Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Warga Badran Manfaatkan Lahan Sempit Untuk Menanam Sayur
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi melakukan panen perdana di Kampung Badran Kelurahan Bumijo Kecamatan Jetis Kota Yogya, Kamis (25/7/2019) pagi. Dibawah kelompok tani "Tani Makmur", kampung Badran berhasil mengembangkan banyak varietas tanaman sayur dan buah. Usai memanen,Ia mengimbau tiap daerah agar mampu memaksimalkan potensi yang ada agar bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Ia mendorong para petani di Kota Yogya untuk lebih mengutamakan kualitas produk. Sebab disadari jika lahan pertanian di Kota Yogya tidak terlalu luas. Meski lahannya kecil, kita harus punya kualitas. Yang terpenting para petani tidak hanya sekadar menghasilkan saja, tapi juga harus bisa survive dengan pendapatannya, ujarnya. Untuk meningkatkan income, Ia mengajak petani menggunakan pupuk organik. Pupuk organik dapat memberikan nilai tambah pada suatu produk sehingga pertanian memiliki harga jual yang lebih mahal "Tidak ada alasan keterbatasan lahan, karena di era sekarang menanam sayuran tidak hanya dilakukan oleh petani di sawah saja, namun kita bisa dengan memanfaatkan lahan yang ada di pekarangan rumah," katanya. Pihaknya berharap, kedepan seluruh rumah di Kecamatan Jetis memiliki media tanam sayur dan buah. Dengan begitu Ia optimis keberadaan kampung sayur di Kecmatan Jetis akan semakin maju. "Kalau bisa setiap rumah menanam, sehingga bisa panen raya bareng. Dengan begitu kebutuhan pangan akan tercukupi tanpa harus membeli dari luar," imbuhnya. Dengan adanya pemanfaatan lahan ini, katanya, bisa menjadi cara dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan, yang mana dapat dimulai dari bagian paling kecil yaitu dimulai dari masing-masing rumah tangga. "Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar dari setiap manusia yang paling hakiki, oleh karena itu kebutuhan pangan pada suatu daerah mutlak harus dipenuhi," katanya. Sebagai upaya dalam menghadapi tantangan tersebut, menurutnya sangat diperlukan kesadaran untuk setiap keluarga mewujudkan kemandirian pangan yang diwujud nyatakan melalui budaya menanam di lahan pekarangannya masing-masing. "Maka dari itu kegiatan Panen Raya Sayur ini bukan hanya sekedar panen biasa tetapi juga menjadi bukti bahwa di tengah-tengah keterbatasan lahan di Kota Yogyakarta, budidaya tanaman buah dan sayur ternyata masih tetap dapat dilakukan," ucapnya. Wawali pun optimis, apabila dikembangkan dengan baik, maka segala macam hasil pertanian ini akan dapat menjadi peluang usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat membangun kemandirian pangan. "Sehingga mampu menciptakan kestabilan dan ketahanan pangan di Kota Yogyakarta. Apalagi, hasil produk pertanian merupakan komoditas yang tidak akan lekang oleh waktu, sehingga sampai kapanpun manusia akan senantiasa membutuhkan pasokan pangan guna mencukupi kebutuhan hidupnya," jelasnya. Sementara itu, Ketua kelompk tani "Tani Maksmur", Edi Mugiarto mengatakan, sejumlah tanaman yang berhasil dikembangkan sekaligus dipanen adalah selada, kangkung, cabe, sawi, terong, hingga bayam. "Selain menanam sayuran dan buah dengan yang memanfaatkan lahan kecil di pinggiran jalan kampung, kampung ini juga mengembangkan budidaya ikan lele dengan metode buis beton atau lele cendol" jelasnya. Selain berhasil mananam sayur dan buah, warga juga telah berhasil membuat pupuk sendiri. Dengan begitu, menurutnya bisa menekan biaya pemeliharaan. Ia menegaskan, Warga Badran memiliki prinsip dan komitmen bahwa lahan sempit bukan alasan tidak bisa menanam sayur. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Bangun eksistensi, wujudkan inovasi
Kamis pagi, 25 Juli 2019 di Ruang Arjuna, Komples Balaikota, Yogyakarta diselenggarakan Fokus Grup Diskusi tentang Peran Hak Kekayaan Intelektual Dalam inovasi Daerah oleh Bappeda Kota Yogyakarta. FGD yang diikuti oleh para pelaku UMKM dan perwakilan OPD Pemkot Kota Yogyakarta dengan nara sumber : DR. Budi Agus Riswandi, Asep Subagyo, M.Eng, dan Adi Haryadi, SH. Dalam FGD tersebut Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menyampaikan arahan, bahwa dari sebuah masalah yang sudah dianggap biasa bila diperhatikan akan melahirkan ide kreatif dalam memecahkan permasalahan dalam bentuk inovasi. Suatu masalah yang dianggap biasa, misal antri di Rumah Sakit Pratama, karena adanya kuota pasien maka pasien untuk mendaftar harus sudah antri sejak pukul 02.00 dinihari dan baru bisa dilayani pada siang hari. Hal tersebut merupakan kejadian biasa dan dianggap bukan masalah karena sudah rutin terjadi setiap hari. Namun jika kita kaji mendalam, hal itu merupakan masalah dalam bentuk kekurang prima-an proses pelayanan. Melalui tangan kreatif dan ide untuk memecahkan masalah maka dibuat suatu pelayanan berbasis digital berupa aplikasi yang berfungsi untuk antre pendaftaran di Rumah Sakit dan Puskesmas. Aplikasi ini menjadi sebuah inovasi dari produk pelayanan pendaftaran yang memudahkan para pasien untuk mendaftar, sehingga bisa mendaftar dari rumah melalui gudget dan kemudian datang ke RS/Puskesmas pada jam saat akan diperiksa. Nah inilah yang saya maksud sebuah masalah yang dianggap kejadian biasa namun ketika ditangkap orang yang tepat menjadi ide kreatif yang melahirkan inovasi. Proses kreatif yang melahirkan inovasi seperti tersebut banyak kita temui di Pemkot Kota Yogyakarta, oleh karena itu bagaimana agar kreatifitas dan inovasi tersebut mendapat perlindungan sebagai hak kekayaan intelektual. Kami mendorong, mengapresiasi dan memberikan penghargaan bagi lahirnya ide, proses kreativitas di kalangan ASN Pemkot Yogyakarta yang melahirkan karya inovasi berupa kemudahan, kecepatan, ketepatan dalam peningkatan kualitas pelayanan pemkot Yogyakarta. Demikian juga dalam tumbuh kembang dan penguatan UMKM di Kota Yogyakarta banyak program inovasi yang disematkan dalam Jogja Smart service/JSS seperti Dodolan dan nglarisi. Dan disisi lain kami juga sedang membangun data tunggal UMKM guna acuan dalam kebijakan dan program yang mengintegrasikan semua OPD dalam satu kerangka besar dimana masing-masing OPD memiliki peran, fungsi dan tanggungjawab masing-masing. Dalam kerangka besar itu akan muncul ide, gagasan, keratifitas yang melahirkan inovasi program pengembangan UMKM. Bersama-sama kita membangun eksistensi diri untuk melahirkan karya-karya inovasi di pemkot maupun masyarakat untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Inovatif. Sementara Budi Agus Riswandi menyampaikan bahwa Hak kekayaan Intelektual itu tidak cukup dicatat tapi harus didaftarkan, karena kalau hanya dicatat baru sebatas administrasi, kalau didaftarkan akan memiliki konsekuensi hukum. Salah satu peserta FGD menyampaikan kalau untuk mengurus kelengkapan perijinan dan HKI sangat ribet dan sebagai pelaku bisnis lebih enak berdagang saja tanpa diribetkan oleh perijinan dan HKI. Mensikapi itu Asep Subagyo menjelaskan bahwa proses perijinan itu tidak ribet dan mudah. Memang semua butuh proses, yang mana ada tahapan pencocogan/kesesuaian data dilapangan. Dengan perijinan yang lengkap maka ceruk pasar akan semakin terbuka. Pemda DIY melalui Pergub No.21 tahun 2017 telah menetapkan penggunaan merk seperti Jogja Mark (menunjukkan identitas ciri produk yang proses produksi di DIY), 100% Jogja (menunjukkan identitas ciri produk yang bahan baku proses produksi di DIY) dan Jogja Tradition (menunjukkan identitas ciri pengetahuan tradisional/ekspresi budaya tradisional maupun produk khas DIY). Merk tersebut merupakan co branding yang membantu UMKM dalam penguatan image. Co branding tersebut telah didaftarkan secara nasional dan internasional pada dua Negara sehingga bagi UMKM yang menggunakan merk tersebut diatas akan memproleh manfaat dalam pemasaran baik lokal maupun ekspor. Sedangkan Adi Haryadi, menginspirasi peserta FGD melalui kisah sukses nDalem menuju bisnis berbasis HKI. FGD ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan bagi Penanya terbaik oleh Heroe Poerwadi. (ant)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Yogyakarta Pertahankan Predikat Kota Layak Anak Nindya
Kota Yogyakarta berhasil mempertahankan penghargaan sebagai Kota Layak Anak (KLA) dengan kategori Nindya untuk kedua kalinya secara berturut-turut. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Susana Yambise pada puncak peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2019 di Hotel Four Point Sheraton, Kota Makassar, Selasa (23/7) malam. Selain itu, dalam acara yang sama, Puskesmas Mergangsan juga terpilih menjadi satu dari 21 Puskesmas dari seluruh Indonesia yang menerima penghargaan sebagai Puskesmas Ramah Anak. Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengaku bersyukur atas raihan tersebut dan mengungkapkan apresiasinya kepada berbagai pihak yang telah bekerja sama dalam mengupayakan Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak. "Saya sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada berbagai pihak, baik pemerintah kota melalui DPMPPA, masyarakat, dan pihak lain yang telah saling menggandeng dan menggendong dalam berupaya mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Layak Anak. Dari kota-kota yang non-pilot project predikat Nindya termasuk yang tinggi " Ungkap Wakil Walikota. Lebih lanjut, Wakil Walikota mengungkapkan, Pemerintah kota menargetkan tahun depan Kota Yogyakarta dapat meraih predikat tertinggi dalam KLA, yakni utama, untuk itu Pemkot melakukan berbagai upaya seperti memperbanyak fasilitas ramah anak serta mendorong pihak korporat untuk menyediakan lingkungan yang ramah anak. "Gedung komersial nantinya akan kita dorong untuk punya fasilitas yang ramah anak juga", Imbuhnya. Menteri Yohana menuturkan, penghargaan KLA merupakan bentuk apresiasi dari pemerintah pusat kepada daerah dan sekaligus mendorong pemerintah daerah untuk memotivasi keluarga, masyarakat, media, dan dunia usaha agar semakin paham terhadap upaya pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak "Selain itu, anak juga harus dilibatkan dalam pembangunan, bukan sebagai obyek, namun sebagai subyek," Tutur menteri Yohana. Lebih lanjut, Yohana juga meningatkan bahwa isu anak menjadi hal penting karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan urusan wajib non pelayanan dasar. "Pemerintah daerah tidak perlu takut melaksanakan komitmen melalui berbagai kebijakan, program, kegiatan, dan anggaran untuk urusan perempuan dan anak karena anak merupakan investasi ke depan, sesuai dengan komitmen PBB melalui SDGs bahwa anak-anak akan menjadi generasi penerus masa depan bangsa," Imbuh Yohana. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Perempuan, dan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta, Edy Muhammad mengatakan, dalam mewujudkan Yogyakarta sebagai kota yang menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi anak, ada empat hak anak yang harus dipenuhi, yakni hak hidup, hak tumbuh kembang, perlindungan dan hak berpartisipasi. "Menjadi kewajiban bagi pemangku kebijakan untuk memenuhi hak-hak tersebut," Tandasnya. Dalam upaya mewujudkan Yogyakarta sebagai kota yang ramah bagi anak-anak, saat ini Kota Yogyakarta sudah memiliki 190 Kampung Ramah Anak, 18 Puskesmas Ramah Anak, sementara seluruh sekolah di Kota Yogyakarta telah diinisiasi sebagai Sekoloah Ramah Anak. Selain itu Pemkot juga mendorong anak-anak untuk aktif berpartispasi dalam proses pembangunan di Kota Yogyakarta melalui Forum Anak Kota Yogyakarta (FAKTA) dan Musrenbang Anak.
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Bersama 300 Pelajar SD Se-Kecamatan Kotagede Gelar Simulasi Kebakaran
Kantor Kecamatan Kotagede menggelar simulasi cepat tanggap bencana kebakaran pada Jumat (26/7). Terlihat petugas, pegawai kantor, dan anak-anak SD di seluruh Kecamatan Kotagede mengikuti simulasi kebakaran dengan penuh antusias. Menurut Ketua Satuan Relawan Kebakaran (SATLAKAR), simulasi ini dilakukan tanpa sepengetahuan anak-anak SD yang sedang mengikuti acara lomba tujuh belasan di Kecamatan Kotagede. Alur simulasi kebakaran dimulai dari instalasi yang meledak dan adanya koordinasi antara Camat dengan SATLAKAR untuk mengkondisikan peserta yang hadir. Dengan kepulan asap yang keluar dari atas disertai dengan suara ledakan dari dalam gedung, diiringi korban yang berhamburan yang dibuat heboh, serta petugas pemadam berlarian dengan sigap untuk memadamkan kebakaran dan menyelamatkan korban yang terjebak di dalam, membuat keadaan di area Kecamatan Kotagede terlihat nyata. "Korban dalam simulasi kebakaran terdapat 10 korban trauma akut yakni berjumlah tiga korban, yang patah tulang sekitar tiga korban, sisanya empat korban dan kita sebagai tim evakuasi yang akan mengkondisikan korban tersebut," ujar Setyo Raharjo selaku Ketua SATLAKAR. Simulasi ini melibatkan BPBD Yogyakarta, Petugas Pemadam Kebakaran, dan Puskemas Kotagede. Dengan adanya simulasi ini diharapkan pegawai dapat memahami tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. "Kami mengucapkan terimakasih kepada peran petugas yang ada, terdapat petugas BPBD, Puskesmas, Polisi, Petugas Kebakaran, serta Linmas, semua merupakan bagian dari simulasi kebakaran, semoga hal tersebut bisa menjadi bekal pengetahuan terkait bencana tadi bagi masyarakat," kata Nur Hidayat, Ketua BPBD Yogyakarta. Simulasi kebakaran digelar guna memberikan inspirasi, pengetahuan, pemahaman, dan juga respon dari masyarakat terkait dengan kebakaran bagi masyarakat, serta meminimalisir terjadinya bencana tersebut. Camat Kotagede mengatakan, simulasi ini memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesiap-siagaan karyawan terhadap bencana kebakaran terutama dalam melayani masyarakat. "Simulasi ini fokus dilakukan di kecamatan Kotagede yang pertama, untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesiap-siagaan karyawan terhadap bencana kebakaran karena kita setiap hari melayani masyarakat apalagi ruang atas sering digunakan untuk rapat dan tentunya hal-hal darurat akan kami persiapkan. Kedua, hari ini kita juga melibatkan komunitas yang ada di kecamatan Kotagedebaik bumi mataram rescue yaitu relawan dari Kotagede, kemudian satuan relawan kebakaran dalam rangka masyarakat mensinergikan dengan relawan. Ketiga, kita bersinergi dengan instansi yang ada di pemerintah kota," ungkapnya. Para peserta simulasi kebakaran ini sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Aacara ini diikuti oleh 300 anak SD Se-Kecamatan Kotagede dan 50 petugas dari kecamatan. "Simulasi tadi sangat hebat, saya tidak takut melihat itu tapi saya senang bisa melihat petugas pemadam yang menyelamatkan korban-korban," ujar Ridlo salah satu anak SD yang hadir dalam simulasi kebakaran tersebut. (Hes/SW)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
5 In 1 Diterapkan di Seluruh Kecamatan
Inovasi layanan administrasi kependudukan keluar bersama daftar satu dapat lima alias 5 in 1 mulai diterapkan di seluruh wilayah Kota Yogyakarta. Hal itu ditandai dengan ditandatanganinya kesepakatan bersama yang dilakukan oleh seluruh Camat dengan Dinas Kependudukan dan Catatan sipil di hadapan Wakil Walikota, Kamis (25/7/2019). Inovasi keluar bersama daftar 1 satu dapat 5, kata Heroe, merupakan langkah terobosan pelayanan publik dimana telah terintegrasi pelayanan berbagai dokumen dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan. Pihaknya menerangkan, dengan program daftar 1 dapat 5 ini maka setiap pelaporan kelahiran oleh penduduk Kota Yogyakarta, secara bersamaan akan dibuatkan Akta Kelahiran, mendapatkan NIK (Nomer Induk Kependudukan), kartu keluarga baru, kartu identitas anak dan ditambah lagi buku kesehatan ibu dan anak. "Dengan adanya keluar bersama daftar 1 dapat 5 ini, akan terbentuk efesiensi dan efektifitas pelayanan, akselerasi kepemilikan dokumen anak sera sinergisitas diantara aspek kependudukan dan kesehatan," imbuhnya. Disamping 5 in 1, Heroe juga meminta layanan Kado 17 tahun yang sudah diterapkan di Kecamatan Gondomanan bisa juga diduplikasi di seluruh Kecamatan lainnya. Kado 17 tahun adalah inovasi layanan dimana penduduk yang sudah masuk usia 17 tahun secara otomatis akan mendapatkan KTP dan diberikan kado berupa buku yang menjelaskan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki tanggungjawab sesuai hukum. "Ini sangat bagus, untuk memberikan bekal kepada generasi muda kita sejak awal agar mereka memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri, masyarakat bangsa dan negara," jelasnya Heroe. Pihaknya berharap program tersebut bisa segera diterapkan di seluruh kecamatan dan dikerjasamakan dengan pihak Kepolisian, Koramil, Puskesmas dan Dalduk KB untuk memberikan pemahaman terhadap penduduk yang telah memasuki usia 17 tahun. Kepala Disdukcapil Kota Yogyakarta, Sisruwadi menambahkan, Keluar bersama daftar 1 dapat 5 ini merupakan inovasi Pemerintah Kota Yogyakarta, yang awalnya diinisiasi di Kecamatan Danurejan, dan berhasil masuk kedalam TOP 99 inovasi pelayanan publik Indonesia. "Yang jelas layanan ini berujuan untuk memudahkan penduduk untuk mengurus dokumen kependudukan," ucapnya. Ia menjelaskan, dengan program ini maka warga akan lebih mudah mengurus data kependudukan. Caranya cukup datang ke Kecamatan. Kedepan layanan ini sepenuhnya akan dilakukan di Kantor Kecamatan. "Sehingga dengan begitu, warga akan lebih muda dan dekat karena semua proses bisa dilakukan di Kantor Kecamatan," tandasnya. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Walikota Tekankan Pentingnya Literasi Pasar Modal
Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti berharap Bursa Efek Indonesia bisa memberikan literasi Pasar modal kepada masyarakat di Yogyakarta. "Kami berharap dengan hadirnya BEI di Yogyakarta ini bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat yogyakarta tentang arti pentingnya investasi modal," ucap Haryadi saat meresmikan Gedung Baru BEI Kantor Wilayah Yogyakarta di Jalan Mangkubumi No 84 Yogyakarta. hal ini, kata Haryadi, merupakan sebuah kebanggaan dan tantangan bagi kami untuk terus meningkatkan motivasi dalam membangun perekonomian daerah melalui kehadiran lembaga keuangan yang mampu menjawab dinamika jaman saat ini. "Semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat, maka fungsi lembaga keuangan dalam menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat juga semakin diperlukan," imbuhnya. Pesatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat tidak lepas dari implementasi Otonomi Daerah yang memberi keleluasaan kepada daerah untuk membangun daerahnya sendiri. Pada kondisi demikian lembaga keuangan semakin strategis dalam rangka berpartisipasi menggerakkan perekonomian daerah. "Saat ini dinamika serta gaya hidup masyarakat modern akan kebutuhan jasa keuangan yang profesional, cepat, dan terpercaya semakin meningkat," katanya. Demikian pula dengan semakin beragamnya produk jasa keuangan yang ditawarkan sangat bermanfaat guna menjawab ekspektasi masyarakat dalam mempercayakan pengelolaan dana keuangan. "Mudah-mudahan dengan gedung baru ini aktifitas perdagangan yang dijalankan semakin intensif, mampu menjangkau seluruh kalangan untuk terlibat aktif dalam perdagangan saham," pungkasnya. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen berharap dengan adanya Gedung milik BEI sendiri, maka program-program yang dibuat terkait dengan sosialisasi terhadap masyarakat Yogyakarta ini bisa lebih intensif. Sehingga masyarakat bisa mengetahui hal-hal terkait dengan pasar modal Indonesia. "Kantor perwakilan ini juga diharapkan bisa menjadi Pusat Informasi terkait pasar modal, untuk pusat kegiatan edukasi perlindungan investor,"ujarnya. Pihaknya menyebutkan, untuk Yogyakarta BEI telah memiliki kegiatan galeri mungkin sudah 15 tahun. Hasilnya sekarang untuk investor saham di Daerah Istimewa Yogyakarta per Juni 2019 berjumlah 21.148 investor. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan BEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza menambahkan berbagai kegiatan telah dan akan dilaksanakan oleh kantor perwakilan Bursa Efek Indonesia Yogyakarta. Kegiatan edukasi terus dilaksanakan salah satunya adalah dengan membentuk kelas-kelas Bursa Efek. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Tanam sayur, buah dan ternak lele untuk kemandirian pangan
Kampung Pandeyan merupakan salah satu dari tujuh kampung di Kelurahan Pandeyan tidak mau kalah dengan Kampung Gambiran yang telah melakukan budidaya lele cendol. Di Kampung Pandeyan di RW 05 ada kelompok bdidaya ikan lele yang bernama Lima Mina. Pada hari Juma"at sore, 26 Juli 2019 Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi melakukan tebar bibit lele cendol di empat kolam. Kolam lele yang terbuat dari buis beton dengan diameter 80cm yang diberi pipa pembuangan limbah. Dalam satu kolam direncanakan akan ditabur lele sejumlah 1050 ekor dan juga diberi pakan lele, pro aquatik dan pre biotik. Setelah melakukan tebar benih dilanjutkan acara sambung rasa dalam bentuk dialog dengan dipandu oleh Lurah Pandeyan. Sambung rasa yang diikuti oleh lima puluhan warga dan. Wakil Walikota Yogyakarta yang didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Camat Umbulharjo, Polsek, Koramil, Lurah Pandeyan dan OPD berlangsung serius namun santai. Suhardiman, salah satu warga anggota lima mina, mengajukan permohonan agar selain budidaya lele kampung Pandeyan juga difasilitasi untuk budidaya sayur dan buah baik dalam bentuk lorong hijau maupun pemanfaatan lahan kosong. Harapannya melalui kombinasi budidaya lele dan penanaman sayur-buah maka aktifitas dan kreatifitas warga Pandeyan akan semakin optimal. Menaggapi hal tersebut Heroe Poerwadi menjelaskan, bahwa beberapa hari yang lalu telah melaksanakan panen buah dan sayur di Kampung Badran, berbagai sayur dan buah dengan kualitas super dihasilkan dari halaman warga dan lorong kampung. Hasil panen tersebut telah mampu meningkatkan pendapatan warga Badran. Demikian juga di Kampung Gambiran juga telah dilaksanakan panen ikan lele dari tujuh kolam bulat. Dengan harga jual berkisar antara 18 ribu sampai 20 ribu maka budidaya lele juga menjanjikan untuk digeluti dan berhasil meningkatkan kesejahteraan warga. Terkait dengan kombinasi budidaya lele dengan sayur-buah maka telah dilaksanakan di Gedong Kiwo, kombinasi itu bisa menjadi lebih efektif dimana air buangan dari kolam lele bisa dimanfaatkan untuk pupuk bagi tanaman dan sayur, terlebih apabila dikombinasi dengan tabulapot maka akan lebih maksimal yang diperolehnya. Sehubungan dengan itu jika warga akan mengkombinasikan budidaya lele dengan sayur-buah maka bisa berkomunikasi dengan Pak Lurah agar memperoleh fasilitasi dari program Kelurahan. Harapan kami jika warga kampung di Kota Yogyakarta menanam sayur-buah dan melakukan budidaya lele maka Kota Yogyakarta dapat memenuhi kebutuhan Sayur,buah dan lele secara mandiri. Untuk itu diperlukan kebijakan dan strategi yang dilakukan secara bersama antara Pemkot dengan Masyarakat yang bergotong royong, saling membantu dan bersinergi satu sama lainnya. Kami optimis bahwa program ini akan mampu meningkatkan kesejahteraan warga melalui peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Sementara kalau dilihat dari sisi inflasi yang salah satu poinnya adalah makan/kebutuhasn pokok maka dengan mandiri sayur,buah dan lele akan mampu menekan inflasi di Kota Yogyakarta. Mudah-mudahan apa yang kita upayakan menginspirasi warga lainnya untuk bersama mewujudkan Kota Yogya sebagai Kota Mandiri Pangan melalui Sayur, Buah dan Lele. (ant)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Pelajari Budaya Yogyakarta, Pemerintah Kawaguchi Kunjungi Pemkot Yogya
Tak hanya wisatawan Indonesia yang suka pergi ke negeri Sakura, akan tetapi warga Jepang pun cinta berkunjung ke Indonesia. Selain Bali, destinasi lain yang juga menjadi favorit warga Jepang adalah Kota Yogyakarta. Walikota Kawaguchi, Okunoki Nobuo mengatakan jika warga Kawaguchi menjadikan Kota Yogya sebagai salah satu tujuan wisata favorit mereka seolah seperti rumah kedua. Sebab di Kota Yogya, wisatawan Jepang dapat menikmati kunjungan ke berbagai tempat bersejarah katanya saat berkunjung ke Pemkot Yogya, Jumat (26/7/2019). Menurut Okunoki, di Kota Yogya, mereka bisa melihat kebudayaan Yogyakarta yang khas, keramahtamahan warganya, mengunjungi tempat wisata alam, dan berbagai pusat kerajinan. Tanpa sungkan, mereka mengajukan berbagai pertanyaan seputar budaya di Kota Yogya dan berbagau tempat wisata yang ada di Kota Yogya seperti Keraton, Malioboro, pasar beringharjo serta wahana edukasi Taman Pintar. Sementara itu Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan kedatangan rombongan dari Kawaguchi tersebut dapat memperkuat Yogyakarta sebagai kota pariwisata berbasis budaya. Saya berharap para rombongan memahami budaya Yogyakarta, terutama di kawasan wisata keraton sehingga bisa merasakan langsung atmosfer Yogyakarta dan terkenang akan kenyamanan kota ini, ujarnya. Ia menambahkab jika Pemkot Yogya akan terus mempromosikan Pariwisata hingga kepenjuru dunia. Dengan semakin gencarnya promosi yang dilakukan pemerintah maka secara langsung juga meningkatkan kunjungan wisatawan Jepang ke Yogyakarta tegasnya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Ribuan Warga Giwangan Ikuti Kirab
Pagi ini, Minggu (28/7/2019) ribuan warga Giwangan mengikuti kirab upacara adat sedekah karangkitri. Kirab tersebut mengambil start dari Jogja Fish Market dan finish di depan Kantor Kelurahan Giwangan Kota Yogyakarta. Kirab ini merupakan bentuk rasa syukur warga Giwangan karena telah dianugerahi hasil bumi yang melimpah. Beragam kesenian yang ada di Kelurahan di tampilkan dalam kirab tersebut. kontingen per Rukun Kampung (RK) membawa empat gunungan dari tiga Kampung se-Kelurahan Giwangan. Dengan potensi yang berbeda-beda. Di antaranya dari RK Mendungan misalnya karena berpotensi pada tanaman hasil bumi maka gunungan berupa sayur dan buah-buahan. Kemudian di RK Giwangan karena banyak masyarakat sebagai pelaku usaha maka gunungan berupa makanan yang disajikan sesuai dengan produknya. Berbeda dengan RK Ponggalan, dimana karena kampung ini memiliki potensi pada pabrik alumunium sehingga gunungan yang dibuat sesuai dengan potensinya seperti wajan, panci, teflon, dan lain sebagainya. Dalam kirab tersebut juga terdapat sebuah gunungan yang berisikan sayur mayur. Sesampainya di depan kantor kelurahan Giwangan, gunungan tersebut diperebutkan oleh warga. Lurah Giwangan, Anggit Syafrudin mengatakan, sedekah karangkitri merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat bisa memanen hasil bumi dari tanaman sayur dan buah-buahan yang ditanam di setiap pekarangan rumah warga. "Alhamdulillah tanamannya itu bisa berbuah dan dipanen, rasa syukurnya disitu," kata Anggit Ia mengungkapkan kirab tersebut juga bertujuan mempromosikan Giwangan sebagai salah satu Kelurhan Budaya di Yogyakarta. Seni budaya lanjut jangan hanya di uri-uri namun juga di pentaskan agar dapat memberi contoh kepada masyarakat luas dan agar mereka tahu bahwa warga Giwangan selalu melestarikan seni dan budaya lokal. Selain itu dengan digelarnya festival ini, diharapkan generasi muda khususnya milenial dapat berkontribusi. Sehingga, budaya yang ada dapat terus diturunkan dan dilestarikan oleh generasi penerus bangsa katanya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Sejumlah Panitia Masjid Ikuti Pelatihan Penyembelihan Hewan Qurban
Menjelang Hari Raya Idul Adha 1440 H, Pemerintah Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Badan Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta memberikan pembekalan sekaligus pelatihan penyembelihan hewan qurban dan penanganan daging higienis di Masjid Pangeran Diponegoro, Senin (29/7/2019). "Kegiatan ini memberikan banyak manfaat dalam mempersiapkan sebaik mungkin pelaksanaan Hari Raya Qurban," ucap Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi usai membuka Pelatihan Penyembelihan Hewan Qurban Dan Penanganan Daging Higienis siang ini. Sebab, sambungnya, meskipun sudah menjadi rutinitas setiap tahun umat Islam namun tentunya setiap pelaksanaan terdapat perkembangan dan perubahan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu dibutuhkan persiapan yang matang, sebab perlu diingat bahwa persiapan yang baik adalah bagian dari sebuah profesionalisme. "Pada kesempatan pelatihan ini kami ingin memastikan betul bahwa seluruh panitia mengetahui tata cara kurban, tidak hanya secara syariah namun juga dari aspek kesehatan, kebersihan, higienitas baik sebelum dan sesudah penyembelihan," kata Heroe. Pihaknya berpesan kepada para petugas untuk dapat memastikan bahwa hewan qurban dalam keadaan sehat. Selain itu, juga harus lebih teliti dalam mengambil keputusan terhadap hewan yang sakit dengan melakukan pemeriksaan secara cermat sehingga nantinya daging qurban yang kita peroleh selain Halal juga layak untuk dikonsumsi. "Pengetahuan ini bertujuan untuk memastikan hewan yang disembelih bebas penyakit sehingga tidak sampai merugikan orang yang mengonsumsi dagingnya," imbuhnya. Heroe berharap materi pelatihan dari para narasumber dapat menambah pengetahuan tentang penyembelihan hewan kurban dan dapat dipraktekan di wilayah masing-masing. "Semoga materi ini bisa disosialisasikan ke seluruh panitia penyembelihan hewan qurban, tidak hanya di masjid " masjid namun juga sekolahan dan kampus," ujarnya. Sebelumnya Ketua Baznas Kota Yogyakarta, Samsul Azhari menjelaskan bahwa acara tersebut dilakukan setiap tahun. Tujuannya adalah untuk memberikan pembekalan kepada panitia kurban agar melaksanakan ibadah sesuai tuntutan syariat Islam dan mempertimbangkan psikologi hewan. "Selama ini tak banyak orang yang memahami terkait psikologi hewan, untuk itulah kami tekankan pengetahuan tersebut," tandasnya. Untuk itulah Samsul Azhari menggandeng sejumlah ahli dari Universitas Gadjah Mada untuk memberikan penjelasan terakit hal tersebut. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Ocamanisa Hadir di Komplek Tamansiswa
Pojok baca, inovasi baru yang digulirkan oleh Perpustakaan Kota Yogyakarta di beberapa lokasi ternyata menarik perhatian banyak pihak. Setelah dilaunching beberapa pojok baca dengan nama Pocahontas, Casandra, Kalisha, Kartika, kini ada lagi pojok baca dengan nama Ocamanisa (Pojok Baca Komplek Tamansiswa). Diresmikan Jumat (26/7) oleh Kepala Dinas Perpustakaan Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko, SE, MM bersama Pimpinan Majelis Luhur Tamansiswa di komplek Tamansiswa. Ocamanisa hadir di tengah lingkungan civitas akademika perguruan Tamansiswa. Ocamanisa berupa sebuah rak buku berukuran 2x2 meter persegi yang didesain menarik dengan penempelan banner penuh warna. Rak ini berisi ratusan buku-buku ketrampilan, motivasi, agama, fiksi, sejarah dan lainnya. Begitu pula dilengkapi dengan terbitan berbagai judul majalah dan tabloid. Konten yang menarik menjadi salah satu daya tariknya. Ocamanisa adalah bentuk perdana pojok baca hasil kerjasama dengan pihak luar. Berawal dari ketertarikan pengelola perpustakaan di komplek Tamansiswa terhadap beberapa pojok baca yang telah dibuat oleh Perpustakaan Kota Yogyakarta. Tindak lanjutnya berupa kolaborasi yang baik dan telah membuahkan layanan informasi dan mendekatkan pengetahuan di lingkungan komplek Tamansiswa. Wikaningtyas Kabid Kekeluargaan Majelis Luhur Tamansiswa mengucapkan terimakasih atas realisasi dari kebutuhan pojok baca di Komplek Tamansiswa yang dalam waktu singkat segera ditindaklanjuti. "Ocamanisa akan menjadi pelengkap bagi kehidupan pembelajaran yang berawal sedari pagi hingga sore setiap harinya," jelasnya. Sementara Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, SE, MM menyampaikan sambutannya bahwa Pojok Baca seperti ini merupakan bentuk tanggungjawab moral pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta untuk menyebarluaskan pengetahuan. "Tidak ada Negara di dunia ini yang maju tanpa penduduknya memiliki kecerdasan intelektual. Pengetahuan bisa didapatkan dengan membaca. Melalui bahan bacaan yang dilayankan di pojok baca diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh warga masyarakat untuk meningkatkan kepandaian," tuturnya. Komplek Tamansiswa di Jalan Tamansiswa no. 31 Yogyakarta terdapat beberapa sekolah yaitu Taman Indriya (TK), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), Taman Karya Madya (SMK), dan Perguruan Tinggi Tamansiswa. Setiap harinya penuh aktifitas dari ratusan warga sekolah yang melaksanakan pembelajaran. (isma)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Kelurahan Patehan Gelar Simulasi Upacara Adat Tetesan dan Taraban
Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dan Kelurahan Patehan mengadakan Gelar Budaya "Simulasi Upacara Adat Tetedan dan Taraban" yang merupakan salah satu upaya melestarikan kekayaan budaya yang digagas oleh Paguyuban Kesenian Kelurahan Patehan, yang dilaksanakan di Kantor Kelurahan Patehan, Senin (29/7). Salah satu Pelaku Budaya Angger Sukisno mengatakan, Upacara Tradisi Tetesan adalah upacara sunatan bagi anak perempuan di Jawa atau lebih tepatnya membersihkan kewanitaan. Upacara ini diselenggarakan untuk menandai bahwa seorang anak perempuan sudah menginjak dewasa. Salah satu ciri seorang anak perempuan menginjak dewasa beberapa prosesi yang harus dilalui. Sebelum prosesi dimulai, biasanya diadakan selamatan terlebih dahulu. Dalam selamatan ini ada beberapa uba rampe yang harus disiapkan, seperti buah-buahan dan tumpengan . "Bedanya adalah kalau laki-laki di sunat kalau perempuan hanya dibersihkan saja sedangkan taraban upacara adat yang diadakan disaat menstruasi pertama kali. Ada sesajian sebagai harapan dari keluarga, didalamnya terdapat buah-buahan serta tumpeng," ungkapnya. Upacara adat tersebut merupakan sebuah prosesi adat agar perempuan terpancar auranya dengan berbagai harapan dengan adanya sesaji yang sudah disediakan. "Sedangkan untuk upacara taraban beberapa yang harus ada didalam prosesi acara seperti kloso atau tikar, daun kluweh serta daun alang-alang, dan dilanjutkan dengan siraman" katanya. Lurah Kelurahan Patehan mengatakan, tahun lalu Kelurahan Patehan dinobatkan sebagai Rintisan Kelurahan Budaya. "Kelurahan Patehan dinobatkan sebagai Rintisan Kelurahan Budaya di tahun 2018, dan di tahun ini kita mengadakan Upacara Adat Tujuh Bulanan dan Tedak Siten, dan sekarang mengadakan Gelar Budaya Tetesan Dan Taraban, kegiatan ini sebagai bentuk pelestarian adat dan budaya Yogyakarta," katanya. Selain itu kegiatan seperti ini diharapkan menambah ikatan anatara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan Kelurahan Patehan. "Kegiatan seperti ini untuk merangkul masyarakat kelurahan, masyarakat dan lembaga bisa bersama sama melaksanakan kegiatan seperti ini jadi tambah guyub, rukun, mesra dalam ikatan pemerintah dan masyarakat," katanya. Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, kegiatan tradisi tetesan dan taraban ini merupakan kegiatan yang harus dilestarikan sebagai bentuk peghormatan kepada pendahulu pendiri kampung dan para tokoh masyarakat sekaligus sebagai pelestarian budaya. "Terlebih lagi Kelurahan Patehan yang merupakan kelurahan yang berada di lingkungan Keraton Yogyakarta sehingga kewajiban seluruh masyarakat untuk terus melestarikan tradisi dan kebudayaan Keraton sebagai-bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya. Heroe Poerwadi juga menyampaikan bahwa pengetahuan budaya, adat istiadat, dan tradisi, memang penting diberikan ke anak-anak lebih dini, karena mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjaga diri sendiri. Walaupun di sekolah sekarang juga diberikan pengetahuan tentang reproduksi, pengetahuan tentang budaya seperti ini juga harus tetap dilestarikan dan diimbangi dengan pengetahuan tentang apa yang terjadi di dalam dirinya.ungkapnya. Selain itu, Pemerintah Kota Yogyakarta mendukung kegiatan pelestarian adat dan budaya di wilayah Kelurahan Patehan agar terus dilestarikan dan menginspirasi untuk kelurahan dan kecamatan di wilayah Kota Yogyakarta. "Harapannya Gelar Budaya ini dapat meningkatkan kerukunan, kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat Patehan, serta semakin menyatu dalam setiap denyut nadi kehidupan dan saling menghormati dalam kebersamaan dan perdamaian," ungkapnya. Gelar budaya ini diharapkan mampu menjadi daya tarik wisatawan bagi Kelurahan Patehan, sehingga Predikat Kota Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata Berbasis Budaya akan semakin kuat dan memberikan nilai-nilai budaya adiluhung yang selalu di junjung tinggi. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Pengentasan kemiskinan melalui pendekatan segmented
Tim Koordinasi Penangulangan Kemiskinan (TKPK) Kecamatan Tegalrejo menggelar Sosialisasi Pemaparan Hasil Kerja TKPK Kelurahan se Kecamatan Tegalrejo, Semester 1 tahun 2019. Sosialisa yang dilaksanakan pada hari Senin Siang, tanggal 29 Juli 2019 bertempat di Kantor Kecamatan Tegalrejo. Hadir dalam sosilisasi tersebut TKPK Kelurahan dan lurah se-kecamatan Tegalrejo serta tokoh masyarakat, koramil, kepolisian, camat dan Bapeda Kota Yogyakarta. Dalam sambutannya Camat Tegalrejo, Riyanto menyampaikan bahwa paparan harus obyektif, disampaikan apa adanya, dengan obyektif dan apa adanya akan memudahkan dalam memberikan solusi atas permasalahan yang muncul dalam pengentasan kemiskinan. Pemerintah Kota melalui berbagai upaya program telah melakukan intervensi untuk menekan angka kemiskinan, diantaranya dengan penguatan ekonomi melalui gandeng gendong, penanaman sayur, buah dan lele cendol. Sore ini kami akan melakukan panen madu lanceng di Jatimulyo, Masyarakat melakukan budidaya lanceng berbarengan dengan kampung sayur dan buah, harapan kami dari kombinasi diatas akan berdampak ekonomi pada warga masyarakat dalam bentuk peningkatan penghasilan dan kesejahteraan. Sementara Dari Bapeda Kota Yogyakarta memaparkan bahwa target penurunan angka kemiskinan sesuai dengan RPJMD Kota Yogyakarta di tahun 2022 adalah 7,1 %. Target penurunan angka tersebut telah berhasil dicapai di tahun 2019, namun berdasarkan data terbaru dari Pemerintah Pusat bahwa untuk Kota Yogyakarta target angkat kemiskinan di tahun 2022 adalah 5,45 %. Wakil walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi yang hadir dalam sosialiasasi pemaparan tersebut diatas memberikan arahan bahwa dalam penurunan angka kemiskinan kita harus fokus dan memiliki program yang terukur. Fokus pada sasaran yang dipilih berupa siapa sasaran kita, seperti apa kondisinya dan bagaimana program yang tepat untuknya. Di Kota Yogyakarta kita telah mensepakati irisan data kemiskinan dari data KMS yang disandingkan dengan data pusat. Harapan kami dengan menggunakan irisan data tersebut maka penurunan angka kemiskinan baik dalam data kms maupun pusat akan seiring sama hasilnya. Terlebih sekarang masih ditemukan satu orang mendapat intervensi program baik dari kota, provinsi maupun pusat. Ke depan intervensi yang diberikan akan diatur sehingga siapapun yang mendapat intervensi Kota, Provinsi, Pusat merupakan produk intervensi yang berkelanjutan tidak sekedar menumpuk tapi terstruktur sesuai dengan skenario pengentasan kemiskinan pada masing-masing tingkatan. Dengan demikian maka siapa mengerjakan apa akan terjawab dalam kesepakatan yang dibuat ini. Tahuin ini ada dana sekitar 133 miliar di Kota Yogyakarta yang akan digunakan untuk program peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mengurangi angka kemiskinan di Kota Yogyakarta. Dewasa ini kita hendaknya bermain taktis dimana menggunakan satu peluru untuk satu individu bukan lagi obral peluru. Setelah fokus maka program yang diberikan juga harus terukur sehingga apa yang dilakukan bisa dievaluasi sejauhmana perkembangan programnya. Selain terukur juga haruslah terstruktur agar jelas penangungjawab pada masing-masing tahapan programnya.Melalui program yang terukur maka kita bisa memilah mana segmen yang harus dibantu, mana yang dilatih mandiri. Ada sebagian warga yang berharap agar mendapat bantuan seumur hidup padahal kalau dilihat dari data di Kota Yogyakarta mestinya bantuan tersebut bisa dialihkan karena penerima bantuan sebelumnya telah bisa mandiri. Namun sikap mental yang menghalangi individu untuk maju dan lebih memilih untuk menerima bantuan. Dalam situasi seperti ini hendaknya data individu yang seperti itu dipilah dan dipisah dengan yang lain agar memudahkan dalam intervensi program. Harus diakui program intervensi yang akan dilaksanakan sangat ragam atau bervariasi dalam kelompok segmen yang berbeda satu dengan lainnya. Sebagai konsukuensi dari segmentasi maka pelatihan yang diberikan juga berbeda satu dengan lainnya. Pelatihan yang dipilih menyesuaikan dengan kondisi masyarakat dalam satu kelompok, misal potensi dan sumber daya manusia dalam kelompok tersebut adalah jasa olahan pangan maka pelatihan yang diberikan adalah masak atau membuat olahan pangan. Pelatihan olahan pangan tersebut belum tentu tepat jika diterapkan dalam kelompok lain, sehingga kelompok lain mendapat pelatihan berbeda, misal budidaya ikan lele cendol atau lainnya yang sesuai. Perbedaan jenis pelatihan ditentukan melalui kajian bukan berdasarkan biasane apalagi copy paste program sebelumnya.Oleh karena itu para pendamping harus arif dan bijak dalam melakukan kretaifitas program pendampingan pengentasan kemiskinan. Harapan kami dengan pendekatan segmented akan memudahkan kita dalam mengurai permasalahan kemiskinan di Kota Yogyakarta dengan program yang tepat, akurat, terukur terstruktu dan pendampingan profesional. (ant)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Mendidik siswa mandiri agar survive
Selasa pagi, 30 Juli 2019, SDN Lempuyangwangi menerima kunjungan tim penilai Lomba Gugus Depan Unggul dengan didampingi oleh Wakil walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi. Lomba Gugus Depan Unggul yang diselenggarakan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, untuk saat ini melalui berbagai tahapan seleksi dimana SDN Lempuyangwangi dan SDN Gedongkiwo yang mewakili Kota Yogyakarta akan berkompetisi dengan satu peserta dari SD di Kabupaten Gunungkidul. Dari tiga Gugus depan di SD tersebut akan diambil satu Gugus Depan/SD yang akan mewakili DIY dalam lomba tingkat Nasional. Kepala Sekolah SDN Lempuyangwangi, Puji Rochyati dalam paparannya dihadapan tim penilai menyampaikan bahwa Pendidikan Pramuka di SDN Lempuyangwangi merupakan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua siswa. Dengan visi unggul dalam bidang akademik dan non akademik maka kegiatan Pramuka merupakan wahana edukasi untuk membentuk anak yang religius, nasionalis, mandiri, berintegritas dan berbudaya. Bagi kami anak yang memiliki lima karakter tersebut akan menjadi generasi unggul yang beribadah pada Tuhannya dan bermanfaat bagi sesama, memiliki jiwa kebangsaan yang siap sebagai garda depan dalam menegakkan NKRI, Mandiri dalam kehidupannya, memiliki integritas dan komitmen atas apa yang menjadi tanggungjawabnya dan memiliki akar yang kuat pada budayanya. Guna mendukung pendidikan tersebut kami menggunakan dana BOSNAS dan BOSDA, iuran anggota, usaha mandiri berupa penjualan hasil produk anak-anak baik berupa makanan, kerajinan batik sibori, batik jumputan, assesoris, dll. Kami juga ada kegiatan market day dimana siswa kelas lima dilatih untuk menjual hasil produk siswa ke lingkungan sekolah dan sekitarnya, mereka mencatat biaya produksi dan hasil penjualan agar mengerti berapa keuntungan yang diperoleh. Harapan kami anak-anak akan tumbuh dalam kemandirian. Dalam sambutan selamat datang pada Tim Penilai, Heroe Poerwadi menjelaskan bahwa pendidikan di Kota Yogyakarta mendidik anak dalam skill dan soft skill. Dengan melihat ketrampilan siswa di SDN Lempuyangwangi yang telah dilatih untuk membatik Sibori-Jumputan, membuat olahan pangan, membuat assesories maka ketrampilan ini sesuai dengan potensi di lingkungan SD, dimana ada pasar yang bisa digunakan untuk menjual produk-produk tersebut. Melalui kepramukaan para siswa dilatih agar mampu survive dalam menghadapi berbagai perubahan yang mungkin terjadi di masa depan. Kemampuan survive akan muncul jika siswa memiliki kemandirian dalam sebuah keyakinan/percaya diri (hasil pendidikan religi/agama). Melalui batik dan makanan olahan tradisional para siswa dibekali budaya lokal untuk diolah dan dikembangkan sebagi bekal dalam kehidupannya di masa depan. Lebih lanjut disampaikan Heroe Poerwadi bahwa Kota Yogyakarta yang rawan bencana baik gempa teknonik maupun vulkanik, angin puting beliung, banjir, longsor maka di lingkungan sekolah juga dilatihkan tentang mitagasi bencana. Bagaimana agar siswa mampu mengantisipasi keadaan jika terjadi bencana, apa yang harus dilakukan, harus menyelamatkan diri dengan cara apa dan kemana. Pelatihan mitigasi yang mengenalkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi dalam sebuah bencana dan bagaimana cara antisipasi serta SOPnya. Melalui berbagai bekal skill dan soft skill yang telah diajarkan maka diharapkan di Yogyakarta lahir generasi unggul yang mandiri, berintegrasi, berbudaya, cinta tanah air dan Beriman serta bermanfaat buat lingkungannya. Sementara Muhammad Amin yang akrab disapa kak Amin dengan didampingi Tuti Sumandani/Kak Tuti menyampaikan maksud dan tujuan tim penilai serta kesan pesannya, "Sungguh sambutan yang mengejutkan sejak di depan pintu masuk sekolah hingga menelusuri lorong dan ruang di sekolah mendapati siswa yang unjuk kebolehan dalam kreatifitas dan karya. Mudah-mudahan karya yang ditampilkan inI akan menjadi sajian yang terbaik dari tiga gugus depan di DIY dan bisa sebagai wakil provinsi di tingkat nasional. Kami sebut mudah-mudahan dikarenakan belum melihat sajian dua Gugus Depan yang lain, kami melakukan penilaian dengan sikap profesional agar hasil yang diperoleh juga mencerminkan prestasi dan kapasitas gugus depan yang mewakili provinsi. Selain melihat sajian, mendengarkan pemaparan kami juga menilai administrasi dan melakukan wawancara dengan para pihak yang kami pandang bisa memberikan gambaran utuh tentang gugus depan SDN Lempuyang wangi. Kami berterima kasih atas sajian yang telah ditampilkan dan mohon diri untuk meneruskan penilaian ke Gugus Depan SDN Gedongkiwo dan Gugus Depan di Kabupaten Gunung Kidul. (ant)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Tukar Pikiran Smart City, Wakil Bupati Bangka Kunjungi Pemkot Yogyakarta
Pemerintah Kota Yogyakarta menerima kunjungan kerja (kunker) Pemerintah Kabupaten Bangka beserta DPRD Kabupaten Bangka di Kota Yogyakarta, yang bertempat di Ruang Shinta Balaikota Yogyakarta, Selasa (30/07). Kunjungan ini dimanfaatkan Pemerintah Kabupaten Bangka beserta DPRD Kabupaten Bangka untuk bertukar pikiran mengenai adanya Jogja Smart City atau Jogja Smart Service yang ada di Kota Yogyakarta. Rombongan yang dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Bangka Syahbudi mengungkapkan, dalam rangka Study Banding sharing ini diharapkan nantinya Kabupaten Bangka memiliki aplikasi yang sebanding dengan Pemerintah Kota Yogyakarta. Hingga saat ini aplikasi tersebut masih dalam proses pembangunan. "Aplikasi dari Kabupaten Bangka ini masih dalam proses pembangunan yakni sudah hampir 90% aplikasi dan OSS (Online Single Submission) yang sudah berjalan, namun belum semua izin yang bisa dilaksankan pada aplikasi kami," ungkapnya. Tema kunjungan Kabupaten Bangka yakni pelaksanaan OSS (Online Single Submission) dalam rangka mendukung Smart City, menindaklanjuti Perpres nomor 91 Tahun 2017 perihal Percepatan Pelaksanaan Berusaha serta PP Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Penanaman Modal dan Perizinan (DPMP), telah melaksanakan OSS pada 28 (dua puluh delapan) macam izin. Sementara untuk izin yang tidak menggunakan OSS ada 11 izin, yaitu Surat Keterangan Penelitian, Izin Usaha Toko Modern (IUTM), Izin Salon Kecantikan, Izin Pengusaha Penyimpan Daging, Izin Penjual Daging, Izin Usaha Penggilingan Daging, Izin Pembuatan Jalan Masuk (In-Gang), Izin Saluran Air Limbah (SAL), Izin Pemakaman, Izin Penyelenggaraan Reklame dan Izin Usaha Penyambungan Saluran Air Hujan (SAH). Dalam kesempatan ini Sekertaris Daerah (Sekda) Titik Sulastri menyambut baik kunjungan ini, beliau berharap kunjungan ini nantinya akan membawa manfaat bagi Pemerintahan baik Kabupaten Bangka maupun Kota Yogyakarta. Ia mengatakan penyelenggaran OSS pada masyarakat umum, terutama pada kalangan usaha, maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan layanan perizinan dalam melakukan kegiatannya penting diadakan dalam kebijakan pemerintah pusat. "Hal ini penting agar penyelenggaraan perizinan dapat berjalan sinergis di antara Pemerintah Kota Yogyakarta dengan kebijakan pemerintah pusat," ungkapnya. Disamping itu, berkaitan dengan Jogja Smart Service, Kepala Bidang Kabid Teknologi Informatika Dinas Komunikasi dan Persandian Kota Yogyakarta, Suciati mengatakan adanya Jogja Smart Service disuatu Kota inovatif yang memiliki teknologi informasi dan komunikasi ini digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan pelaksanaan dan pelayanan yang tingkat kompetitifnya sebanding dengan Kota lainnya. "Konsep Jogja Smart City dikembangkan dengan memadukan unsur teknologi, masyarakat dan pemerintah dengan membangun enam pilar diantaranya Smart Environment, Smart Living, Smart People, Smart Economy dan Smart Governance," ungkapnya. Ia menyatakan bahwa perkembangan Jogja Smart Service ini tentunya berkolaborasi dengan BAPEDA agar system ini dibangun secara bertahap di seluruh wilayah Kota Yogyakarta."Jogja Smart Service ini berkolaborasi dengan BAPEDA agar system ini dibangun secara bertahap yang dimulai dari tahun 2003 lalu, dimana dari pengembangan insfastruktur baik jaringan maupun aplikasi kami lakukan secara bertahap. Yang terdiri dari 14 Kecamatan, 45 Kelurahan dan beberapa OPD dan 18 puskesmas," ungkapnya. Dalam memberikan layanan perizinan, Pemkot Yogyakarta telah menyediakan website perizinanonline.jogjakota.go.id, di mana sebagian besar izin dilayani secara online pemohon tidak perlu datang ke Kantor DPMP, tetapi cukup memasukkan permohonannya lewat website tersebut. "Mungkin nantinya Bapak / Ibu kalau ada kesempatan dapat melihat ke website tersebut, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan OSS pelayanan perizinan di Kota Yogyakarta," katanya. Sebanyak 127 lokasi dibangun, mulai dari Tahun 2013 dan selesai di Tahun 2018 selesai, dibangun secara bertahap. Jogya Smart Service (JSS), adalah layanan yang memiliki dua versi yaitu versi Web dan Android. Pendaftarannya pun mudah, dengan mendaftar menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) Kota Yogyakarta bisa diakses oleh masyarakat Kota Yogya Maupun luar Kota Yogya, yang sampai sekarang kira-kira sudah mencapai 10 ribu pengguna JSS. Dengan aplikasi "Jogja Smart Service" diharapkan berbagai informasi maupun layanan publik yang menarik dan tersaji secara lengkap membuat masyarakat lebih aktif dalam mendapatkan informasi melalui aplikasi tersebut. "Selanjutnya terkait dengan sarana prasarana selain dengan Fiber Optik kami juga sudah memiliki ruangan sektor per sentra dimana OPD tidak boleh menyimpam server karena tidak memiliki tupoksi, dimana server harus tersentral diruang server pemerintah Kota Yogyakarta, dan yang mengelola system ini adalah Diskominfosan,". Tambahnya. (Hes/Muf)