengenai orang ini adalah olah raga bulutangkis. Siapa sangka bahwa waktu mudanya dulu ternyata seorang jagoan bulutangkis, seangkatan dengan Ferry Souneville ( satu diantara bintang bulutangkis yang kita punyai ). Disebut jagoan karena pernah mewakili kontingen DIY pada Pekan Olah Raga Nasional ( PON ). Cuma sayangnya di final dikalahkan oleh Ferry Souneville. Habis itu dia gantung raket dan beralih menjadi pelatih, tetapi ternyata kurang berhasil dan akhirnya menuntunnya kepada apa yang bisa kita lihat bersama sebagai penyedia sound sistem untuk ruang terbuka, khususnya Sekaten. Itulah sekelumit tentang Siong dan bolehlah kita katakan bahwa untuk urusan pengeras suara ruang terbuka Siong lu lawan ( pri/humas ).