Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Sulap Sampah Jadi Lampion Warnai Lomba Lingkungan Hidup
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta menyelenggarakan Lomba untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup pada Senin, (22/7/2019) dengan mengambil tema "Biru Langitku, Hijau Bumiku". Digelar di Grha Pandawa Balaikota Yogyakarta. Sederet lomba mengisi acara peringatan ini, yakni lomba Puisi Lingkungan yang diikuti oleh kelompok pelajar SD di Kota Yogyakarta, lomba Melukis, yang diikuti oleh kelompok siswa-siswi SD. Di dalam lomba ini para peserta bersaing dalam hal kreativitas menggambar alam sekitar. Lomba yang ketiga adalah lomba Membuat Lampion dari Limbah Plastik, dengan peserta kelompok siswa-siswi SMP. Dengan rentang waktu 3 jam, para peserta berlomba membuat lampion dengan memanfaatkan limbah plastik. Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Very Tri Jatmiko mengatakan, tujuan dilaksanakannya berbagai perlombaan tersebut sebagai langkah awal menanamkan rasa cinta anak kepada lingkungan sejak dini. "Diharapkan dengan pelaksanaan kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sejak dini. Mulai dari Sekolah Dasar, karena melestarikan lingkungan hidup ini bukan saja tanggung jawab pemerintah tapi tanggung jawab dari semua pihak termasuk pelaku usaha," ujar Very. Jika sejak dini kecintaan anak terhadap lingkungan sudah kita tanamkan, sambungnya tentunya dimasa yang akan datang akan tercipta lingkungan yang bersih dan sehat. Dengan diadakannya Peringatan Hari Lingkungan Hidup ini diharapkan timbul kesadaran bagi masyarakat Kota Yogyakarta untuk peduli lingkungan. "Mari kita bersama-sama sebarkan vius kepada semua orang untuk lebih mencintai lingkungan mulai dari anak-anak usia dini sampai dengan pelaku usaha," ujarnya. Pihaknya juga menekankan bahwa kegiatan ini juga salah satu upaya yang dilakakukan Pemerintah Kota Yogyakarta membangun literasi lingkungan hidup masyarakat, mengkampanyekan kesadaran lingkungan terutama di lingkungan sekolah dengan program sekolah adiwiyata. Very menilai jika program sekolah berwawasan lingkungan sekolah adiwiyata harus melibatkan seluruh warga sekolah. Ia pun menandaskan bahwa sekolah di Kota Yogyakarta terus didorong untuk meningkatkan kualitas pengelolaan bank sampah. "Salah satunya yakni dengan mengolah sampah tersebut menjadi barang yang berguna, kami lombakan membuat kampion dari bahan sampah plastik," paparnya. Membangun bank sampah di lingkungan sekolah dinila sangat efektif untuk memberikan edukasi sejak dini tentang bagaimana mengelola sampah, mulai dari pemilahan hingga pengolahan. "Hingga sekarang kami mencatat sudah ada 85 sekolah adiwiyata di Kota Yogyakarta dari tingkat SD sampai dengan SMA," ucap Very. (Vina amelia)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Kenalkan Yogyakarta Melalui Tour De Ambarukmo
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X beserta Walikota Yogyakata, Haryadi Suyuti yang didampingi Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi melepas 1.600 pesepeda peserta Tour de Ambarukmo (TDA) 2019, Sabtu (20/7/2019), di Royal Ambarukmo Hotel. Ada dua kategori rute yakni rute race 145 kilometer dan nonrace 130 Km. Baik rute race dan non race, untuk star dan finish di pendopo royal Ambarukmo serta melalui tiga check point. Rute check point pertama, yaitu dari pendopo hotel Royal Ambarukmo-Tugu-Gamping- Tugu Pensil Jalan Wates-Waduk Sermo, Kulonprogo. Check point kedua, dari Waduk Sermo-lapagan Tempel Sleman. Check point ketiga, Tempei- Cangkringan-Prambanan. Dari chekc point ketiga peserta menuju finish pendapa Royal Ambarukmo. Selanjutnya, pesepeda melalui check point ke-2 di Lapangan Tempel Cangkringan, kemudian mengarah ke Prambanan sebagai check point ketiga dan finish kembali ke Pendapa Ambarrukmo. Pada kesempatan tersebut,Walikota Yogyakarta mengatakan TDA bukan hanya sekedar olahraga bersepeda di wilayah Yogyakarta namun yang lebih penitng lagi untuk memperkuat citra Yogyakarta sebagai kota wisata dan budaya yang ramah. Ia berharap event tahunan tersebut mampu meningkatkan jumlah wisatawan serta menambah lama tinggal wisatawan. "Ini bisa menjadi wadah untuk memperkenalkan potensi wisata," tambahnya. Sementara itu, General Manager Plaza Ambarrukmo, Surya Ananta, menjelaskan jika TDA tiap tahun selalu diminati para masyarakat, ini dibuktikan dengan setiap penyelenggaraan jumlahnya meningkat. Tahun 2017 diikui 670 peserta, tahun 2018 diikuti 790 peserta dan tahun 2019 meningkat cukup signifikan yakni 1600 peserta. "Mereka bukan hanya dari tanah air namun juga luar negeri," terangnya. Ia berharap event tersebut memperkuat citra Yogyakarta sebagai kota wisata dan budaya serta ramah bagi para pesepeda. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Hadapi Revolusi Industri 4.0, Koperasi diharapkan Mampu Beradaptasi
Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi berharap koperasi di Kota Yogyakarta mampu beradaptasi di tengah pesatnya perkembangan teknologi terutama di dunia bisnis keuangan saat ini. "Dengan dimulainya era revolusi industri 4.0, tantangan baru yang dihadapi perkoperasian di Indonesia terasa semakin kompleks dan rumit," ucapnya saat membuka Pada Workshop Dalam Rangka Hari Koperasi Ke-72 di Ruang Bima Balaikota, Sabtu (20/7/2019). Hal itu menurutnya, disebabkan adanya perubahan gaya hidup generasi milenial yang begitu cepat dan tidak menentu (disruptif), akibat perkembangan teknologi informasi, robotik, artifical inteligence, transportasi, dan komunikasi yang sangat pesat. Pola dan gaya hidup generasi milenial bercirikan segala sesuatu yang lebih cepat, mudah, murah, nyaman, dan aman. "Sehubungan dengan hal tersebut koperasi harus mampu beradaptasi dan bertransformasi dalam menghadapi revolusi industri 4.0," tandasnya. Pihaknya menilai perlu sebuah gerakan-gerakan konkrit yang dilakukan oleh koperasi untuk meningkatkan citra Koperasi melalui peningkatan SDM yang kreatif dan inovatif, inovasi produk dan peningkatan pelayanan kepada anggota dan masyarakat. "Rebranding Koperasi sangat penting dilakukan sebagai bentuk kesungguhan Koperasi agar mampu meningkatkan eksistensinya," imbuhnya. Hal itu, kata Heroe bisa diwujdukan dengan beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh koperasi diantaranya, Koperasi harus menjadi daya tarik kaum millennial, sebab secara kuantitatif pada 2019 jumlah kaum millennial diproyeksikan sebanyak 23,77 % dari total populasi Indonesia, sehingga diharapkan jumlah ini mempunyai minat dan ketertarikan menjadi anggota serta mau memajukan Koperasi. "Kemudian, Pemanfaatan teknologi dan informasi dalam menjalankan usaha, pengembangan inovasi produk dan pelayanan Koperasi. Berbagai bentuk Koperasi dapat diarahkan untuk pelayanan-pelayanan berbasis online atau marketplace Koperasi. Ada berbagai bentul layanan digital yang dapat dimanfaatkan oleh Koperasi diantaranya website, media sosial (whatsApp, Instagram, Facebook dan lain sebagainya), pendaftaran online dan berbagai bentuk layanan digital lainnya. "Dengan dua hal tersebut kita semua berharap Koperasi dapat menjadi lembaga yang inovatif, kreatif dan diminati masyarakat luas dari berbagai golongan baik orang tua maupun kaum milenial serta mampu meningkatkan daya tawar Koperasi," jelas Heroe. (Wis/Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Dua Alat Pembersih Pedestrian Malioboro Siap Digunakan
Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti pagi ini melakukan pembersihan traso pedestrian di kawasan Malioboro dengan alat baru yang baru saja di beli Pemkot Yogya melalui UPT Malioboro yang diberinama Scrubber Dryer atau Alat Pengepel Pedestrian. Walikota menjelaskan jika alat tersebut akan digunakan setiap hari dengan tujuan untuk memastikan kondisi pedestrian disepanjang Jalan Malioboro dalam kondisi yang bersih sehingga pengunjung nyaman. Ia menekankan meski beroperasional setiap hari, untuk waktunya Ia kembalikan lagi sesuai dengan kebutuhan. Waktunya fleksibel, sesuai kebutuhan yang pasti setiap hari harus ada disini, tandasnya di Lokasi, Selasa (23/7/2019). Menurutnya, Malioboro adalah kawasan premium yang ada di Kota Yogyakarta karena menjadi jantung wisata di kota tersebut sehingga membutuhkan penanganan yang lebih baik untuk menjaga kebersihan agar wisatawan tetap nyaman. Dengan kehadiran dua alat tersebut, Ia berharap kotoran yang ada di traso Malioboro akan bersih secara sempurna. "Memang sudah ada gerakan Selasa Wage yaitu PKL libur dan bergotong royong membersihkan Malioboro dengan disapu atau disiram air. Namun, lantai pedestrian yang terbuat dari teraso belum bisa bersih maksimal," katanya. Untuk itu, lanjutnya, diperlukan mesin untuk menyikat sekaligus mengepel dan mengeringkan lantai pedestrian hingga benar-benar bersih. Sementara itu, Kepala UPT Malioboro, Ekwanto mengatakan jika pihaknya sudah melakukan studi banding dan melihat bagaimana alat tersebut bekerja. "Pembersihan pedestrian bisa dilakukan mudah dan lantai pedestrian pun bersih," ujarnya Saat ini, UPT Malioboro mengandalkan 25 tenaga kebersihan yang terbagi dalam tiga shift untuk menjaga kebersihan Malioboro. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Wawali menerima KKLDN Studi Wilhan Pasis Dikreg LVII Seskoad TA 2019
Selasa siang, 23 Juli 2019 bertempat di ruang Sadewa, Kompleks Balaikota, Timoho Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menerima KKLDN Studi Wilhan Pasis Dikreg LVII Seskoad TA 2019. Kol Kav. Rahyanto Edi Yunianto menyampaikan bahwa rombongan terdiri dari 16 orang pasis dan satu diantaranya berasal dari Negara lain. Dalam kesempatan ini didampingi 4 orang pendamping dan Komandan Kodim 0734 Yogya, Letkol Inf Wiyata S Aji. Pasis ingin mengetahui bagaimana kebijakan dan strategi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengantisipasi Potensi konflik yang muncul akibat Pemilu serentak 2019. Heroe Poerwadi menyampaikan ucapan selamat datang di Kota Toleransi Yogyakarta, Kota Budaya. Kota Wisata dan berbagai predikat yang disandang lainnya. Pada tahun 2018 yang lalu Pemkot menerima penghargaan sebagai Kota Tolerasi, sebuah penghargaan atas upaya membangun kehidupan kebangsaan yang beragam agama, kepercayaan, suku, ras dan golongan. Keberagaman tersebut menjadi sebuah jaring pemersatu yang terikat erat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kota Yogyakarta, dimana masyarakatnya saling bergotong royong, saling menghormati, saling mengisi dan saling bersinergi satu sama lainnya. Hal tersebut bisa kita lihat dari berbagai warisan seni, budaya yang ada di Kota Yogyakarta, dari sisi seni kita bisa lihat perkembangan seni musik gamelan yang dalam beberapa gending atau iringan tari menggunakan tambur yang merupakan kolaborasi seni tradisonal dengan modern, juga adanya tari golek menak yang dipengaruhi oleh perkembangan islam di tanah jawa, ada wayang potehi yang bersinggungan dengan budaya cina, ada wayang wahyu yang bersinggungan dengan agama nasrani, sehingga dapatlah dikatakan bahwa budaya jawa menampung, menyerap budaya lain yang kemudian diaptasikan menjadi sebuah inovasi budaya yang hidup dan berkembang seiring dengan tantangan zaman. Pemilu Legislatif yang bersifat ideologis dan Pilpres yang bersifat rasional dilaksanakan bersamaan dengan durasi waktu kampanye yang berbulan-bulan menjadikan pertarungan ideologis rasionalis di masyarakat yang membuat haru biru masyarakat. Di Kota Yogyakarta kawasan ideologis telah dipetakan dan komunikasi dalam Forkominda maupun silaturahmi dengan tokoh agama, tokoh partai piolitik, tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dilaksanakan sejak awal sehingga haru biru akibat Pemilu serentak bisa diantisipasi sejak dini. Dukungan TNI " Polri melalui struktur berjenjang dan jaringan intelejennya membuat kami di Forkominda bisa mendeteksi berbagai kemungkinan dan membuat kebijakan antisipasinya. Alhamdulillah kami berhasil merajut dan membingkai warga Kota Yogyakarta dalam Kesatuan dan Persatuan untuk lebih berkiprah membangun Yogyakarta Istimewa. Dialog berlangsung seru dan antusias terlebih adanya empat Pasis yang menyampaikan pertanyaan. Acara diakhiri dengan penyerahan cinderamata dan foto bersama. Di Penghujung Heroe Poerwadi bertutur, bahwa Pager mangkok lebih kuat dari pager tembok yang dapat dimaknai dengan membangun komunikasi ke lingkungan melalui mangkok atau makanan akan lebih efektif dibandingkan membangun pagar tembok mengelilingi rumah. (ant)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Wahyu Kirto Laksono Raih Hadiah Hut Jogja 58
Wahyu Kirto Laksono yang sehari-hari berprofesi sebagai pemilik Bimbel "Sukses" memenangi hadiah utama sebuah mobil Daihatsu Ayla dari Bank Jogja. Hadiah mobil ini merupakan hasil undian HUT Bank Jogja ke 58 yang digelar di Stadion Kridosono Yogyakarta pada tanggal 30 Juni lalu. Saya tidak menyangka bisa memenangkan undian. Mobil tidak akan dijual tetapi akan saya pakai sendiri, katanya usai menerima hadia tersebut di Balaikota, Selasa (23/7/2019) Usai memenangi hadiah utama, Ia pun berkeinginan untuk bisa menabung secara rutin di Bank Jogja bahkan mengajak tetangga di sekitar tempat tinggalnya di Perumahan Nogotirto untuk menabung di bank milik Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut. Sementara itu, Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti yang menyerahkan hadiah utama mengingatkan seluruh masyarakat untuk rajin menabung. "Sisihkan uang untuk menabung. Jangan menabung saat ada uang sisa. Tetapi memang diniatkan untuk menabung secara rutin," katanya. Sedangkan Direktur Utama Bank Jogja Kosim Junaedi mengatakan, Bank Jogja melakukan undian Tabungan Istimewa dua kali dalam satu tahun yaitu pada Juni untuk memperingati ulang tahun Bank Jogja dan pada Oktober untuk memperingati hari ulang tahun Kota Yogyakarta. "Seperti Pak Wahyu, nominal tabungan tidak mempengaruhi apakah nasabah akan memenangkan undian utama atau tidak. Bahkan pada undian sebelumnya, pemenang hanya memiliki tabungan Rp 500.000," katanya. Ia menungkapkan jika jumlah nasabah Tabungan Istimewa Bank Jogja mencapai lebih dari 30.000 orang, namun poin yang diundi bisa mencapai sekitar dua juta karena setiap tabungan sebesar Rp100.000 akan memperoleh satu poin. Kosim juga berpesan ke pemenang agar mengajak warga di lingkungan sekitarnya untuk menabung di Bank Jogja karena berpeluang untuk memperoleh berbagai hadiah. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Perekonomian Terangkat Melalui Gandeng Gendong, Empat Warga Cokrodiningratan Kembalikan PKH dan KMS
Empat warga Cokrodiningratan di Kota Yogyakarta mengembalikan bantuan Program Peserta Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Program Kartu Menuju Sejahtera (KMS), Selasa (23/7/2019). Empat penerima bansos tersebut merupakan warga RT 27 Kelurahan Cokrodiningratan yang kini perekonomian keluarganya sudah mampu sejak ikut program gandeng gendong yang telah digulirkan beberapa waktu terakhir ini. Empat warga tersebut kini sudah mampu dan merasa tidak pantas lagi menerima bantuan sosial dari pemerintah, untuk itulah mereka mengembalikan bantuan tersebut kepada pemerintah, kata Ketua RT 27 Cokrodiningratan, Sobari. Sobari mengaku, sejak digulirkannya program gandeng gendong oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, tidak sedikit warganya yang terbantu dalam membangun usaha bisnis mereka. Termasuk empat orang ini, kini mereka sudah bisa menjalankan bisnis kulinernya melalui program gandeng gendong dengan jualan nasi box, imbuhnya. Sobari mengungkapkan, kini warganya yang menerima KMS hanya tinggal dua orang saja. Di wilayah RT 27 tinggal dua orang saja, keduanya memang saat ini masih membutuhkan bantuan tersebut, ucapnya. Sobari berharap kedepannya tidak ada lagi warganya yang menerima bantuan sosial dalam bentuk apapun. Saya berharap RT 27 bersih dari bantuan sosial, dan semoga program gandeng gendong ini mampu mengangkat ekonomi warga, harap Sobari. Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi Mengapresiasi langkah tersebut, Pihaknya berharap langkah tersebut menjadi teladan bagi warga lain di Kota Yogyakarta. "Kami akan terus melakukan upaya untuk menurunkan angka kemiskinan di Kota Yogyakarta, salah satunya adalah dengan program Gandeng Gendong dan Do it Kampung, dan di kelurahan Cokrodiningratan beberapa warga sudah membuktikannya," jelas Heroe. Salah satu bentuk program Gandeng-Gendong adalah memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat untuk menjadi penyedia jamuan makan dan minum dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan Pemerintah Kota Yogyakarta. "Kami sudah melatih kelompok masyarakat, khususnya ibu-ibu untuk bisa menyediakan sajian makan dan minum dalam kegiatan yang diselenggarakan pemerintah daerah. Selain itu, kami juga sudah meminta hotel untuk bisa menyerap produk dari masyarakat yang ada di sekitarnya," ujarnya. Heroe juga mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus berupaya menurunkan angka kemiskinan. Bahkan, penurunannya melampaui target yang ditetapkan yakni berada di angka 6,9 persen pada 2018. Padahal, penurunan kemiskinan ditargetkan sebesar tujuh persen di tahun 2022. Namun, di 2018 target tersebut sudah terlampaui. "Pada 2022 ditarget tujuh persen penurunannya. Sekarang baru tahun kedua kita sudah 6,9 persen. Artinya sudah melampaui target yang lima tahun," tandasnya. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Wawali Berikan Pembinaan Bagi Relawan PMI Se-Kecamatan Kota Yogyakarta
Wakil Walikota Heroe Poerwadi sebagai Pembina Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Yogyakarta menggelar pembinaan yang dihadiri oleh relawan PMI Se-Kecamatan Kota Yogyakarta, di Omah Dhuwur Restaurant, Jalan Mondorakan No 252, Bodon, Prenggan, Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta, pada Selasa (23/7) Ajang pembinaan relawan ini diadakan setidaknya dua bulan sekali oleh PMI Kota Yogyakarta. Kali ini para relawan se-kecamatan ini di pandu langsung oleh Pembina PMI Yakni Heroe Poerwadi. Sebanyak 14 peserta dari 14 Kecamatan di Kota Yogyakarta menghadiri kegiatan ini. "Kegiatan PMI ini melibatkan relawan dari latar belakang budaya, minat dan pendidikan yang berbeda. Namun kalian akan saling bertukar pengalaman, belajar bersama PMI Kota Yogyakarta agar menjadi solid satu sama lain" ungkapnya. Melalui temu PMI Se-Kecamatan Kota Yogya ini, Heroe Poerwadi menjelaskan, semua berupaya berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh PMI dan menjadikan PMI sebagai keluarga mereka. "Perlu dipahami, PMI merupakan organisasi yang diisi dengan kegiatan social, membantu sesama masyarakat Kota Yogya, dan memberikan arahan untuk menyelesaikan masalah masyarakat dengan sukarela" ungkapnya. PMI menjadi organisasi dan sebagai agen Perubahan untuk berkontribusi secara professional dalam penguatan kapasitas organisasi PMI dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Di temu PMI Se-Kecamatan Kota Yogyakarta kali ini di hadiri oleh Sekertaris PMI Kota Yogyakarta, Lilik Kurniawan yang mengatakan, kegiatan pembinaan ini diharapkan terus berkembang dan singap dalam menyelesaikan masalah yang ada di Kota Yogya. "Dengan mengikuti pembinaan ini yang diikuti oleh seluruh perwakilan se-Kecamatan Kota Yogya, kami berharap kapasitan PMI di masyarakat dengan melibatkan Kecamatan di Kota Yogya dapat semakin solid, berkembang sehingga semakin sigap dan tanggap dalam menyelesaikan maslah kedaruratan" ungkapnya. Ia juga menambahkan, hingga saat ini PMI Kota Yogya, bekerja dengan sukarela, diharapkan setiap anggota PMI mampu menjadi tauladan dan contoh bagi masyarakat Kota Yogyakarta. " Kegiatan ini sekaligus menegaskan bahwa devactonya PMI kota Jogya dipegang saya, Wawali memerintahkan saya untuk lebih serius menyelesaikan masalah secara operasional harian takutnya ada yang mengganggu jadi lebih ditekankan saya yang akan pegang PMI Kota Yogya. Diharapkan PMI akan lebih baik dan lebih solid, karena kami bukan lembaga provit tapi sebagai relawan harus capek harus tombok," ungkapnya.(Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Kelurahan Cokrodiningratan Masuk 5 Besar Lomba Kelurahan Tingkat Regional
Kelurahan Cokrodingratan berhasil maju di tingkat regional Jawa Bali dalam ajang lomba kelurahan Nasional. Cokrodiningratan menjadi wakil DIY karena dinilai berhasil memberikan beragam inovasi pelayanan publik. "Kelurahan Cokrodiningratan memang memliki sederet inovasi yang berhasil memberikan kemudahan pelayanan bagi warganya," ucap Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat menerima tim Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan (Epdeskel) Tingkat Regional Jawa Bali, Selasa (23/7/2019) pagi di Kantor Kelurahan Cokrodiningratan. Ia menjelaskan, diantara inovasi yang berhasil digagas yakni Cokro Juara, Kelambu (Kelas Kaum Ibu) yakni ibu ibu yang hamil diberikan bimbingan dan konsultasi sehingga terjaga bayinya. "Kemudian dilanjutkan dengan program masuk 1 keluar 5 . mereka sejak kehamilan bulan pertama melaporkan pak lurah sudah menyiapkan KIA, KK baru, Akte kelahiran, KMS dan buku KIA," imbuh Heroe. Dan yang terbaru adalah Pramu Nawolo Loyo, yakni merupakan program Pemerintah Kota melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang memberikan kemudahan pelayanan pengurusan dokumen terhadap anggota keluarga yang baru saja meninggal dunia. Dengan Program ini, Warga tidak harus kesulitan mengurus dokumen kematian anggota keluargannya sendiri karena akan dibantu Kader Masyarakat Tertib Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA). Oleh karena itu, Kelurahan sebagai lini terdepan pemerintah harus mampu memberikan pelayanan yang profesional dengan sistem dan prosedur yang transparan dan terpadu," imbuhnya. Selain itu Ia menambhakan, Kelurahan juga dituntut untuk mampu mengajak dan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap upaya pembangunan. "Karena Kelurahan merupakan instansi yang mempunyai peran cukup strategis dalam upaya pemberdayaan dan transformasi sosial mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera," sambungnya. Ia berharap berbagai program dan inovasi dapat menjadi pertimbangan bagi Tim Penilai untuk memberikan nilai terbaik atas segala upaya dan kerja keras yang telah dilakukan oleh masyarakat dan aparatur Kelurahan Cokrodiningratan. Dalam kesempatan yang sama Ketua Tim penilaian Tingkar Regional Kiki Sukirno mengatakan, kegiatan dilakukan untuk mengevaluasi tingkat perkembangan desa yang dilihat dalam tiga aspek, diantaranya aspek pemerintahan, kewilayahan dan kemasyarakatan sesuai Permendagri Nomor 81 Tahun 2015. Kami sudah menetapkan Kelurahan Cokrodiningratan ini sebagai salah satu yang masuk lima besar untuk regional Jawa Bali, ucapnya. Ia juga menekankan lima hal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Desa dalam lomba tersebut, yaitu tata kelola Pemerintahan Desa yang ditentukan oleh interaksi masyarakat desa melalui koreksi, saran, masukan, tanggapan (KSMT), Inovasi desa, pengembangan wilayah dan potensi unggulan desa, pemberdayaan dan peningkatan kapasitas modal manusia serta perekonomian melalui usaha khas desa di Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Ada beberapa hal yang harus ditekankan dalam penilaian seperti interaksi masyarakatnya seperti apa, pemberdayaan modal manusia dan usaha khas desa nya seperti apa, dan lain-lain, imbuhnya. Sementara itu Lurah Cokrodiningratan Narotama menuturkan, Kelurahan yang ia gawangi saat ini memiliki sederet inovasi diantaranya Sekolah Sungai, Pembuatan Briket Arang, Program Gamis (Gerakan Mari Infaq dan Shodaqoh), Pendirian Gondes (Gondolayu Departemen Store) dan Program Kelambu (Kelasnya Kaum Ibu). Ia berharap lomba ini menjadi pemicu semangat Kelurahan Cokrodiningratan untuk terus melakukan inovasi untuk masyarakat. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
SMAN 8 Bagikan 1000 Puisi dan Nasi Bungkus di Sepanjang Jalan Malioboro
Selasa Wage merupakan kegiatan rutin Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam membersihkan area di sepanjang jalan Malioboro. Aksi bersih-bersih ini meliburkan semua PKL yang ada di sepanjang Jalan Malioboro guna menjaga kebersihan di area malioboro atau dikenal dengan kegiatan Reresik Malioboro, Selasa (23/7). Bedanya dalam kesempatan kali ini, Selasa Wage difokuskan pada pembersihan Malioboro dari kebersihan malioboro yang melibatkan pelajar SMAN 8 Kota Yogyakarta untuk ikut serta membersihkan malioboro. Dimana pada kegiatan ini para pelajar memiliki aksi social pakci. Sedikitnya kurang lebih 200 pelajar SMAN 8 yang ikut dalam aksi ini. Para pelajar terdiri dari siswa kelas 10,11, dan 12. Ketua pelaksanas Muhammad Fajar Ifqi mengatakan, ini merupakan aksi social yang dilakukan pelajat SMAN 8 untuk membantu Pemerintah Kota Yogyakarta dalam membersihkan jalan malioboro setiap Selasa Wage. "Sebenarnya Aksi sosial pakci ini kami ingin membantu membersihkan malioboro dengan diawali pawai dari Mandala Krida hingga finish di Kepatihan, setelah itu diresmikan dengan pembukaan oleh pak Wakil Walikota, ini melibatkan semua pelajar SMAN 8," ungkapnya. Selain itu para pelajar SMAN 8 ini juga melakukan aksi penandatanganan Puisi dengan bertemakan kebudayaan dan pendidikan yang ditulis langsung oleh salah satu guru mereka. Bersih-bersih maliobro ini juga sekaligus membagikan nasi bungkus , serta membagikan 100 Puisi dari seluruh pelajar SMAN 8 Kota Yogyakarta. "Karena kami berniat membuat rekor muri jejak malioboro melalui Puisi, karena blm ada yang membuat 1000 puisi dengan tema kebudayaan dan pendidikan seperti Delayota. Semoga apa yang kita mulai ini menjadikan contoh tauladan yang dilihat oleh masyarakat luas, pelajar agar dapat membuat kegiatan yang bisa membantu sekitar dan itu menjadi suatu symbol pelajar jogja bersahabat" ungkapnya. Selain itu, Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, ikut menandatangani Puisi dari pelajar SMAN 8 Kota Yogyakarta, mengungkapkan jika aksi Selasa Wage ini diisi dengan berbagai kegiatan yang positif sehingga kegiatan selasa wage tak hanya bersih-bersih bersama saja, namun melibatkan seluruh masyarakat Kota Yogya. Harapannya, kegiatan ini akan menjadi sebuah kebiasaan bagi seluruh komunitas, elemen masyarakat dan pelajar Yogya, untuk selalu melestarikan, merawat Kota Yogyakarta salah satunya yang ada di Malioboro ini. Mereka akan otomatis melakukan kegiatan bersih-bersih bersama pada Selasa Wage berikutnya, ungkapnya Heroe Poerwadi berharap dengan dilaksanakan kegiatan ini akan tercipta Yogyakarta yang bersih, tertib, dan aman. Untuk kegiatan reresik malioboro hari ini, menurut wawali adalah perwujudan dari komitmen menjaga Jogja dari kebersihan yang berada dijalan maupun yang ada di trotoar. Walikota berharap kegiatan membersihkan ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga untuk Kota Yogyakarta. "Harapannya inisiatif menggiatkan Selasa Wage diikuti semua komunitas di Malioboro agar rutin bersih-bersih dan menjaga Malioboro. Setiap libur Selasa Wage, reresik hukumnya wajib," terangnya. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Penataan Malioboro tidak bisa instan
Selasa Wage, 23 Juli 2019 bertempat di pintu barat kepatihan digelar Dialog Budaya Gelar Seni "Yogya Semesta" seri 119 kerjasama dengan Bappeda DIY, narasumber Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Indra Trenggana/budayawan, Ari Wulu/penata musik gamelan dan Achmad SM (IAI) dipandu host Hari Dendi didampingi Rommy Heryanto. Diawali dengan alunan gamelan dari Gamelan dan Suluh gayam 16, pameran hasil karya lukis dari 4 siswa SMSR yang dilanjutkan dengan sajian tari beksan gaya Yogyakarta Langen Mandra Wanara dengan lakon Senggono Duto yang dibawakan oleh pamong SMKN 1 Kasihan, Bantul. Heroe Poerwadi mengawali dialog budaya yang bertopik " Malioboro, ruang kreativitas publik" dengan ungkapan untuk menuju Malioboro sebagai sebuah pedestrian tidak bisa dilakukan dengan instan, tapi butuh proses berupa tahapan-tahapan dimana dalam setiap tahapan dievaluasi agar tidak memunculkan dampak negatif bagi para pemangku kepentingan di Malioboro. Pada tahap awal ini Malioboro kita konsep sebagai semi pedestrian dan telah dilakukan uji coba dua kali selasa wage. Untuk selasa wage yang pertama berbagai masukan telah kami terima dan kita terapkan dalam kebijakan di uji coba kedua ini, sedangkan hasil dari uji coba kedua akan kita diskusikan, guna diketahui pernasalahan yang muncul dan alternatif solusi dari permasalahan tersebut. Pemkot telah melakukan rekayasa lalu lintas, penyediaan sarana parkir dan upaya membiasakan masyarakat baik melalui sosialisasi, edukasi maupun kebijakan yang langsung diterapkan dalam pelaksanaan semi pedestrian Malioboro. Terkait dengan lalu lintas masalah yang muncul adalah arus masuk dengan arus keluar lalu lintas pada satu titik temu yang berpotensi membuat macet oleh karena itu Pemkot berupaya untuk menata arus lalu lintas dengan jalan searah dan tata kelola lampu pengatur lalu lintas. Untuk masalah parkir kami berkoordinasi dengan PT KIA agar di kawasan stasiun Tugu bisa dibangun lahan parkir yang bisa memuat 1300 kendaraan. Menurut Indra Trenggana, budayawan muda bertutur bahwa Malioboro adalah ikon Kota Yogyakarta, jika kita berbicara tentang Malioboro maka tak lepas dari tiga hal, yakni ; Malioboro dan Romantisme, Malioboro dan ekonomi wisata, Malioboro dan peradaban Kota Yogyakarta. Sementara Ari Wulu berujar bahwa dari pengalamannya dalam menyusuri trotoar malioboro telah lahir berbagai ide dan gagasan kreatif dalam bermusik, sehingga bagi saya Malioboro sangat dinamis dalam memberi ruang untuk berkreasi dan berkarya. Sedangkan Achmad SM, menyampaikan bahwa penataan ruang publik apalagi seperti Malioboro harus dilakukan secara bertahap dan terukur agar diperoleh hasil yang memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan di Malioboro. Dalam dialog tersebut ada pengunjung Malioboro yang berasal dari luar kota menyampaikan keluhannya tentang tempat pembuangan sampah yang dirasa masih kurang. Menanggapi tentang sampah Heroe Poerwadi menjelaskan bahwa jumlah bak sampah di Malioboro telah memenuhi standar kebutuhan, namun kebanyakan orang yang membuang sampah justru di sekitar bak sampah. Hal ini menimbulkan tumpukan sampah di sekitar bak sampah. Mensikapi itu Pemkot dan Paguyuban Pedagang Malioboro tengah membangun gerakan komunitas yang memungut sampah dan mengelola sampah. Sampah dipungut dijadikan dalam satu tempat yang kemudian secara reguler diambil oleh DLH, sedangkan sampah yang bisa didaur ulang akan dikelola agar bisa memberi manfaat. Selain itu melalui UPT Malioboro dibangun kesadaran untuk membuang sampah dan memungut sampah yang dibuang tidak pada tempatnya melalui senyum sapa petugas pada pengunjung sembari mengingatkan agar membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Pemkot mengapresiasi dan berterima kasih atas berbagai masukan dari para pengunjung, pemerhati dan budayawan untuk dijadikan masukan dalam merumuskan kebijakan tentang Malioboro. Dialog Budaya diakhiri dengan penyerahan Cinderamata oleh Heroe Poerwadi pada para nara sumber dalam dialog Budaya. (ant)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Pelaku Wisata Diminta Ciptakan Narasi Positif Jogja
Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi meminta pelaku wisata untuk membangun narasai positif Kota Yogyakarta. Menurutnya hal tersebut kini menjadi kunci utama dunia pariwisata. "Sekarang ini semua informasi wisata diakses melalui media sosial, kalau kita tidak bisa membangun narasi positif tentu akan kalah," ucapnya saat membuka Workshop Kuliner dan Belanja di Prawirotaman Gallery Hotel, Selasa (23/7/2019). Pihaknya meminta pelaku wisata untuk mulai membuat cerita menarik tentang semua obyek wisata yanga ada di Kota Yogyakarta, tidak hanya destinasi namun juga tentang kuliner. "Melihat perkembangan wisata kuliner saat ini, yang sedang digemari sebenarnya adalah cerita atau story telling tentang makanan itu sendiri. Sehingga orang tertarik tidak hanya pada rasanya saja," ucapnya. Disisi lain, Heroe juga mendorong kampung wisata untuk mengambil bagian tersebut. Kampung wisata diharapkan bisa menghadirkan sesuatu yang natural yang justru menjadi daya tarik para wistawan. Menurutnya kampung wisata harus bisa juga mengajak wisatawan untuk menyelami kehidupan di kampung wisata. "Wisata masa kini tidak hanya membuat wisatawan melihat, tapi juga menikmati sensasi maupun pengalaman merasakan langsung," ujarnya. Karena sekarang ini, sambungnya, pariwisata yang menarik adalah yang dapat memberikan experience atau pengalaman. Misal, menyiapkan paket menari yang dapat diikuti oleh wisatawan dengan menyediakan baju tari yang praktis siap dipakai, atau bisa juga wisatawan diajak untuk belajar membatik. Ia juga menekankan pentingnya membangun sekaligus mempertahankan karakter Yogyakarta di tengah ketatnya persaiangan industri wisata yang begitu marak belakangan ini. "Kita harus tetap membuat Yogyakarta memiliki karakter yang kuat, Yogyakarta kota seni dan budaya harus dikuatkan agar orang mau datang," ucap Heroe. Pihaknya menilai Kalau hanya wisata semua tempat bisa dibuat, bahkan bisa lebih bagus, termasuk dengan mereplikasi yang sudah ada. Seperti Palembang yang baru saja membuat wisata malam dengan julukan "Malioboro dua". Untuk mendorong hal tersebut, Heroe mengajak seluruh pemangku kepentingan dunia wisata untuk melakukan sejumlah perbaikan. Termasuk Hotel, Heroe meminta agar hotel memberikan nuansa Yogyakarta yang kuat. "Selain kuliner dan desain bangunan dan interior, hotel juga harus bisa menghadirkan nilai-nilai khas Yogyakarta, jangan sampai karakter Yogyakarta kita gerus sendiri," tandasnya. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Fasilitasi Wisatawan Blusukan Kampung Wisata, Jogja Bike luncurkan Unit MTB
Pemkot Yogyakarta meluncurkan sejumlah fasilitas anyar untuk menunjang konsep semi pedestrian Malioboro. Fasilitas ini diharapkan bisa memanjakan para wisatawan. Salah satunya adalah meluncurkan unit baru Jogja bike yang berupa sepeda jenis MTB atau sepeda gunung untuk melengkapi koleksi layanan Jogjabike yang sebelumnya hanya mengadopsi ontel, Selasa (23/7/2019). Peluncuran unit baru Jogja bike ini adalah untuk memfasilitasi para wisatawan yang ingin blusukan ke kampung wisata dengan cara gowes. Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan Jogjabike versi MTB tersebut untuk mewadahi aspirasi pengguna yang menginginkan bisa berkendara nyaman untuk jarak jarak yang agak jauh, bukan di sekitaran Malioboro saja. Dengan Jogjabike MTB ini harapan kami wisatawan yang menyewa sepeda bisa berpergian sampai kampung kampung wisata di pinggiran Yogya, yang jalan kampungnya sempit dan tak bisa di akses becak atau andong atau angkutan umum lain ujarnya. Menurutnya Di Yogya sendiri banyak kampung wisata dengan keunikan tersendiri dan bisa dijangkau dengan gowes. Seperti blusukan di lokasi perajin perak di Kotagede atau menyambangi gang gang kecil di kampung perajin Dipowinatan atau Kauman yang eksotis. katanya. Dengan bersepeda, lanjutnya, bisa pula belanja oleh oleh ke pusat perajin bakpia di Kampung Patuk atau belanja batik lukis di kampung Tamansari. Walikota menambahkan jika keberadaan alat transportasi ramah lingkungan juga akan mendukung uji coba Malioboro yang diarahkan menuju kawasan semi pedestrian. Sementara itu, Komisaris Utama Jogja Bike, Triyanto menambahkan, Jogja Bike edisi MTB ini bisa digunakan wisatawan untuk jarak lebih jauh dibandingkan Jogja Bike edisi sepeda onthel. Untuk menghubungkan destinasi wisata Malioboro ke kampung dan ikon wisata di sekitar Malioboro, sebagai penghubung. Sehingga wisatawan tidak tumplek blek di Malioboro, sehingga kampung dan ikon wisata tersembunyi bisa lebih dikenal, kata Triyanto. Biaya sewa Jogja Bike edisi sepeda onthel dan MTB sama, yakni Rp 5.000 per jam. Wisatawan bisa menyewa melalui aplikasi. Tiap unit sepeda dipasangi alat GPS sehingga pengelola bisa memantau keberadaan sepeda ketika disewa wisatawan. Khusus sepeda onthel dipakai di sekitaran Malioboro, kalau MTB bisa lebih jauh, nanti akan dilengkapi rute, imbuhnya. Triyanto mengungkapkan, bahwa seluruh sepeda dilengkapi dengan GPS tersembunyi. Bila ada oknum yang dengan sengaja membawa Jogja Bike keluar jauh dari jangkauan, maka pihaknya bisa segera melacak. Layanan Jogja Bike bisa diakses wisatawan lewat aplikasi Ina Bike. Untuk pembayaran sewanya bisa melalui aplikasi Link Aja atau tunai. Layanan Jogjabike sendiri saat ini memiliki rata rata trip peminjaman 100 hingga 150 trip perharinya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Ratusan Lansia Rayakan HUT PWRI Ke-57 Tahun
Kurang lebih sejumlah 200 Lansia yang bergabung dalam Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) memperingati Hari Lansia PWRI yang dilaksanakan di Lapangan Balaikota Yogyakarta, Rabu (24/7). Diawali dengan memotong Tumpeng oleh Walikota Yogyakarta tanda perayaan HUT PWRI Kota Yogyakarta yang Ke-57 Tahun. Haryanto(79), salah satu anggota PWRI kecamatan Danurejan mengatakan, bahwasannya senam ini sangat membuat sehat dan banyak manfaat adanya PWRI. "Senam pagi ini sangat menyehatkan, tetapi kalau kelamaan ya encok. Tapi dengan adanya PWRI ini sangat membuat bahagia para lansia. Banyak relasi dan memperpanjang usia,"tuturnya. Kecamatan Tegalrejo, Rajimin(77) pun tak kalah menyahut jika acaranya tahun-tahun lalu di RW kecamatan. "Sudah dua tahun ini di gabung dan hanya perwakilan saja dari kecamatan per RW se-Kota Madya. Dan di hadiri oleh Walikota," sahutnya. Menurutnya pengabdian selama puluhan tahun saat menjadi abdi negara menjadi bekal dan pengalaman untuk tetap berperan di masyarakat. Setelah pensiun, lanjutnya, tetap ada seperti ikatan janji untuk berkiprah di masyarakat dan mendukung program pembangunan pemerintah. Apalagi kiprah di lingkup paling kecil di kampung seperti RT/RW. Bukan perkara yang bisa disepelekan karena berhadapan langsung dengan masyarakat dan beragam karakater. Ia menilai justru para pensiunan yang lanjut usia bisa memberikan motivasi dengan pengalamaan yang didapat selama ini. "Kiprah di wilayah seperti RW itu tidak bisa disepelekan karena bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kami yang sudah sepuh-sepuh ini menjadi pendorong dan pemersatu warga," terangnya. Ketua Panitia PWRI Kota Yogya, Haryadi mengatakan, rangkaian kegiatan ulang tahun meliputi ziarah hingga Cek Kesehatan Gratis oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. "Kegiatan ini meliputi Upacara peringatan HUT PWRI yang diisi oleh serangkaian acara meliputi Ziarah Anggota PWRI yang dilaksanakan tanggal 23 Juli 2019, dilanjutkan dengan senam dan pemeriksaan kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta," katanya. Peserta yang mengikuti HUT PWRI Ke-57 adalah seluruh Lansia anggota PWRI se kota Yogyakarta yakni meliputi 14 kecamatan seperti Kecamatan Gondokusuman, Umbulharjo, Tegalrejo dan lainnya. Haryadi menambahkan dengan satu semangat untuk PWRI semakin sejahtera. "Dengan kegiatan ini saya berharap keluarga PWRI semakin erat, solid, serta tata tentram kertaharja, selamat Ulang Tahun PWRI Kota Yogyakarta, Jaya jaya jaya," katanya. Selain itu, Ketua PWRI Kota Yogyakarta, Muhammad Ngadyono berharap, anggota PWRI Kota Yogyakarta diberikan kesehatan dan selalu berperan aktif di dalam kegiatan PWRI. "Mudah-mudahan untuk Ulang Tahun yang akan datang bapak ibu diberikan kesehatan, kesejahteraan, memeriah PWRI kota Yogyakarta, semoga menjadi amal baik bagi bapak ibu sekalian," ungkapnya. Kegiatan ini melalui arahan dan dukungan dari Pemerintah Kota Yogyakarta yang selalu meningkat dan memudahkan PWRI agar lebih baik lagi. "Kita ini sebagai penerus, penerus kepada Korpri, mengabdi kepada negara bangsa melalui lembaga social organisasi kemasyarakatan yang di gaji oleh pemerintah, untuk memiliki peran aktif di pemerintah daerah membantu menyukseskan pembangunan di Kota Yogyakarta," ungkapnya. Dalam sambutannya Walikota Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, ini merupakan bentuk perjalanan yang telah dilalui sepuh agar tetap sehat, mempererat kekeluargaan di organisasi PWRI. Organisasi ini harus terus berkembang, harus bisa meningkatkan kualitasnya sebagai organisasi atau wadah teman-teman senior dan pejabat yang memasuki batas usia yakni pensiun. Organisasi yang baik adalah yang bermanfaat untuk anggotanya," ungkapnya. Haryadi Suyuti menambahkan, Purna Tugas yang dialami para lansia bukan akhir segalanya, akan tetapi masa ini hendaknya dimanfaatkan sebagai fase pemulihan kondisi psikologis dan keharmonisan dinamika kehidupan di tengah keluarga maupun masyarakat. "Sebagai lansia harus lebih Mandiri Produktif dan Sejahtera (MPS), mohon bisa bersinergi dengan program lansia dan bentuk pengabdian yang berbeda. Menjadi tua itu pasti namun dinikmati saja, sehat selalu, dirgahayu PWRI Kota Yogya, marilah kita jaga selalu PWRI," ungkapnya. (Hes/Vin)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Sinergitas menuju Kota ramah Lansia
Dinas Sosial Kota Yogyakarta bersama Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Elsam dan dukungan Program peduli Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan kebudayaan menyelenggarakan Fokus Grup Diskusi/FGD, pada hari rabu pagi, 23 Juli 2019 di Hotel GAIA Cosmo guna menyusun indikator Kota Yogyakarta ramah lanjut usia. Hadir dalam kegiatan tersebut wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Kepala Dinas Sosial dan Jajaran, Akademisi, Komda Lansia, LSM serta OPD sejumlah 25 orang. Dalam laporan penyelenggaraannya Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, Irianto Edi Purnomo mengemukakan, bahwa Kota Yogyakarta telah memiliki Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 38 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan lanjut usia. Dengan demikian kita memiliki rencana untuk mewujudkan Kota Ramah Lansia berupa kerangka kerja bagi perangkat daerah dalam mewujudkan Kota ramah lansia yang saling terintegrasi antar OPD dalam lingkungan Pemkot. Selain itu, juga membuka akses masyarakat dalam pemenuhan hak-hak lansia. Untuk mewujudkan Kota ramah lansia ada delapan dimensi yang harus dipenuhi, seperti : ruang publik dan gedung bangunan, transportasi, perumahan, partisipasi sosial, penghormatan dan inklusi sosial, partisipasi sipil dan ketenagakerjaan, komunikasi dan informasi, komunitas dan layanan kesehatan. Heroe Poerwadi, Wakil walikota Yogyakarta menyampaikan arahan dalam FGD penyusunan indikator Kota ramah lansia di Yogyakarta, bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta dalam membangun gedung pemerintah yang baru telah menselaraskan dengan indikator ramah lansia, seperti pemasangan ram pada tangga, penyediaan lift untuk gedung bertingkat. Demikian juga untuk pembangunan yang dilakukan oleh pribadi atau swasta kita telah meminta adanya fasilitas untuk lansia, agar memudahkan para lansia untuk mengases bangunan yang dimiliki swasta seperti mall, hotel, dll. Disisi lain dalam pembangunan Ruang Terbuka Hijau Pemkot telah menerapkan standart ramah lansia meskipun harus diakui ada beberapa tempat yang kontur tanahnya naik turun seperti di daerah pinggiran sungai. Harapan kami, dengan telah terwujudnya 12 kecamatan inklusi dari 14 kecamatan, kita tinggal menggenjot dua kecamatan guna mewujudkan Kota inklusi. Setelah menjadi Kota inklusi maka kita tinggal menambahkan beberapa indikator penunjang menuju kota ramah lansia. Guna mendukung terpenuhinya indikator kota ramah lansia maka dalam musrenbang yang dilakukan secara berjenjang dimasukkan kegiatan penunjang. Selain kegiatan penunjang juga disusun standar operasional prosedur (SOP) dan tata kelola yang dapat menjadi acuan para pemangku kepentingan di semua tingkatan. Dengan demikian tidak ada kegiatan yang saling tumpang tindih tapi semua akan saling terintegrasi dan bersinergi dalam satu langkah mewujudkan Kota Yogyakarta ramah lansia. Mudah-mudahan apa yang kita upayakan dalam FGD ini mendapat ridho Alloh SWT dan memberikan mafaat pada masyarakat pada umumnya dan lansia pada khususnya. (ant)