];/?o; Kuhambakan diriku untuk anak!tn

Chorijati sosok guru kelahiran Jepara 20 Januari 1943, tamat SD negeri Kudus yang kemudian masuk Taman Dewasa kudus, setelah tamat dari sana Ia melanjutkan studi ke Taman Guru Yogyakarta, ulus dan mengajar di Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa mulai tahun 1965, mendapat kesempatan belajar di FIP UST hingga tahun 1967 lulus dan mendapat derajat Sarjana Muda Chorijati kawin dengan Mudjijono pria asal Yogyakarta dan dikaruniai 3 anak dan seorang cucu. Siapa yang tidak mencintai anak ? tentu kita semua tahu jawabnya, hal itu adalah nurani seorang ibu yang mengalir secara tulus dan iklas dan sangat manusiawi. Demikianlah sosok Chorijati seorang Guru senior alumnus Taman Guru Yogyakarta yang sejak tahun 1965 mengajar di Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta, dengan sepenuh hati melampiaskan obsesi kecintaannya kepada anak dengan memberikan apa yang Ia miliki ditumpahkan habis bagi si anak didik, demikianlah Chorijati dengan moto pribadi �kuhambakan diriku untuk anak�. Perjalanan meniti karir guru sejak usia muda bukan hal yang mudah dan tanpa tantangan, di Taman Muda ini, Chorijati �mentransfer� ilmu yang dimilikinya kepada anak didik secara tuntas, Ia berpendapat jika memberi ojo akeh nanging kabeh , ini adalah konsekuensi dari motto pribadinya yang harus di terapkan dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam membekali anak didik dengan fak pelajaran Bahasa Indonesia dan Seni Suara. Di Taman Muda ( T.M ) sejak dulu menerapkan fak sistem pada anak didik, sehingga akan diperoleh keluaran atau hasil yang lebih baik, karena anak didik tidak menghadapi satu guru kelas yang menjaganya hingga setahun pelajaran. Fak Sistem dirasa lebih memberikan fariasi kepada anak didik tentang penampilan Pamong yang mengajarnya sehingga dalan benak siswa tidak timbul kejenuhan dalam belajar, dengan demikian jika seorang anak tidak suka pada satu pamong maka pada hari itu siswa hanya akan ketemu beberapa saat dalam tatap muka di kelas dan selanjutnya adalah waktu merdeka bagi siswa lepas darai �ketakutan� kepada sang guru. Jelas Chorijati mantap. Dalam praktek kegiatan belajar mengajar, Pamong Taman Muda menerapkan kurikulum nasional yang ditambah dengan ciri khas Ketaman Siswaan yang antara lain berisi tentang sejarah, pendiri, misi dan visi Taman Siswa, serta pengembangan budi pekerti anak didik lewat seni budaya nasional yang selektif terhadap budaya asing serta mengembangkan budaya jawa khususnya, tandas Ibu Guru kelahiran Jepara 60 tahun yang lalu. Kurikulum berbasis kompentensi bagi Taman Muda dimana Chorijati ikut kiprah didalamnya, penerapannya tidak ada masalah. Bahkan dalam pengayaan siswa dengan muatan lokal ( Mulok ), T.D. memberikan mulok wajib untuk kelas satu hingga enam dengan Bahasa Jawa, sedang untuk pilihan kelas satu dan dua berupa tembang jawa, sedang kelas tiga hingga enam diberikan Seni Tari, Karawitan dan Bahasa Inggris. Mengapa bahasa inggris ? hal ini untuk menyiapkan lulusan T.aman Muda. dalam menyikapi kemajuan zaman yang menuntut ketrampilan berkomunikasi menggunakan bahasa asing, selin itu untuk menjawab mengalirnya wisatawan asing ke Kota Yogyakarta yang membutuhkan lawan bicara yang sopan dan santun sesuai budaya jawa. Guru tiga putra ini, sangat getol mengajarkan tentang budi pekerti dan kedewasaan sikap yang berlandaskan budaya adi luhung melalui dolanan anak yang saat ini sangat jarang bisa ditemukan dalam pergaulan hidup masyarakat kota, mengingat tempat bermain yang sudah kian menyempit dan banyaknya kepentingan orang tua terhadap anak dengan mengharuskan si anak untuk les ini dan itu dengan alasan mengejar NEM yang tinggi. Dengan dolanan anak yang memberikan keleluasaan kepada anak untuk berekspresi tentang angan-anagan dan cita-cita hidup akan memberikan apresiasi yang merdeka terhadap penghayatan kodrat sebagai anak yang penuh dengan permainan dan kegembiraan, itulah dunia anak. Demikian istri Mudjijono yang asli dari Danunegaran Yogyakarta kepada Ayodya beberapa waktu yang lalu di komplek Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta. Permainan yang diajarkan ini telah membuahkan hasil kejuaraan yang hampir setiap tahunnya selalu mengalir ke T.M. ini, bak langganan yang selalu rindu akan singgah memenuhi idaman hati. Prestasi yang baru saja diraih adalah Juara pertama Festifal operet anak dalam rangka memperingati jumenengan nDalem ke 14 Sri Sultan HB X pada 22 Maret 2003 yang lalu, sedang sebelumnya pada even yang sama tahun 2001 T.M. meraih juara umumnya. Ini yang baru saja terjadi, selain itu masih segudang prestasi anak didik Chorijati yang dapat diraih dengan bukti banyak trophi dan penghargaan yang tersimpan di Kantor Taman muda. Dolanan anak seolah sudah menjadi ciri khas TM Ibu Pawiyatan, sebab setiap siswa lulusan TM ini boleh dipastikan mereka dapat, nembang, mengrawit maupun menari, hal tersebut sulit ditemukan dalam lulusan SD Negeri atau yang lain. Dengan dolanan anak yang berkembang menjadi langen carita pada kelas tiga dan seterusnya, merupakan media pembentukan karakter pribadi seseorang yang ditamankan sejak dini oleh pamong di Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa ini. Selain memberikan pelajaran di kelas, Chorijati yang sempat mengenyam dan mendapat Derajat Sarjana Muda dari Pendidikan Tinggi di Perguruan Tinggi Sarjana Wiyata Taman Siswa, Fakultas Ilmu Pendidikan. Ia juga memberikan bimbingan langsung kepada para siswi mengenai kodrat kewanitaan, dimana pada usia atau kelas tertentu banyak diantara siswi yang sudah menstruasi. Berdasar pengalaman adanya siswi yang menangis diluar kelas dan tidak mau mengikuti pelajaran, setelah di adakan pendekatan, ternyata anak tersebut ketakutan karena dirinya mengalami pendarahan yang tidak pernah Ia ketahui sebelumnya. Sebagai Pamong yang berpengalaman tentang hal itu, maka Chorijati memberikan pengertian dan membereskan masalah tersebut dengan penuh kasih sayang, sehingga si anak mengerti dan tidak ada rasa takut, hal ini selalu diberikan kepada anak didik dalam kegiatan pelajaran ektra atau PKK. Menurut Chorijati yang nota bene adalah Guru Swasta, dalam menyikapi kegiatan PGRI yang diadakan oleh kalangan Guru, Ia berpendapat bahwa, Ia sebagai Guru dan warga Taman Siswa, menyambut baik adanya hal tersebut, namun dalam hal Prinsip atau yang mengikat, Chrijati tidak akan ikut, sebab Ia sudah mempunyai wadah tersendiri dengan aturan mainnya sendiri pula, sehingga dengan PGRI bagi Chorijati hal itu dianggap sebagai sesuatu yang boleh terjadi namun tidak mengikatnya. Sebab Chorijati yang sudah mengabdi pada T.M Ibu Pawiyatan sejak tahun 65, menganggap bahwa Organisasi yang harus ditaati adalah dimana Ia bernaung dan mengikatkan diri yaitu Taman Siswa, sedang sebagai bentuk tenggang rasa dengan sesama Pamong, Ia menghormati berbagai kegiatan yang diadakan oleh PGRI, yang nota bene ini adalah miliknya Guru Negeri, namun demikian Chorijati ikut mendukung dan berpartisipasi didalamnya. Diluar kegiatan belajar mengajar di kelas Chorijati yang pernah meraih kejuaraan deklamasi sewaktu Ia duduk di bangku SD dulu, Ia juga aktif menjadi pengurus dibidang kesenian pada Dinas P & P Wilayah Jogja Selatan bersama sama dengan Guru-guru SD yang lain, sehingga pergaulan dan karirnya sebagai Guru tidak hanya kedalam satu Yayasan saja tetapi juga bergaul dan berkembang dengan sesama guru yang lain. Chorijati beserta kawan Pamong di T.M Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta dalam kesempatan ini memberikan selamat kepada sesama Guru yang tergabung dalam PGRI, dan kita tingkatkan prestasi serta mutu anak didik demi masa depan bangsa dan negara .. ( piranha � humas )