Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Wakil Walikota Tinjau dan Berikan Bantuan Korban Bencana Puting Beliung di Kelurahan Baciro Yogyakarta
Kota Yogyakarta saat ini mengalami perubahan suhu udara dan cuaca yang drastis, hal ini yang menjadi pemicu puting beliung yang terjadi di Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman, selasa (24/4). Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi meninjau lokasi dan memberikan bantuan kepada korban yang terkena puting beliung. Dalam kesempatan ini Heroe Poerwadi mengatakan yang terkena dampak puting beliung yaitu di RW 19 dan RW 20 kelurahan Baciro Yogyakarta, rabu (25/4). "yang mengalami kerusakan di RW 19 sebanyak 35 rumah dan RW 20 sebanyak 45 jadi total kerusakan atap rumah ada 75 rumah yang mengalami kerusakan ringan dan berat" ucapnya. Selain itu Heroe Poerwadi menambahkan bahwa perbaikan dan bantuan akan di mulai esok hari, baik pemasangan asbes ataupun terpal. "besok akan dimulai perbaikan-perbaikan yang secara signifikan dan bantuan-bantuan bsk sudah dilaksanakan, seperti pemasangan asbes dan terpal" ungkapnya. Kejadian puting beliung yang menimpa warga kelurahan Baciro hampir semua rumah rusak di bagian atap rumah saja, baik asbes ataupun genteng. Disamping itu diliat dari jumlah peta rumah kelurahan baciro yang mengalami kerusakan tidak dalam satu kawasan, namun beberapa rumah yang terkena dampak puting beliung. Heroe Poerwadi menambahkan dengan terjadinya puting beliung di Yogyakarta ini tidak perlu adanya status siaga, yang diperlukan adalah memberikan informasi kepada warga setempat dan warga Kota Yogyakarta untuk tetap pamdai melihat cuaca dan situasi saat berada dimana saja. "kita bukan karena status siaganya, kita harus pandai-pandai menlihat situasi, kalau puting beliung kan tidak bisa diprediksi, terjadi dimana saja kan tidak tau, kita memberikan antisipasi saja dengan tidak memakai bahan rumah yang mudah terbang" ucapnya. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Tingkatkan Kesadaran Akan Standarisasi Produk, Dekranas Kunjungi BSN
Sejumlah pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang tergabung sebagai anggota Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kota Yogyakarta mengadakan kunjungan ke Badan Standarisasi Nasional (BSN), Jakarta pada hari Rabu (25/4). Dituturkan oleh Ketua Dekranas Kota Yogyakarta, Trikirana Muslidatun atau yang akrab dipanggil Ana Haryadi, kunjungan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman anggota Dekranas Kota Yogyakarta akan standarisasi produk yang mereka hasilkan "Saat ini masih banyak pengrajin yang kesulitan memperoleh sertifikat dikarenakan prosesnya yang dirasa rumit dan biaya besar yang harus dikeluarkan" Tutur Ana Haryadi di sela-sela kunjungan tersebut. Lebih lanjut, Ana mengatakan, produk-produk asal Yogyakarta sebenarnya mendominasi produk kerajinan di Indonesia masih belum bisa melakukan direct selling ke buyer dikarenakan terganjal masalah standarisasi, baik nasional maupun internasional, sehingga penjualan masih dilakukan oleh pihak lain yang berada di luar Yogyakarta. "Jika sudah tersertifikasi nantinya pengrajin asal Yogyakarta bisa langsung menjual tanpa adanya perantara. Ini tentu akan menguntungkan pengrajin" Imbuhnya. Sementara, Deputi Informasi dan Permasyarakatan Standarisasi, Zakiyah saat menerima rombongan menuturkan, standarsisasi bagi pengrajin sangat penting, Standarisasi, selain untuk meningkatkan mutu produk dan menjaga persaingan usaha yang sehat juga bertujuan untuk meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan negara, juga untuk meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi, oleh sebab itu pihaknya selalu berupaya untuk membina UKM agar memiliki kesadaran akan standarisasi "Kita selalu berupaya melakukan pembinaan dengan harapan UKM mampu menerapkan SNI dan mendapatkan sertifikat SNI jug a mampu menjadi role model bagi IKM yang lain, menciptakan UKM yang berdaya saing, dan mendorong tumbuhnya sentra-sentra UKM di daerah" Tandas Zakiyah. Ana Haryadi sendiri berharap nantinya Pemerintah Kota Yogyakarta mampu memberi payung terhadap pengrajin agar produk-produknya dapat tersandarisasi "Harapannya nanti Pemkot juga membuat MoU dengan BSN terkait pembinaan sertiikasi dan Pemkot juga bisa memfasilitasi UKM untuk memperoleh sertfikasi, ataupun bantuan pembiayaan" Harap Ana Senada dengan hal tersebut, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Lucy Irawati menuturkan, pihaknya akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan BKN terkait standarisasi bagi pelaku UKM "Kerjasama dengan BSN lebih terbuka dan ke depannya kami akan membuat langkah-langkah fasilitasi bagi UKM binaan agar bisa tersandarisasi" Tandas Lucy. (ams)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Rayakan Paskah Bersama Karyawan Pemkot Jogja Diiharap Mengasihi Dengan Perkataan dan Perbuatan
Perayaan Paskah karyawan Kristiani Pemerintah Kota Yogyakarta tahun 2018 berlangsung dalam suasana gembira dan penuh suka cita. Pasalnya, renungan atau hikmah Paskah yang disampaikan oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Pr, mampu membuat para karyawan dan para tamu undangan diantaranya Wakil Walikota dan ketua DPRD Kota Yogyakarta terhanyut dalam canda tawa. Sepanjang renungan yang bertemakan "Mengasihi dengan Perkataan dan Perbuatan" itu Mgr. Rubiyatmoko banyak melempar guyonan segar, sehingga membuat ruangan di Grha Pandawa Balaikota Yogyakarta, Senin, (23/04/2018) penuh dengan gelak tawa. Dengan bahasa yang lugas dan mudah disimak Mgr. Rubiyatmoko mampu menyampaikan isi dan pesan Paskah yang intinya adalah manusia harus saling mengasihi dengan perkataan dan perbuatan. Mgr. Rubiyatmoko mengilustrasikan tiga kombinasi tipe manusia dalam kehidupan sehari hari. Pertama adalah orang yang tutur kata dan perangainya halus dan lembut namun tidak ada wujud kasihnya yang nyata. Kedua, orang yang suaranya tidak enak, menyakitkan hati, dan selalu membuat naik pitam namun apa yang dilakukan menyenangkan hati. Sedangkan tipe yang ketiga adalah orang yang perkataan menyakitkan, kasar dan membuat orang lain marah ditambah tindakannya juga membuat orang darah tinggi. Kombinasi itu menurut Uskup Agung Semarang, bukanlah hal yang ideal. Tetapi sebagai murid Tuhan ia menegaskan bahwa kasih dan mengasihi merupakan hal yang sangat pokok. Bahkan mesti menjadi landasan dan dasar semua perilaku umat manusia dalam kehidupan sehari-hari. "Kasih dan mengasihi harus menjadi landasan dan dasar semua perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, entah itu di dalam keluarga, di tengah masyarakat, entah di komunitas grejawi maupun di tempat kerja kita masing-masing ," tegasnya. Para karyawan Kristiani Pemkot Jogja diajak untuk belajar dari pribadi Yesus sendiri yang sungguh menjadi ungkapan paling nyata dari kasih itu. "Kita belajar dari Yesus yang mencintai dengan tulus dan total sampai akhir hidup melalui tindakan nyata yakni mengorbankan diri demi keselamatan umat manusia. Yesus mengasihi kita bukan dengan kata kata kosong tetapi dengan perbuatan yang kongkrit, sekalipun itu merupakan sebuah pengorbanan diri. Mengasih bukan saja hanya dengan kata kata atau verbal saja tetapi semua diungkapkan dengan nyata lewat perbuatan bahkan dengan pengorbanan diriNya sendiri. Cinta kasihnya kepada Manusia dan kepada Alllah diungkapkan secara nyata melaui penderitaan dan wafatnya di kayu salib," ujar Uskup. Karyawan Kristiani Pemkot Jogja harus belajar dari peritiwa ini seperti dalam Surat yang ditulis dalam 1Yoh. 3:16-18, Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah tetapi dengan perbuatan dan kebenaran. Diakatakan, belajar dari peristiwa Kristus yang mencintai dengan tulus, total sampai akhir lewat tindakan nyata yakni mengorbankan diri, kiranya kasih kita kepada orang lain juga kiranya menjadi nyata dalam perbuatan atau tindakan nyata konkrit termasuk pengorbanan diri demi kbahagiaan orang lain. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mewujudkan kasih kita tidak hanya dengan kata kata namun dengan perbuatan yang konkrit, riil dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga kita, masyarakat dalam komunitas grejawi kita, di tengah masyarakat yang kita tinggal, maupun di tempat kerja kita dimana kita mengabdi Tuhan, sesama dan mengabdi negara kita. Untuk mencapai kesana menurut Mgr. Rubiyatmoko, manusia harus mempunyai kasih. Tanpa kasih semuanya itu tak ada gunanya. Kasih menjadi dasar atau syarat seluruh kerja, perilaku , termasuk ketika bekerja di Pemerintah Kota Yogyakarta. "Apa saya melakukan itu tidak hanya untuk sesuap nasi atau rejeki atau itu semua saya lakukan dengan penuh kasih,"kata Rubiyatmoko. Mgr. Rubi berharap perayaan Paskah Bersama ini bisa menginspirasi dan mengajak kita untuk semakin mampu mengasihi Tuhan dan sesama, tidak hanya dengan kata kata saja tetapi dengan perbuatan . "Ayo kita jadilah orang Kristiani sejati yang bermanfaat , yang berguna bagi masyarakat, gereja, negara dan bagi keluarga kta masing-masing. Karena apa yang kita buat karena kasih. Semoga peristiwa menyemangati hidup kita," ajaknya. Pada kesempatan itu, Pendeta Tuty Zastini, S.Th membawakan doa Safaat. Pendeta Tuty mendoakan bangasa dan negara, Pemerintah Kota Yogyakarta berserta Walikota dan Wakil Walikota serta seluruh jajarannya untuk tetap sehat dan selalu dilindungi oleh Tuhan yang Esa dalam menjalankan tugas dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara. Sementara itu Wakil Walikota Drs. Heroe Poerwadi, MA mengucapkan selamat merayakan Paskah kepada segenap karyawan Kristiani di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Perayaan Paskah kata Heroe hendaknya menjadi momentum untuk senantisa bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala kasih karunia dan kehidupan yang diberikan kepada seluruh makluk ciptaan, tanpa kecuali. Wawali menambahkan Paskah adalah kebangkitan hidup menunju kebaikan juga merupakan mementum yang tepat untuk berbuat semangat dan memotivasi diri dalam memberikan pengorbanan yang tinggi untuk mencapai kebaikan dalam hidup melalui pengabdian kita sesuai dengan bidang usaha dan kerja kita masing masing. "Laksanakan tugas pekerjaan sehari dengan memaksimalkan kompetensi profesionilisme menaati prosedur dan aturan yang berlaku dan memiliki kepekaan dalam menyikapi segala perubahan agar kita selalu dapat memberikan yang terbaik serta karya kita sebagai aparatur negara yang akan dipertanggung jawabkan tidak hanya pada masyaakat tetapi pada Tuhan yan maha esa untuk membangun kota Yogyakarta," ujar Wakil Walikota. Menyikapi perkembangan terkakhir terkait kehidupan beragama di Kota Yogyakarta Heroe mengatakan Pemerintah kota Yogyakarta senantiasa menjamin bagi setiap pemeluk agama dan kepercayaan dalam menjalankan kegiatan keagamaan serta dalam menjalankan kegiatan sosial kemasyarakatan sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu sangat penting bagi semua yang menjadi bagian dari masyarakat kota Yogyakarta untuk menjaga suasana aman , damai kondusif dalam rangka mendukung semua pembangunan di Kota Yogyakarta. Ketua panitia Paskah 2018 Pemkot Yogyakarta Dra. Christiana Lucy Irawati melaporkan kegiatan Paskah Bersama karyawan Kristiani 2018 mengsusng tema Mengasihi dengan kata dan Perbuatan. Maka dari itu, semua hasil kolekte dari karyawan akan disumbangkan kepada sama saudara yang baru saja ditimpa bencana di Blora. (@mix)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Tingkatkan Kualitas Masyarakat Dengan Proyek Padat Karya
Setelah sukses memasang jalan inspeksi dan bronjong di sepanjang tebing Sungai Winongo pada tahun 2017 lalu, kali ini Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melanjutkan program padat karya berupa pembangunan talud sepanjang 28 meter persegi di bantaran Sungai Gajah Wong, atau tepatnya di RW 06 Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogya. Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Yogya, Lucy Irawati mengatakan program padat karya tersebut selain untuk meningkatkan kualitas lingkungan warga, program padat karya tersebut juga untuk meningkatkan kesejahteraan warga, khususnya peningkatan pendapatan. Ia menambahkan jika Pemkot Yogya sudah mengalokasikan dana sekitar Rp 219 juta untuk mendanai program padat karya di RW 06 Kelurahan Giwangan pada tahun ini, yaitu untuk membangun talud sepanjang 28 meter persegi dengan tinggi 3 meter persegi. "Pekerjaan dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dan harus diselesaikan dalam waktu sekitar 30 hari. Pekerjaan fisik sudah mulai dilakukan sejak bulan lalu dan berjalan dengan baik," katanya di lokasi, Selasa (24/4). Sementara itu Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan jika pembangunan talud ini merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk mempercantik Kota Yogyakarta guna memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya. Menurutnya kesuksesan kegiatan padat karya ini mengandung makna bahwa semangat gotong royong senantiasa ada dihati masyarakat. Keberhasilan program padat karya ini, lanjutnya, akan menjadi tolak ukur bagi pelaksanaan program-program Pemkota Yogya selanjutnya, sehingga kedepan program yang dilaksanakan dapat lebih ditingkatkan baik dari aspek kapasitas anggaran, kuantitas maupun cakupan wilayah kegiatan yang lebih luas. Ia berharap dengan adanya program ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat melalui kemudahan aksesibilitas, peningkatan produktifitas dan terkelolanya sumber daya lokal secara maksimal. "Selain itu, juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap kinerja warga Giwangan sehingga diharapkan kedepan semakin banyak pihak baik yang akan menyalurkan bantuan berupa fisik maupun non fisik di Kelurahan Giwangan" ujarnya. Ia berpesan kepada masyarakat agar ikut memelihara fasilitas public tersebut sehingga segala fasilitas yang dibangun dapat terus dinikmati oleh generasi anak cucu kita nanti. "Rasa handarbeni atau memiliki terhadap segala fasilitas umum hendaknya dapat kita pupuk sehingga keberadaan fasilitas umum senantiasa terawat dengan baik" ungkapnya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Pemberian Tunjangan Kerja Ampuh Dongkrak Kedisiplinan Pegawai Pemkot
Sepanjang tahun 2017 tingkat kedisiplinan pegawai Pemkot Yogyakarta mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dari hasil temuan inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Inspektorat Kota Yogyakarta.Hasil itu tidak lepas dari efek positif pemberian tunjangan kerja pegawai belakangan ini. Kami telah melakukan empat kali sidak selama tahun 2017. Dari sidak tersebut, hasilnya hanya 0,03 persen pegawai yang tidak hadir tanpa ada pemberitahuan apa pun. Artinya, sangat sedikit pegawai yang membolos," kata Inspektur Pemerintah Kota Yogyakarta Wahyu Widayat saat Gelar Pengawasan Daerah 2017 di Ruang Bima Kompleks Balaikota Yogyakarta, Selasa (24/4). Tingkat kehadiran pegawai yang cukup tinggi tersebut menunjukkan bahwa kedisiplinan pegawai semakin baik karena kedisiplinan merupakan salah satu modal yang dimiliki pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan ke masyarakat. Wahyu menegaskan sidak dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Sehingga hasilnya benar-benar sesuai dengan fakta tidak dibuat-buat. "inspeksi mendadak tersebut biasanya dilakukan berdekatan dengan hari libur keagamaan atau libur panjang," jelasnya. Wahyu menambahkan Waktu sidak tidak pernah ditentukan. Bisa dua hari sebelum atau sesudah libur keagamaan. Biasanya dilakukan di hampir separuh dari seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Meski begitu Wahyu mengatakan masih ada kelemahan sistem pengawasan internal sebanyak sembilan temuan dan temuan terkait penggunaan anggaran yang tidak efektif, efisien, dan ekonomis sebanyak tiga temuan. Wahyu menilai meningkatnya kedisiplinan pegawai tidak lepas dari efek pemberian tunjangan perbaikan penghasilan berbasis kinerja. " Pemeberian Tunjangan jelas mendorong pegawai untuk bekerja maksimal karena apabila melakukan tindakan yang mengarah pada ketidakdisiplinan, seperti membolos atau terlambat masuk kerja akan langsung berpengaruh pada nilai tunjangan yang diperoleh," ucap Wahyu. Sementara itu Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Titik sulastri menuturkan, peran dan fungsi dari pengawasan semakin nyata dibutuhkan sejalan dengan berkembangnya semangat untuk melaksanakan reformasi birokrasi dan mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. "Hasil dari kegiatan pengawasan dan evaluasi ini tentu bukan menjadi sesuatu yang harus dielakkan, tetapi hendaknya menjadi sebuah cermin yang dapat membantu kita untuk berefleksi, membenahi kinerja dan meningkatkan kualitas pelayanan," imbuhnya. (Tam).
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
100 Anak Ikuti Pawai Hari Kartini
Sekitar 100 anak-anak dari Taman Penitipan Anak (TPA) Beringharjo, Kelompok Bermain (KB) binaan Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Yogyakarta, yakni TPA Beringharjo, KB Kirana, TPA Praba Dharma, serta Ruang Sahabat Ibu dan Anak (RSIA) binaan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta mengikuti kegiatan Pentas Seni dan Kirab Andong dalam rangka memperingati hari Kartini. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu (21/4) pagi dengan mengambil start dan finish di Balaikota Yogyakarta. Dikatakan oleh Kepala TPA dan KB, Ari Nunik Kurniawati, kegiatan yang mengambil tema "Dengan Semangat Nasionalisme, Kita Wujudkan Cita-Cita Generasi Pembaharu Bangsa" ini bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik terhadap pahlawan perempuan yang berjuang dalam kemajuan pendidikan, khususnya bagi anak perempuan, juga mengenalkan cinta budaya, nilai-nilai luhur danjsemangat perjuangan Kartini dalam mengisi kemerdekaan dan melanjutkan pembanguan. "Selain itu kita juga berupaya mengenalkan pakaian adat, alat transportasi tradisional, serta memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi dengan tampil percaya diri di atas panggung" Ungkap Nunik. Sementara, Pengelola TPA Praba Dharma yang juga Ibu Wakil Walikota Yogyakarta, drg. Perwati Sutji Rahajoe yang pada kegiatan tersebut berkesempatan untuk melepas kirab menuturkan, perjuangan Kartini bagi kemajuan kamu perempuan di Indonesia sangat luar biasa, sehingga perlu diteladani oleh generasi muda. "Pengorbanan Kartini sangat berjasa bagi kaum perempuan, apa yang dilakukan Kartini pada zaman dahulu memiliki nilai semangat juang yang tinggi dengan jiwa yang besar. Mulai dari usia dini mari kita tanamkan semangat juang Kartini dan Tumbuhkan semangat Nasionalisme pada anak. Karena anak adalah masa depan Bangsa calon pemimpin Bangsa Indonesia." Tutur Istri Wakil Walikota tersebut. Kirab Andong sendiri mengambil rute Balaikota - Jl. Kenari - Hotel Melia Purosani - Jl. Mataram - Jl. Malioboro - Taman Pintar - Jl. Kusumanegara dan berakhir kembali di Balaikota. Anak-anak tampak riang gembira menikmati acara dengan mengenakan pakaian tradisional. Sesampainya di Balaikota acara dilanjutkan oleh pentas seni yang dibawakan oleh anak-anak dari TPA Beringharjo, KB Kirana dan TPA Praba Dharma.
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Tahun 2019, Kota Yogyakarta Bebas Kawasan Kumuh
Guna mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota yang bebas dari kawasan kumuh, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogya terus melakukan penanganan secara intensif. Hingga awal tahun 2018 kawasan kumuh yang ada di Kota Yogya hanya tersisa sekitar 144 hektare saja. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono menjelaskan sejumlah upaya yang sudah dilakukan untuk pengurangan luasan kawasan kumuh pada tahun 2018 ini di antaranya penataan reguler di sejumlah kelurahan di sepanjang Sungai Gajah Wong di antaranya Sorosutan, Muja-Muju, dan Warungboto. "Selain itu ditahun ini juga akan dilakukan penataan kawasan di sepanjang bantaran Sungai Winongo. Di sepanjang bantaran Sungai Winongo akan ada 11 kelurahan yang menjadi sasaran penataan, dimulai dari Kelurahan Kricak hingga Gedongkiwo" katanya Sementara itu Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menegaskan jika di tahun 2019 nanti Kota Yogya akan terbebas dari kawasan kumuh "Penataan kawasan kumuh di Kota Yogya akan terus dilakukan dengan target mengurangi luasan kawasan kumuh yang tersisa agar memenuhi target nasional 100-0-100. Yakni 100 persen sanitasi, nol persen Kawasan kumuh, dan 100 persen akses air bersih pada akhir 2019" katanya usai meninjau proyek Kotaku di RW 06 Kelurahan Mujamuju, Umbulharjo Kota Yogya, Senin pagi (23/4) Ia mengungkapkan jika penataan kawasan kumuh di Kota Yogya mengedapankan prinsip kearifan lokal dan berbasis inovasi. Yakni dengan menyulap kawasan kumuh menjadi lokasi menarik yang dapat dikunjungi warga sebagai kawasan terbuka. Ia melihat kesadaran warga Yogyakarta cukup tinggi, hal tersebut di buktikan dengan banyaknya komunitas dan penggiat lingkungan yang telah berhasil melakukan sejumlah gerakan. "Di Code kami sudah memiliki sekolah sungai, tentu hal ini membantu pemerintah untuk segera menyelesaikan penataan kawasan kumuh," katanya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Songsong Ramadan Minggiran Bazar Segera Digelar Kembali
Menyongsong datangnya bulan Ramadan 1439 H, Muda-mudi Masjid Al Falaah Minggiran Yogyakarta akan kembali menggelar even bazar yang melibatkan seluruh komponen masyarakat Kampung Minggiran. Minggiran Bazar nantinya akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 6 Mei 2018 mengambil lokasi sepanjang jalan protokol Minggiran. Kegiatan dengan tema Bersatu Untuk Kesejahteraan Umat ini menurut rencana akan dibuka Walikota Yogyakarta, Drs H Haryadi Suyuti. Koordinator acara Tantri Anggraeni mengatakan setelah membuka even tersebut, Walikota Yogyakarta akan melakukan kunjungan stand UMKM potensi warga Kampung Minggiran yang sudah mendaftarkan diri sejumlah 53 stand. Acara ini juga akan diisi dengan pembelian sembako murah sejumlah 350 sembako dengan kupon, pemeriksaan kesehatan cek kolestrol dan gula darah gratis bagi masyarakat disiapkan untuk 100 orang. Even ini juga akan dimeriahkan gelar potensi kesenian yang dilaksanakan sore hingga malam hari dengan puncak acara menampilkan kelompok nasyid Reggaebana dan pengajian akbar dengan pembicara ustad Drs Jumali Nur Ridho. "Kegiatan ini juga sejalan dengan program gandeng gendong yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota pada bulan April 2018 lalu sebagai bentuk langkah kongkrit dari Segoro Amarto," katanya. Dijelaskan bahwa kata gandeng" bermakna semua elemen masyarakat saling bergandengan tangan dengan niat saling membantu agar semua pihak dapat maju bersama. Sedangkan gendong" memiliki makna bahwa masyarakat membantu warga lain yang tidak mampu, sesuai pernyataan Pemerintah Kota bahwa yang lemah kita gendong, yang terpinggirkan ditarik ke tengah agar bisa berjalan bersama. Konsep gandeng gendong" bisa diterapkan di seluruh aspek pembangunan mulai dari pembangunan di bidang ekonomi, pengentasan kemiskinan, hingga pemberdayaan pelaku usaha kecil. Muda-mudi Masjid Al-Falaah dan masyarakat Kampung Minggiran berkolaborasi dengan berbagai komponen untuk menggelar even yang bertujuan untuk menunjukan potensi usaha UMKM yang ada di Kampung Minggiran. Ketua Takmir Masjid Al-Falaah menambahkan Drs Rokhmat Akt MM mendukung sepenuhnya kegiatan positif yang dilakukan oleh muda mudi yang diharapkan mampu menggerakan seluruh komponen masyarakat RT,RW, organisasi masyarakat lainnya untuk saling menggandeng dan menggendong menuju kesejahteraan bersama. (Ita)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Yogyakarta Targetkan Satu Kelurahan Satu Kampung Iklim
Pemerintah Kota Yogyakara (Pemkot) menargetkan setiap kelurahan memiliki satu kampung iklim. Langkah itu untuk mewujdukan kampung-kampung di Yogyakarta agar memiliki ketahanan tinggi terhadap resiko perubahan iklim dan mampu melaksanakan usaha adaptasi dan mitigasi menghadapi perubahan iklim global. "Program Kampung Iklim adalah usaha dalam rangka mengatasi permasalahan yang meliputi banjir, genangan ari, kebersihan dan penglolaan limbah," ucap Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Suyana saat sosialisasi Prokim di Ruang Bima Kompleks Balaikota Yogyakarta, senin (23/4). Suyana menjelaskan Program kampung iklim adalah gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis komunitas oleh kementerian lingkungan hidup. "Kampung iklim dibangun di tingkat RW dalam rangka penyesuaian dan penurunan perubahan iklim secara kesinambungan," jelasnya. "Di Kota Yogyakarta baru ada satu kampung iklim yakni di RW 08 Pandeyan. Dan kedepan akan kami dorong setidaknya satu kelurahan memiliki satu kampung iklim," kata Suyana. Dalam kesempatan yang sama Asisten Deputi Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim KLH Sri Tantri Arundati menjelaskan, program ini merupakan upaya KLH guna mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Menurutnya Kementerian Lingkungan Hidup akan terus memutakhirkan data kerentanan wilayah. Upaya ini akan terus dilakukan agar upaya adaptasi bisa dilakukan, mengingat frekuensi bencana terkait iklim dan cuaca makin sering terjadi. "Di Yogyakarta proporsi jumlah tingkat kerentanan di seluruh kecamatan mencapai 45 kampung. 15 kampung diantaranya dalam kategori sangat rendah, sementara 30 kampung lainya dalam kategori sedang," paparnya. Pemerintah menargetkan adanya 1.000 kampung iklim di Indonesia hingga 2020 mendatang. Dengan melakukan sosialisasi dan mendorong daerah untuk segera melakukan upaya pembentukan Prokim dan kemudian diusulkan ke Pemerintah. Sementara itu Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyambut baik Program Kampung Iklim. Ia menilai langkah tersebut patut dilakukan menyusul kondisi perubahan iklim global yang belakangan ini sangat ekstream. "Pemerintah Kota tengah berupaya untuk memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH). Saat ini luasan RTH di Kota Yogyakarta baru mencapai angka 17%. Pemkot berusaha untuk menambah 13% lagi sehingga total 30% sudah layak untuk Kota Yogyakarta," jelasnya. Ia meminta kepada seluruh OPD khususnya Kelurahan untuk sedini mungkin melakukan penguasaan lahan-lahan kosong sehingga nantinya bisa diusulkan untuk dilakukan pembeliaan. "Kedepan juga akan dilakukan penyederhaan predikat agar lebih fokus dan terarah, saat ini total sudah ada 28 predikat dan nantinya disederhanakan menjadi lima predikat saja berdasarakan kategori fisik, lingkungan, sosial, budaya dan pariwisata," papar Heroe. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Senam Masal Kegiatan Non Fisik TMMD Reguler ke-101 Di Gambiran Dibuka Wakil Walikota Jogja
Wakil Walikota Drs. Heroe Poerwadi, MA, membuka acara senam sehat masal dalam rangka kegiatan non fisik TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) reguler ke-101 Kota Yogyakarta di wilayah Gambiran Pandeyan Umbulharjo, Minggu, (22/04/2018) pagi. Senam masal yang diikuti oleh ratusan warga itu dikomandani oleh Komandan Kodim 0734 Yogyakarta, Kol. Inf. Rudi Hermansyah dan semua Danramil sekota Yogyakarta. Wakil Walikota Heroeo Poerwadi mengajak warga masyarakat kota Yogyakarta untuk selalu membangun pola hidup sehat dan bersih dengan berolahraga dan senam bersama maupun sendiri sendiri. Kegiatan senam bersama juga memiliki arti penting karena selain menjadikan sehat dan bugar, kegiatan senam juga dapat menjadi ajang silaturahmi antar sesama warga. Wakil Walikota mengatakan mengapa kota Yogyakarta selalu nyaman, hal ini karena warga Yogyakarta memliki sifat guyub, rukun dan selalu berkumpul bersama. "Karena itu usia harapan hidup di kota Yogyakarta lebih panjang dari wilayah lain. Karena sering bertemu dan berkumpul seperti halnya senam bersama, atau kegiatan lain di wilayah ini menjadikan kita semakin guyub, senang, gembira terus. Disitu kita terus jaga tali silaturahmi kita," ujar Heroe. Heroe berharap kegiatan yang digagas jajaran Kodim 0734 ini semakin meberi manfaat bagi warga masyarakat dan menjadi tali manunggalnya TNI dan Warga masyarakat. "Semoga kegiatann senam ini dan kegiatan TMMD lainnya dapat mengikat kuat jajaran TNI dan warga khususnya warga di wilayah Pandeyan Umbulharjo dan Kota Yogyakarta semuanya," tambah Heroe. Sementara itu Dandim 0734 Yogyakarta, Letkol Inf Rudi Firmansyah, S.E.M.M menjelaskan kegiatan di Minggu pagi itu merupakan salah satu kegiatan non fisik TMMD reguler ke-101 tahun 2018. Selain senam sehat juga diadakan lomba senam Maumere untuk komunitas senam yang ada di kota Yogyakarta. Pemenang akan mendapat hadiah menarik. (@mix)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Peserta Raker Komwil III Apeksi Menyusuri Sudut-Sudut Kuno Kotagede
Di hari ketiga Rapat Kerja Koordinator Wilayah III Apeksi 2018, peserta diajak Walikota Yogyakarta menyusuri sudu-sudut kuno Kotagede, jum"at (20/4). Dimulai sejak pukul sembilan hingga menjelang dzuhur peserta begitu antusias dan terkesima dengan keunikan Kotagede sebagai salah satu wilayah tertua se-Yogyakarta. Blusukan dimulai dari dalem sopingen yang letaknya tidak jauh dari pasar legi kotagede. Dipandu Ahli sejarah Kotagede sekaligus Filantrophis lokal Nasir, peserta dikenalkan sejumlah bangunan tua yang memiliki sumbu filosofi agung. Mereka dikenalkan asal muasal Kotagede. "Sebelum 1952 wilayah ini merupakan bagian dari Kasunanan. Semula, Kotagede adalah nama sebuah kota yang merupakan Ibukota Kesultanan Mataram. Selanjutnya kerajaan itu terpecah menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta," ucap Nasir saat menjelaskan rentetan sejarah Kotagede kepada peserta Raker Komwil III Apeksi. Usai mendalami asal muasal Kotagede beserta memahami arsitektur rumah yang berada di sekitaran ndalem sopingen, peserta pun diajak menyusur ke sebelah timur. Disanalah para peserta dikenalkan dengan beberapa bangunan tua, seperti bekas pabrik kain yang pernah tersohor tempo delu. Tak jauh dari lokasi bekas pabrik kain, peserta pun diajak melewati Masji Perak yang memiliki keunikan sekaligus menjadi salah satu ikon religi baru-baru ini. Bergerak ke arah selatan, Peserta diajak untuk flasback mengingat tragedi gempa bumi yang terjadi pada 2016 silam. "Saat itu, di lokasi ini sangat mencekam. Semua bangunan ini mengalami kerusakan akibat bencana gempa bumi kala itu," jelas Nasir. Setelah menyusuri perjalanan yang agak panjang, peserta pun bergeser ke pasar paling bersejarah yakni pasar legi Kotagede. Tak tanggung-tanggung peserta pun diajak masuk pasar yang pernah diinisiasi sultan agung tersebut. Pasar Kotagede dulunya dikenal dengan nama Pasar Gede atau Sargede yang merupakan pasar tradisional yang dibangun pada masa Panembahan Senopati. Keramaian Pasar Gede masih bisa dirasakan ketika penanggalan Jawa menunjukkan pasaran Legi. Sehingga sekarang lebih dikenal sebagai Pasar Legi Kotagede. Pasar ini sudah ada sejak zaman kerajaan mataram pada abad ke-16 dan termasuk pasar tertua di Yogyakarta. Pasar ini dapat menggambarkan bahwa dulunya masyarakat sekitar Kotagede banyak yang berprofesi sebagai pedagang dan perajin. Usai dari pasar legi Kotagede, peserta pun napak tilas ke Masjid Mataram Kotagede sekaligus menilik makam-makam para raja yang tepat berada bersebelahan di Masjid Mataram Kotagede. "Masjid Agung Kotagede dibangun pada zaman kerajaan Mataram pada tahun 1640 oleh Sultan Agung bergotong-royong dengan masyarakat setempat yang pada umumnya waktu itu beragama Hindu dan Budha.," Kata Nasir. Masjid Kotagede Yogyakarta sudah berusia ratusan tahun memiliki sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa Masjid tersebut dibuat dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung yang berhasil membangun inti masjid yang berukuran kecil yang disebut langgar. Tahap kedua masjid ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Di Masjid tertua se-Yogyakarta inilah para Peserta Rakermowil III Apeksi 2018 mengakhiri blusukan sejarahnya. Mereka pun berksempatan untuk merasakan suasan Sholat Jum"at di Masjid Kotagede. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Peserta Raker Komwil III Apeksi Jelajah Taman Sari
Sebagai rangkaian dari perhelatan Raker Komwil III Apeksi, peserta diajak untuk mengunjungi salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Kota Yogyakarta, yaitu komplek Taman Sari. Visitasi yang dilaksanakan sore hari usai acara rapat (19/4) ini mengajak peserta untuk menjelajahi sekaligus mempelajari sejarah situs yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubowono I ini. Wakil Walikota Solo, Ahmad Purnomo yang turut dalam rombongan mengaku kagum dengan Taman Sari. Ahmad mengaku Yogyakarta dan Solo sama-sama memiliki Kraton sehingga keduanya memiliki perhatian terhadap keberadaan cagar budaya. "Menurut saya Taman Sari luar biasa indah dan memberikan kenangan. Ini harus menjadi perhatian kita semua untuk terus melestarikan cagar budaya seperti ini, apalagi Jogja dan Solo memiliki kemiripan karena sama-sama memiliki Kraton" Lebih lanjut, Ahmad juga mengapresiasi upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dan warga sekitar Taman Sari yang memperhatikan dan melestarikan keberadaan Taman Sari. "Saya salut kepada upaya Pemerintah Kota Yogyakarta yang bersama-sama penduduk sekitar untuk terus memperhatikan dan merawat Taman Sari. Taman Sari mampu menghidupi sekaligus diihudupi oleh penduduk yang berada di sekitarnya" Tutur Ahmad. Selain Ahmad, turut hadir Kepala Bagian Pemerintahan dan kerjasama Kota Tegal, Ilham Prasetyo. Tak beda dengan Ahmad, Ilham juga mengagumi Taman Sari "Ini pertama kalinya saya ke Taman Sari. Biasanya kalau ke Jogja tidak sempat mengunjungi karena pasti datang untuk bekerja. Saya kagum kejernihan air di Taman Sari" Ungkapnya. Selain menjelajahi Taman Sari, Rombongan juga berkesempatan untuk melukis di atas kaos dengan dipandu oleh Sanggar Kalpika. Hasil karya para peserta tersebut nantinya akan disempurnakan oleh Sanggar Kalpika dan dijadikan souvenir bagi peserta. Seusai menjelajah Taman Sari, rombongan beranjak ke Kampung Cyber Taman Sari. Di sana, selain dijamu aneka Jajanan pasar dan minuman herbal khas Yogyakarta, peserta juga diajak untuk mengenal konsep Kampung Cyber yang ada di Taman Sari. "Di sini, semua terkoneksi dengan internet, ini bertujuan untuk mempermudah koordinasi sehingga warga tidak harus repot-repot datang ke Ketua RT dan RW untuk membuat surat pengantar, tapi menggunakan aplikasi web, nanti surat pengantar akan dibuat di Kelurahan" Ungkap Antonius Sasongko atau akrab dipanggil Koko, selaku Ketua RT 36 Kampung Cyber. Walau demikian, Koko menuturkan, interaksi sosial di Kampung Cyber masih terjaga dengan baik. Setiap sore, warga Kampung Cyber dari anak-anak sampai orang tua masih rutin untuk berkumpul di lapangan voli untuk berinteraksi secara langsung. Wakil Walikota menambahkan, konsep yang diterapkan di Kampung Cyber ini nantinya akan diterapkan di seluruh Kelurahan di Kota Yogakarta "Saat ini sedang digodok oleh Bappeda Kota Yogyakarta, targetnya tahun 2018 bisa diterapkan di semua Keluarahan di Kota Yogyakarta" Imbuh Heroe. (ams)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Jadi Tuan Rumah Raker Komwil Apeksi, Jogja Kenalkan Ragam Budaya
Kota Yogyakarta ketiban gawesebagai tuan rumah perhelatan Rapat Kerja Komisariat Wilayah (Raker Komwil) III Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), tak hanya menggelar seremonial rapat saja, namun sebagai Tuan Rumah, Pemerintah Kota Yogyakarta juga berupaya membawa peserta Raker Komwil III yang terdiri dri 25 pimpinan daerah untuk mengenal lebih dalam lagi khazanah budaya Kota Yogyakarta Di antaranya adalah Batik Ceplok Segoro Amarto yang pada malam penyambutan digunakan oleh seluruh peserta. Panitia pelaksana sengaja mengirimkan kain batik ikon Jogja tersebut kepada seluruh peserta sebagai seragam pada perhelatan tersebut. Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti menjelaskan, batik Ceplok Segoro Amarto memiliki makna filosofis untuk menjaga wibawa dan menjunjung tinggi derajat manusia yang tergambar dalam motif parang dan kawung. "Parangyang berarti tinggi derajatnya dan Kawung bermakna kehidupan yang harmonis dan menjaga keseimbangan alam" Tutur Walikota. Walikota menuturkan, batik motif Ceplok Segoro Amarto Diciptakan untuk mendukung dan memperkuat semangat gotong royong warga Yogyakarta. Juga sebagai simbol ajakan pada masyarakat Indonesia untuk bisa menggelorakan kembali semangat gotong royong. Selain batik, Pemerintah Kota Yogyakarta selaku panitia pelaksana juga memperkenalkan aneka kuliner khas Jogja yang ngangeni seperti wedang ronde, mi jawa, dan nasi gudeg. Sementara, ketika acara berlangsung, Panitia juga menyusun Program Keputren bagi pendamping peserta Raker Komwil Apeksi untuk mengunjungi Kawasan Puro Pakualaman. Di sana mereka berdialog dengan Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam membahas sejarah Kadipaten Pakualaman dan diajak untuk melihat-lihat koleksi batik Pakualaman. Selepas raker, peserta diajak untuk mengunjungi situs peninggalan sejarah, komplek Taman Sari. Di sana peserta menjelajah sekaligus mempelajari sejarah situs yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Pada hari terakhir, rombongan melakukan napak tilas kawasan warisan sejarah Kerajaan Mataram Islam, Kotagede. Peserta akan menjelajah lorong-lorong kampung yang terkenal akan hidangan kipo-nya ini dan melakukan sholat Jum"at di masjid bersejarah, Masjid Gedhe Kotagede. (Tim Apeksi)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Apeksi Selenggarakan Program Keputren
Salah satu rangkaian kegiatan Rapat Kerja Komisiariat Wilayah (Komwil) III Asosiasi (Apeksi) yang diselenggarakan pada hari Kamis (19/4), Pemerintah Kota Yogyakarta selaku Panitia pelaksana juga menyelenggarakan Program Keputren yang diperuntukkan bagi Ibu-ibu pendamping peserta Raker Komwil III Apeksi. Program ini sendiri dilaksanakan di Pura Pakualaman Yogyakarta Dengan didampingi oleh Istri Walikota Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun atau yang akrab dipanggil Ana Haryadi, peserta diajak untuk untuk bertemu langsung dengan Istri Sri Paduka Paku Alam X yaitu Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (G.K.B.R.Ay.A) Paku Alam. Saat bertemu dengan G.K.B.R.Ay.A Paku Alam, peserta disambut dengan hangat, selanjutnya mereka berdiskusi mengenai sejarah panjang Kadipaten Pakualaman serta melihat koleksi batik yang dibuat oleh G.K.B.R.Ay.A Paku Alam yang di pajang di suatu ruangan yang ada di dalam Pura Pakualaman. "Batik ini khas Pura Pakualaman dari naskah-naskah kuno di Pakualaman Astabrata ajaran kepemimpinan melalui Batara" ucapnya. Seusai diskusi dengan G.K.B.R.Ay.A Pakjualam, Tri Kirana mengajak para rombongan untuk berkunjung di suatu tempat untuk berbelanja batik khas Yogyakarta yang sudah terkenal di batik Gee. Sesampainya disana, rombongan berbelanja dan dilanjutkan perjalanan ke sebuah cafe yang cukup terkenal, terutama di sosial media, yakni Honje Cafe yang dimana cafe Honje Cafe memiliki keunikan tersendiri yaitu menyuguhkan pemandangan yang mengarah ke Tugu yaitu ikon Yogyakarta. Setelah mengikuti perjalanan yang sudah di rancang oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Jamuan malam dilaksanakan di Bale Raos Jl.Magangan Kulon No. 1 Kraton Yogyakarta. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Menggelar Peringatan Hari Kartini di Grha Pandawa
Dalam memperingati serta mengenang salah satu pahlawan nasional RA Kartini, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) menggelar Peringatan Hari Kartini di Grha Pandawa, jumat (20/4). Acara ini dihadiri oleh Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Istri Walikota Tri Kirana Muslidatun serta Istri Wakil Walikota Poerwati Soetji Rahajoe. Para peserta menggunakan pakaian khas jawa yaitu Kebaya agar nuansa Kartini semakin kental dalam acara Peringatan Hari Kartini. Pada sambutan yang di berikan oleh Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, atas perjuangan RA Kartini itulah, kini perempuan tidak hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga tetapi juga ikut berpartisipasi dalam memberi warna kehidupan di masyarakat. "kini perempuan tidak hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga saja tetapi, juga ikut berpartisipasi dalam kontek sekecil apapun dengan membangun tatanan masyarakat. semoga kaum wanita semakin mandiri dalam berbagai kegiatan pembangunan dan sosial"ucapnya Disamping itu Haryadi Suyuti menambahkan, saat ini banyak kaum wanita meraih pendidikan tinggi, mempunyai kedudukan serta kemandirian secara ekonomi, tetap jadikanlah keluarga sebagai prioritas utama. "meskipun saat ini banyak kaum wanita meraih pendidikan tinggi, mempunyai kedudukan serta kemandirian secara ekonomi, tetap jadikanlah keluarga sebagai prioritas utama dan pertama karena keluarga adalah harta terindah yang tidak akan ternilai oleh besarnya materi" Ucapnya. Acara ini bertujuan untuk apresiasi terhadap kiprah yang ditunjukkan Kartini-Kartini Pemerintah Kota Yogyakarta yang bekerjasama dengan Gabungan Organisasi Wanita beserta lembaga lainnya yang tetap konsisten dalam melaksanakan program-programnya guna memberdayakan keluarga dan masyarakat Kota Yogyakarta. Haryadi Suyuti berharap, semoga kaum wanita Kota Yogyakarta semakin mandiri, berdaya, organisasi-organisasi wanita di Kota Yogyakarta semakin eksis, ibu-ibu, keluarga dan masyarakat semakin sejahtera. Istimewa kotanya, istimewa organisasi-organisasi wanitanya, istimewa pula para wanitanya. (Hes)