KUNKER DEKRANAS DAPATKAN BANYAK MASUKAN

Dekranas sangat peduli terhadap kerajinan nasional. Hal ini terlihat dengan diadakan pelatihan, pendampingan dan sosialisasi keluar. Yogyakarta masih perlu banyak berbenah dalam industri batik, baik dalam hal distribusi, packing dan teknik batik. Demikian ungkap Ketua DEKRANAS, Hj. Dyah Suminar setelah acara kunjungan studi banding ke DEKRANAS Kota Pekalongan selama dua hari Kamis dan Jumat (15 - 16 / 9 ). Selain ke Pemerintah Kota Pekalongan kunjungan juga dilakukan ke Pabrik Batik Radika, Bazar Batik Pekalongan 2005 dan Pasar Batik Pekalongan. Lebih lanjut diungkapkan oleh Dyah Suminar bahwa kota lain, seperti Solo, Surabaya, dan Pekalongan sudah menggunakan teknologi internet, dan jasa profesional, seperti biro iklan, untuk mempromosikan industri kerajinan mereka sehingga, jauh-jauh hari masyarakat bisa mengetahui jadwal pameran, pemesanan barang ataupun keperluan lain-nya, dengan mengakses internet. Selain itu, acara pameran juga dikemas secara profesional sehingga meski lingkupnya nasional, tetapi pengunjung bisa dari luar negeri. Pelayanan terhadap calon pembeli, terutama wisatawan dinilai sangat kurang. Ada penjual yang menaikkan harga setinggi-tingginya hingga tiga kali harga wajar juga tanpa memperdulikan kualitas barang dagangannya misalnya luntur dan cacat produksi. Hal ini tentu saja akan membuat jera para wisatawan dan dimungkinkan akan membawa nama buruk barang kerajinan Yogyakarta,ujar Dyah Suminar. Pemilik Pabrik Radika, Abdul Kadir ketika menerima rombongan Dekranas Kota Jogja mengatakan bahwa ilmu batik Radika boleh dipelajari siapa saja untuk meningkatkan kualitas batik daerah, dan Radika akan selalu menemukan inovasi-inovasi baru dalam teknik dan corak batiknya. Bukannya suatu ilmu harus dirahasiakan tetapi harus juga dipelajari oleh teman sejawat sehingga akan selalu terus berkembang. Hal ini merupakan moto yang patut ditiru untuk perkembangan batik di Jogja, ungkapnya. Kunjungan diteruskan ke Festifal Batik dimana dilangsungkan pula Seminar Internasional, Fashion Show, Pameran Batik dan Batik on the Road dimana 1000 pembatik akan membatik kain sepanjang 1000 meter untuk memecahkan rekor Guinnes World Record. Even-event budaya yang bertaraf internasional tersebut dilaksanakan di eks Rumah Dinas Residen Pekalongan dan diselenggarakan dari 15 - 18 September 2005. Ibu walikota Pekalongan sekaligus ketua DEKRANAS Pekalongan, Hj. Balqis Basyir, SE, S.Ag Jumat (16 / 9) bertempat di ruang pertemuan Komplek Balaikota Pekalongan, menjelaskan selain kegiatan-kegiatan yang sifatnya kerja sama promosi batik tersebut, pemerintah kota Pekalongan juga memberikan fasilitas berupa pengurangan kewajiban pajak papan nama bagi para pedagang batik Pekalongan untuk memperlancar usaha mereka. Ikut pula dalam studi banding ini Para pengusaha yakni Terban Craft, Prams Batik, Pensil Terbang, Sutera Alam dan Aadheisya. Para Wakil pengusaha Jogja yang ikut studi banding berharap event-event tersebut sangat diharapkan ada secara rutin tiap tahun karena dapat tukar menukar dan menambah ilmu dan mempererat persatuan antara anggota DEKRANAS di tingkat nasional dan daerah.(Boyok)