Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Selama Seminggu 100 Ribu Wisatawan Padati Gelaran PBTY 2019
Kemeriahan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-14 tahun 2019 resmi berakhir Selasa (19/2/2019) malam. Gelaran yang di selenggarakan selama tujuh hari ini secara resmi ditutup oleh Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, selama 7 hari itu juga tak kurang dari 100 ribu pengunjung datang ke sini. Walikota mengatakan jika pihaknya turut berbahagia, karena di era yang baru ini, masyarakat keturunan Tionghoa sudah memiliki kebebasan dalam mengekspresikan diri, melalui budaya dan adat istiadatnya. "Dewasa ini tentunya masyarakat sudah banyak belajar dan mengetahui tentang budaya Tionghoa, khususnya yang ada di Kota Yogya" ujarnya. Ia mengharapkan event tahunan ini bisa digelar dengan lebih meriah lagi tahun-tahun mendatang. Hal tersebut dikarenakan PBTY menjadi salah satu penegas keberadaan Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Pariwisata. Masyarakat Tionghoa sudah sejak lama berada di Yogyakarta dan ikut serta membentuk kebudayaan di sini. Kami merasa PBTY ini dapat membuka wawasan betapa kayanya budaya yang kita miliki, ungkapnya. Sementara untuk para generasi muda, Ia pun berharap agar dengan adanya PBTY ini dapat membuka wawasan mengenai betapa kayanya budaya yang kita miliki, dan menjaga kelestariannya merupakan tugas kita bersama, ungkapnya. Ketua Umum PBTY, Tri Kirana Muslidatun mengatakan bahwa acara bertajuk -Harmony In Diversity- ini memang mengakar di hati masyarakat Kota Yogyakarta. "Sesuai dengan temanya, acara ini memang penuh dengan keberagaman, tidak semata-mata hanya menunjukkan budaya Tionghoa saja" ungkapnya. Ia menjelaskan bahwa acara tersebut ini tidak hanya menarik para pengunjung dari Yogyakarta saja, akan tetapi juga wisatawan dari luar Yogya yang berbondong-bondong datang untuk menyaksikan rangkaian PBTY. Kedatangan para pengunjung ini disambut 142 stand kuliner yang meramaikan kampoeng Ketandan Malioboro. Ada sekitar 142 stan makanan meramaikan PBTY. Memadati sepanjang Jalan Ketandan, stan-stan makanan melayani para pengunjung PBTY dengan beragam menu makanan. "Selama satu minggu tak kurang 100 ribu pengunjung hadir di wilayah Ketandan" katanya. Salah seorang pengunjung Rosita, 22, mengatakan kunjungannya pada malam ini adalah kunjungan yang ketiga kalinya. "Sepertinya lebih wah dari tahun-tahun sebelumnya," ujar perempuan yang datang dari magetan tersebut. Dia mengatakan, PBTY kali ini lebih banyak menyuguhkan variasi kuliner. Baginya, festival kuliner yang paling ditunggu. Sajian street food yang belum pernah dia coba, akhirnya terpenuhi. Hal senada juga diungkapkan Frederika Asstri, 24. Mahasiswi itu baru kali pertama ke PBTY. "Kulinernya banyak. Bermacam pilihan. Seru," katanya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Go-Jek Dukung Program Gandeng Gendong Pemkot Yogya
Layanan pesan antar makanan dalam aplikasi Go-jek, Go-Food menegaskan komitmennya untuk mendukung program gandeng gendong milik Pemerintah Kota Yogta, hal tersebut di buktikan dengan telah dibukanya Go-Food Festival Kampoeng Tugu sejak bulan juli lalu dimana pesertanya adalah para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kota Yogya. Merchant Marketing Strategic Engagement Manager Go-Food, Sarah​ Lucia, mengatakan bahwa sejalan dengan program gandeng gendong, Go-Food ingin menegaskan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan bisnis di Kota Yogya. "Perkembangan Go-Food menjadi salah satu layanan antar makanan terbesar di Indonesia ini adalah berkat pengusaha UMKM kuliner yang bermitra dengan kami. Kini saatnya Go Food membantu UMKM kuliner terutama yang ada di Kota Yogya untuk bisa meningkatkan skala bisnis dan mendapatkan dampak ekonomi yang lebih baik lagi" ujarnya di area Go-Food Festival Kampoeng Tugu, Kamis (21/2/2019). Menurutnya lebih dari 80 persen partner Go Food merupakan pengusaha kuliner yang masuk kategori pengusaha kecil dan menengah. Selama ini dirinya melihat perkembangan UMKM kuliner sering terganjal karena pendanaan, SDM, dan juga pengetahuan bisnis. Karena itu, Go Food memiliki misi senafas dengan Pemkot Yogya yaitu untuk menghadirkan dampak sosial yang lebih besar dan lebih luas kepada masyarakat, dalam hal ini kepada mitra UMKM kuliner. Dengan bergabung di Go-Food para pengusaha kuliner UMKM tidak perlu menyiapkan dana besar dan mencari pegawai di awal, sehingga mereka dapat terus belajar untuk kembangkan dan ekspansi usahanya lebih baik lagi, katanya Pada kesempatan tersebut juga digelar penghargaan juara partner 2019, ajang ini diadakan untuk mengapresias para pelaku kuliner UMKM di Kota Yogya, Kegiatan tersebut mendapat apresiasi dari Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Ia pun bangga melihat puluhan pengusaha kuliner lokal berkumpul bersama untuk menerima penghargaan dari kerja keras dan semangat yang selama ini mereka lakukan. "Ini membuktikan bahwa kuliner lokal juga bisa berkembang dengan memanfaatkan teknologi" Kata Wawali di lokasi. Menurutnya dengan adannya Go-Food dapat membantu pelaku usaha kecil di wilayah Yogyakarta untuk lebih dikenal oleh masyarakat luas dan membantu program pemerintah sebagai Smart City. "Dengan adannya Go-Food ini mampu membantu pelaku industri makanan di wilayah Kota Yogya tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga terlibat dalam industri moderen tersebut dalam memasarkan produknnya " ujarnya dilokasi. Ia pun berharap, GO-FOOD sebagai platform pesan-antar makanan senantiasa menjaga standar kualitas layanan dari para merchant​ demi pelayanan yang optimal bagi pelanggan. (Han/Mil)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Gandeng Swedia, Yogyakarta Siapkan Sistem Pencegahan DBD
Dalam rangka menanggulangi tingginya kasus DBD yang terjadi di Kota Yogyakarta, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Swedish International Centre for Local Democracy (ICLD). Kerjasama dengan lembaga kemanusiaan asal Swedia ini serius menangani kasus DBD yang terjadi di Kota Yogyakarta dengan melakukan beberapa strategi. Langkah tersebut dinilai positif oleh Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi, pihaknya optimis bahwa kerjasama tersebut akan membawa terobosan besar dalam menangani kasus DBD di Kota Yogyakarta. "Beberapa bulan yang lalu kami sudah bertolak ke Swedia, dari kerjasama ini nantinya kami akan membuat sistem infromasi peringatan dini," ujarnya saat menerima kunjungan perwakilan Swedish International Centre for Local Democracy di Balikota, Kamis (22/2/2019). Heroe menerangkan, kerjasama tersebut sudah berjalan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah bagaimana memahami perilaku masyarakat dalam merespon DBD. Dan Selanjutnya adalah menyiapkan Early Warning System (EWS). Intinya adalah nanti akan dibuatkan basis data dalam bentuk aplikasi yang bisa digunakan untuk mendeteksi sekaligus memberikan peringatan dini kepada masyarakat ketika akan terjadi kasus DBD," terangnya. Aplikasi tresebut, sambungnya, selain bisa mendeteksi wilayah mana saja yang akan potensial menjadi sarang tumbuhnya nyamuk juga bisa digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan nyamuk mengikuti situasi cuaca, "Untuk itulah nantinya kami juga akan dibantu BMKG, misalnya cuaca seperti ini dengan kelembaban seperti ini kira-kira akan terjadi seperti ini, peringatan kepada masyarakat seperti apa itulah yang nantinya dibuat sistemnya," jelas Heroe. Dengan begitu, masih menurut Heroe, Di kota ada dua upaya yang dilakukan yakni mengembangbiakan nyamuk ber-wolbachia agar nyamuk demam berdarah menjadi netral, lalu juga memakai EWS ini untuk ditempatkan di daerah mana potensi tumbuhnya demam berdarah. Sementara itu Ketua Dewan Swedish International Centre for Local Democracy Jerker Stattin mengungkapkan, Masyarakat di Kota Yogyakarta memiliki perhatian yang besar dalam memerangi kasus DBD. "Kami sudah melihat ke wilayah, masyarakat sangat antusias dan mereka memerangi DBD dengan perasaan senang," ucapnya. Yogyakarta dan Swedia adalah mitra yang bekerja pada peringatan dini untuk demam berdarah melalui pembangunan kapasitas dan partisipasi publik. "Modal terbesar dalam menangani DBD adalah partisipasi masyarakat, dan Yogyakarta sebenarnya sudha memilikinya nantinya akan kita kembangkan lagi melalui sistem manajemen yang berkelanjutan," urainya.
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Walikota Cilegon Kagum dengan Predikat Yogya sebagai Kota Layak Anak
Penerimaan kunjungan Walikota Cilegon, Edi Ariadi, beserta jajarannya di sambut baik oleh Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi beserta jajaran Pemerintah Kota Yogyakarta. Seperti yang kita ketahui, Kota Yogyakarta merupakan Ibu Kota Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di tengah-tengah empat Kabupaten. Dengan wilayah seluas 32,5 km persegi, Kota Yogyakarta memiliki penduduk sejumlah 417.744 jiwa, dengan kepadatan penduduk kurang lebih 12.800 jiwa / km persegi. Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, setidaknya jumlah kependudukan bertambah hingga dua kali lipat sejalan dengan fungsi Kota Yogyakarta. "Pada kesempatan ini, Kota Layak anak di lingkungan Pemerintahan Kota Yogyakarta memiliki jumlah kependudukan setidaknya bertambah hingga dua kali lipat sejalan dengan fungsi Kota Yogyakarta sebagai pusat kegiatan bisnis, pemerintahan, pendidikan, dan pariwisata" ungkapnya. Sedangkan secara administratif, Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan dan 45 (empat puluh lima) Kelurahan dengan 616 RW dan 2.532 RT. Secara umum, sudah banyak perkembangan positif dalam rangka pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kota Yogyakarta yang telah diinisiasi Pemerintah Kota Yogyakarta bersama unsur masyarakat. Heroe Poerwadi menambahkan, Kota Yogyakarta dalam aspek perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak melakukan strategi kebijakan pembangunan dengan peningkatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan. "Komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta dalam aspek perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak adalah dengan melakukan strategi kebijakan pembangunan dengan peningkatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan dan meningkatkan pemberdayaan dan perlindungan terhadap anak. Khususnya pembentukan kampung ramah anak, dalam hal ini di setiap wilayah Kelurahan memiliki Kampung Ramah Anak dan disetiap Kecamatan memiliki kampung Ramah Anak katanya. Hal ini merupakan langkah dalam mempertahankan Kota Yogya sebagai Kota Layak Anak. Agar Kampung ramah anak di Kota Yogyakarta terus berkembang pesat. Selain itu guna meraih Predikat Kota Layak Anak, Pemerintah Kota Yogyakarta telah melahirkan beberapa inovasi dan program unggulan diantaranya melalui, Penyaluran Jaminan Pendidikan Daerah guna mendukung wajib belajar 12 tahun, Pembebasan Biaya Akte, Penyediaan Mobil Keliling Untuk Pendataan Kartu Identitas Anak, Penyediaan Pedestrian Layak di Malioboro serta beberapa program lainnya. Disamping itu, saat ini Kota Yogyakarta juga telah memiliki 10 Kecamatan Layak Anak, 23 Kelurahan Layak Anak, 156 kampung yang terbagi menjadi beberapa tingkatan, serta 20 rintisan Sekolah Ramah Anak pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2016 Pemkot Yogyakarta menerbitkan Perda No 1 tahun 2016 tentang Kota Layak Anak. "Sehingga diharapkan komitmen pemenuhan Hak Anak menjadi lebih kuat dan mengikat semua pemangku kepentingan agar menempatkan aspek ramah anak dalam setiap kebijakan atau pembangunan yang dilaksanakan" ujarnya. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Annual General Meeting Southeast Asia Humanitarian Committee (SEAHUM) Dihadiri Wakil Walikota
Wakil Walikota, Heroe Poerwadi dalam hal ini berkesempatan mengikuti acara Pembukaan 3rd Annual General Meeting Southeast Asia Humanitarian atau SEAHUM Committee, Dengan tema "Energy of Humanitarian Strengthening Partnership in Humanitarian Diplomacy and Disaser Management" di Ballroom Borobudhur, Hotel Inna Garuda Malioboro, Kamis (21/2). Dalam kesempatan kali ini, Heroe Poerwadi menceritakan Kota Yogyakarta pernah mengalami beberapa kali kejadian bencana alam. Di antaranya adalah gempa bumi tahun 2006, letusan erupsi Gunung Merapi tahun 2010, serta abu Gunung Kelud tahun 2014, serta beberapa kali bencana banjir, tanah longsor, angin kencang dan sebagainya. Pada beberapa peristiwa tersebut membuktikan bahwa masyarakat Kota Jogja memiliki ketahanan, solidaritas, kewaspadaan, maupun kesadaran akan mitigasi bencana alam serta kemampuan untuk bangkit kembali yang tinggi. Tak hanya itu, Kota Yogyakarta telah terbentuk Kampung Tangguh Bencana (KTB) yang tersebar di 14 kecamatan, jumahnya sampai saat ini mencapai 97 KTB dari 170 kampung di Kota Jogja. Kampung Tangguh Bencana terbentuk dari masyarakat, sebagai aksi dan kesadaran warga akan pentingnya melakukan mitigasi bencana serta antisipasi penanggulangan terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan dari bencana alam itu sendiri. "Hal ini penting agar apabila terjadi bencana, maka masalah yang timbul dapat ditanggulangi dengan cepat dan tepat sasaran, dengan partisipasi masyarakat yang tergabung dalam Kampung Tangguh Bencana dapat dimobilisasi berbagai sumber daya, meminimalkan jumlah korban, baik jiwa maupun material memberikan bukti hidupnya jiwa sosial kemanusiaan, kuatnya kerjasama mengurangi penderitaan sesama dan mewujudkan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana" ungkapnya. Heroe Poerwadi mengatakan, pihaknya mengapresiasi kepada segenap organisasi dan kelompok-kelompok tanggap bencana, serta berbagai stakeholder yang peduli, ikut dalam bergotong-royong sehingga Kota Jogja, pada saat bencana terjadi, selalu dapat bangkit kembali. "Dalam kesempatan acara ini, kami sampaikan apresiasi kepada segenap organisasi dan kelompok-kelompok tanggap bencana, serta berbagai stakeholder yang peduli, yang ikut bahu-membahu dalam bergotong-royong sehingga Kota Jogja, pada saat bencana terjadi, selalu dapat bangkit kembali, perekonomian masyarakat dapat kembali pulih seperti sedia kala, dan berbagai lapisan masyarakat dapat melakukan usaha kembali untuk menggerakkan roda perekonomian dan kesejahteraan" katanya saat memberikan sambutan. Heroe Poerwadi menambahkan, marilah kita bersama melakukan diskursus, dialog yang produktif, untuk mencapai suatu kesepahaman bersama dalam memperkuat program kemanusiaan. "Melalui kegiatan ini, marilah kita bersama melakukan diskursus, dialog yang produktif, untuk mencapai suatu kesepahaman bersama akan pentingnya Energi untuk kemanusiaan, memperkuat kemitraan dalam diplomasi kemanusiaan dan manajemen kebencanaan"ungkapnya. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Heroe Poerwadi Tegaskan Anggaran Harus Selesaikan Masalah
Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi meminta seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk bisa menggunakan anggarannya dengan tepat sasaran sehingga bisa menyelesaikan masalah. "Setiap OPD ini kan punya anggaran masing-masing, sekarang sudah saatnya diintegrasikan, jangan sampai berjalan sendiri-sendiri," ujar Heroe Poerwadi saat Rakor Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Yogyakarta di Bappeda, Kamis (21/2/2019). Heroe menuturkan, alokasi anggaran yang ada di Kelurahan sekitar Rp.133 miliar yang berasal dari OPD dan Rp.17 miliar dari stimulan wilayah. Sehingga total dana di kelurahan ada sekitar 150 miliar. Pihaknya pun meminta anggaran tersebut bisa dimaksimalkan dan digunakan agar bisa mencakup lima yakni mengentaskan kemiskinan, meningkatkan pendapatan, menyelesaikan permasalahan, menata lingkungan, dan mewujudkan rencana pengembangan wilayah di kelurahan. "Saya selalu ingatkan, agar anggaran tersebut bisa cemantel, tonjo, temoto, ketok, lan keroso," imbuhnya. Heroe menyinggung pelaksanaan beberapa pelatihan yang belum maksimal, Ia meminta anggaran pelatihan tidak hanya habis untuk prosesnya saja namun juga harus bisa menunjukkan hasil yang nyata, yakni sejauhmana pelatihan tersebut bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. "Prinsipnya gunakan anggaran tidak hanya untuk pembangunan secara fisik saja, namun juga harus diikuti dengan dampak ekonomi bagi masyarakat," cetusnya. Terkait hal itu, Heroe mengkaitkan dengan pembangunan beberapa kampung wisata di Kota Yogyakarta. Ia mencontohkan seperti pengembangan wisata tama tirto wolulas yang ada di bantaran sungai gajah wong Giwangan. "Disana nantinya akan dilakukan pengembangan kampung wisata, secara fisik akan dibangun jalan pendestrian selebar tiga meter dari bendungan mrican hingga jembatan tegal gendu," terangnya. Namun Heroe berharap proses pembangunan fisik seperti ini harus bisa diikuti dengan pengembangan sektor ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan warga setempat.
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Pemkot Taken Mou Dengan PT Patrajasa
Untuk mendukung sentra ekonomi kreatif di Kota Yogya, Pemerintah Kota Yogya berkerjasama dengan PT. Patrajasa akan membangun Kota Yogya sebagai kawasan bisnis terintegrasi dengan cara membangun pusat ekonomi kreatif bagi pelaku UMKM di Kota Yogya yang berada dikawasan Baciro dengan luas 3,9 hektar. Didalam kawasan tersebut juga akan dibangun Convention Centre yang akan digunakan untuk layanan MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition). Convention Centre tersebut akan menjadi Convention Centre terbesar di Kota Yogya dengan kapasitas tampung mencapai 3000 orang. Dengan adanya pengembangan kawasan terpadu tersebut diharapkan masyarakat Kota Yogya dapat mengembangkan berbagai bisnis sehingga dapat menarik minat kunjungan wisatawan lokal hingga mancanegara. Dijumpai usai penandatangan Mou,Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, mengatakan jika Pemkot Yogya dalam membangun kawasan tersebut utamanya akan fokus pada pembangunan sentra ekonomi kreatif. "Kawasan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi proses pengembangan seni dan budaya masyarakat Kota Yogya dan dapat menjadi destinasi wisata baru bagi para wisatawan" katanya di Royal Ambarukmo Hotel, Jumat (22/2/2019). Sehingga, lanjutnya, dengan adanya kawasan tersebut dapat menunjang pertumbuhan pariwisata dan perekonomian di Kota Yogya. Ia pun menekankan dengan prinsip Gandeng Gendong, majunya pariwisata Kota Yogya tentunya harus memberikan manfaat langsung bagi warga Kota Yogya, bukan justru dinikmati masyarakat luar Yogyakarta namun masyarakat Kota Yogya pun harus merasakan manisnya iklim pariwisata yang semakin kompetitif. "Dengan dinamika pasar yang kian beragam serta tingkat kebutuhan masyarakat yang makin kompleks, maka semuanya harus berbenah dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada". Imbuhnnya. (Han/Mil)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Cegah Korupsi, Pemkot Bakal Mengintegrasikan Sistem Informasi Manajemen
Demi mencipatkan sistem permintahan yang bersih, transparan dan akuntabel, Pemerintah Kota Yogyakarta akan mengintegrasikan sistem informasi manajemen. "Dengan data yang terintegrasi ini tentu akan lebih efisien," ucap Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat monitoring dan evaluasi KPK di Balaikota, Kamis (22/2/2019). Lebih lanjut Heroe menuturkan, nantinya semua sistem informasi mulai dari penyusunan perencanaan, pengawasan dan realisasi penggunaan anggaran tresebut. Dengan integrasi ini, pihaknya meminta seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk bisa menyesuaikan dengan sistem yang baru. Karena menurutnya pasti akan ada perubahan sistem dan teknis. "Sistem yang nantinya berbentuk aplikasi ini diharapkan bisa memberikan data yang akurat dan mudah diakses untuk semua OPD," terangnya. Langkah tersebut, sambungnya, sudah tertuang dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 30 Tahun 2018 yang mengatur rencana aksi pencegahan korupsi tahun 2018 hingga 2019. Sementara itu Satgas Pencegahan KPK Unit Koordinasi Wilayah DIY dan Jateng NTB Kunto Ariyawan menerangkan, aksi pencegahan korupsi di Pemerintah Kota Yogyakarta mencapai angka 66 persen. "Namun masih banyak beberapa hal yang perlu diperbaiki sehingga nilainya akan semakin baik," imbuhnya. Menurutnya hal terpenting yang harus diperbaiki adalah sistem informasi yang terintegrasi, mulai dari perencanaan, penganggaran, pengadaan dan pencatatannya. (Lorient Meyse Hidayanah)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Yogyakarta Tolak Politik Uang
Menjelang pesta demokrasi yang akan dilaksanakan 17 April 2019 mendatang, Kota Yogyakarta khususnya kecamatan Kraton mendeklarasikan gerakan AMPUH (Aksi Menolak Politik Uang, Ujaran Kebencian dan Hoax). Gerakan yang diinisiasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Yogyakarta itu pun mendapat dukungan Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi. "Ini adalah pernyataan sikap warga kecamatan Kraton untuk menghasilkan Pemilu yang bersih dan berkualitas," ucap Heroe Poerwadi saat deklarasi AMPUH di Alun Alun Selatan Kota Yogyakarta, Minggu (24/2/2019) pagi. Heroe menuturkan, penyakit terbesar dalam tubuh demokrasi di Indonesia adalah money politic, ujaran kebencian dan hoak. Untuk itulah, Ia menilai gerakan AMPUH sebagai wujud pernyataan sikap agar nantinya para pemilih berfikir ulang untuk melakukan hal itu. "Marilah kita jaga Pemilu ini sebagai bentuk demokratisasi di Indonesia," imbuhnya. Pihaknya pun mengajak warga Yogyakarta untuk tetap menjaga persatuan dan kerukunan. Ia meminta agar warga Yogyakarta tidak larut dan terpecah belah karena perbedaan pilihan. Menurutnya pemilih sekarang ini sudah cerdas, mereka mampu menilai kandidat yang benar-benar bisa dipercaya sebagai pilihannya. Yang terpenting menurutnya adalah bagaimana memberikan infromasi yang utuh kepada masyarakat tentang pemilu. Dalam kesempatan yang sama Ketua Bawaslu Kota Yogyakarta, Tri Agus Inharto mengatakan ujaran kebencian dan hoak tidak boleh terproduksi di Kota Yogyakarta. Oleh sebab itu, semangat yang dimulai dari Kecamatan Kraton harus ditularkan kecamatan lain. "Praktik politik uang, ujaran kebencian dan maraknya hoax hingga saat ini masih menjadi persoalan besar ditengah proses demokrasi di Indonesia," bebernya. Ia menuturkan, Politik uang merupakan sebuah kejahatan dalam demokrasi, sehingga sudah sepatutnya masyarakat menolak praktik kotor ini dan turut menjaga kualitas demokrasi agar lebih baik. "Dengan adanya politik uang, tidak menutup kemungkinan yang terpilih bukan lagi kandidat ideal, melainkan para kandidat yang melakukan pola transaksional untuk merebut suara dari masyarakat," jelas Tri Agus. Pihaknya berharao dengan adanya Kecamatan Ampuh membuat masyarakat semakin paham dan mengerti mengenai kepemiluan secara umum, dan berani melakukan langkah konkrit menolak politik uang serta berani melaporkan kepada Bawaslu Kota Yogyakarta apabila menemukan praktik politik uang.
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Perpustakaan Masjid Kauman Sediakan 4000 Jenis Buku
Sejarah Islam mencatat bahwa masjid merupakan pusat perkembangan peradaban umat Islam. Salah satu kunci keberhasilan masjid sebagai pusat pengembangan peradaban adalah berfungsinya perpustakaan masjid. Perpustakaan masjid memiliki peran penting dalam mencerdaskan umat dan mewujudkan komunitas belajar (learning society). Salah satu ciri masyarakat belajar adalah masyarakat yang sadar informasi dan cerdas dalam memilih informasi, baik itu informasi popular, informasi keagamaan, maupun informasi ilmiah. Untuk itu perpustakaan masjid harus didukung oleh fasilitas yang memadai, seperti keragaman koleksi buku dan layanan pendukung yang memadai. Hal tersebut diungkapkan Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi usai melantik pengurus Perpustakaan Masjid Gede Kauman, Minggu malam (24/2/2019) Menurutnya dengan munculnya perpuskaan-perpustakaan yang berbasis komunitas salah satunya perpustakaan masjid Gede Kauman memiliki arti penting bagi strategi jangka panjang pendidikan umat. Ia berharap agar para pengurus yang baru agar membuat program program yang menarik sehingga para pengunjung tidak berhenti untuk sekadar berkunjung ke perpustakaan, tapi bagaimana kegiatan-kegiatan di perpustakaan mampu menggerakkan masyarakat untuk berkarya, bertumbuh, bahkan memajukan literasi di Kota Yogyakarta. "Kedepan saya berharap peningkatan pemanfaatan perpustakaan perlu diintegrasikan dengan program-program di Masjid Gedhe Kauman agar semakin berdaya guna dan berhasil guna" katanya Ketua Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman, Nana Yuliana, mengatakan beberapa program yang rutin dilakukan adalah kegiatan bedah buku, literasi tadarus, dan melakukan eksperimen seperti membuat robot sederhana dari sikat gigi, dan bimbel untuk anak-anak. Mulai tahun ini, lanjutnya, pengelola perpustakaan Masjid Kauman akan merangkul pemuda Kauman mulai dari siswa SMP dan SMA. Tentu saja bertujuan agar pengelolaan perpustakaan ini melibatkan warga setempat. Perpustakaan yang buka setiap hari Senin sampai hari Sabtu ini juga dilengkapi ruang kids corner, khusus untuk anak-anak belajar dan bermain. Selain itu, ada juga kegiatan perpustakaan keliling Kauman dengan sepeda hias, yang sebelumnya dilakukan dengan menggunakan gerobak. "Konsep yang digunakan dari sepeda hias ini, sepeda berjalan dan berhenti sekitar 15 sampai 20 menit di setiap RW-RW di seputaran Kauman Yogyakarta." ungkapnya. Saat ditanya tentang jumlah koleksi buku yang ada di perpustakaan tersebut, Ia mengungkapkan jika total koleksi buku di Perpustakaan Masjid Gedhe Kauman berjumlah sekitar 4.000 buah buku. "Jumlah itu termasuk 500 buah buku anak-anak yang kini seluruhnya dipindahkan ke dalam Kids Corner. Kami juga mendapat bantuan buku anak dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta, ujarnya. Bantuan tersebut itu, lanjutnya, berupa buku berbagai macam judul dengan total jumlah sekitar 100 buah buku. Berdasar data buku tamu di perpustakaan tersebut, rata-rata jumlah pengunjung sekitar 1.200 pengunjung perbulan. "Karena antusiasme anak-anak di lingkungan itu cukup tinggi, tak heran jika setengah dari total pengunjung tersebut merupakan anak-anak berbagai usia" katanya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Deklarasi Kampung Panca Tertib di Kelurahan Cokrodiningratan
Deklarasi Kampung Panca Tertib hadir di Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Minggu (24/2). Kegiatan ini menjadi awal yang baik dalam terbentuknya kampung panca tertib dengan kekuatan sosial dalam mewujudkan sebuah Kota yang berkemajuan, berdaya saing tinggi dengan berpijak pada nilai-nilai luhur keistimewaan. Pembentukan karakter disiplin dan tanggung jawab di suatu kampung merupakan hal yang sangat penting, karena tanpa karakter disiplin dan tanggung jawab seseorang akan dengan mudah melakukan sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Pentingnya penguatan karakter disiplin ini berdasarkan pada alasan banyaknya kejadian perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma kedisiplinan. Ketua LPMK, Margono mengatakan, diharapkan kegiatan ini bukan hanya sebatas nama, namun dijalankan dengan sesuai kesepakatan bersama. "Jangan sampai keghiatan ini tinggal nama saja, suatu perjlananan baru saja dimulai dan banyak kegiatan yang harus diselesaikan" katanya. Margono menambahkan, banyaknya dukungan masyarakat sangat diperlukan guna kelancaran kegiatan yang sudah disepakati bersama. "Struktur panca tertib meminta dukungan masyarakat untuk mematuhi peraturan dan kita sepakati bersama" ungkapnya. Selain itu, dalam kesempatan ini, Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan senang atas terciptanya kampung tertib dari segi tertib masyarakat dan program-program yang akan di canangkan. "Sungguh membahagiakan bagi kami bahwa mayarakat Kota Yogyakarta memiliki dan motivasi yang tinggi dalam mewujudkan kampung yang maju, tertib, sejahtera dan mandiri, hal ini terlihat dari antusiasme serta peran aktif dalam mendukung program-program tematik dari pemerintah" ungkapnya. Heroe Poerwadi mengatakan, Pemerintah terus menerima masukan, saran, kritikan yang membangun demi sempurnanya pelayanan untuk masyarakat Kota Yogyakarta. "Atas nama Pemerintah Kota Yogyakarta, kami sampaikan terima kasih kepada para pengurus dan kampung Panca Tertib. Untuk itu kami senantiasa mohon masukan, saran, kritikan membangun demi sempurnanya pelayanan serta memperbaruhi program-program agar lebih adaptif terhadap tuntutan masyarakat" katanya. Heroe Poerwadi menambahkan kegiatan ini mampu menjadikan kampung ini lebih efektif dan disiplin dalam menjalankan Program-programnya. "Saya berharap sarasehan ini dapat menjadi sarana melihat sejauh mana efektifitas penanaman kedisiplinan warga melalui Kampung Panca Tertib" ungkapnya. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Purbayan Jadi Sasaran Program TMMD 2019
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengaku sangat mengapresiasi atas terlaksananya kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Kodim 0734/Yogyakarta di Kelurahan Purbayan Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta, sebab melalui kegiatan ini percepatan pembangunan akan segera tercapai khususnya pembangunan di daerah pinggiran. Menurutnya, apa yang telah dilaksanakan dalam TMMD sudah sejalan dengan apa yang menjadi program pembangunan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, yaitu untuk mengentaskan kemiskinan. Wawali menjelaskan jika sasaran fisik TMMD kali ini diprioritaskan pada pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana, serta fasilitas umum yang menjadi kebutuhan masyarakat. "Pada TMMD kali ini sasaran kegiatan fisik berupa pemasangan pavling blok sepanjang 186m x 3m, rehap balai RW, Rehap 5 rumah warga, dan pembuatan MCK" kata Wawali usai membuka program TMMD Sengkuyung tahap I tahun 2019 di lapangan karang, Selasa (26/2/2019). Sementara untuk sasaran non fisik, lanjutnya, dilaksanakan dengan penyuluhan tentang penyakit masyarakat dan narkoba, sosialisasi bela negara dan cinta tanah air, sosialisasi tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) serta sosialisasi menangkal radikalisme yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Wawali melanjutkan, sebagaimana sesuai dengan program gandeng-gendong, pihaknya berharap, program tersebut merupakan upaya bersama dalam menyelesaikan yang menjadi pokok masalah di lingkungan setempat. "Kegiatan ini merupakan wujud sinergitas masyarakat, Pemerintah, TNI dan Polri dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan agenda-agenda pembangunan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan keberdayaan bagi masyarakat Kota Yogyakarta" ujarnya. Ia menambahkan, Pemkot Yogya tidak akan lepas tangan, tetapi bersama-sama warga menjaga, memelihara maupun meneruskan program-program yang belum selesai. Kami atas nama Pemkot mengucapkan terimakasih kepada jajaran TNI Kodim 0734 beserta seluruh jajarannya yang ikut dalam proses TMMD, katanya. Pada kesempatan tersebut, Wawali juga berkunjung kebeberapa rumah warga yang menjadi sasaran lokasi program TMMD di wilayah Purbayan. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Yogyakarta Siapkan Alat Pengukur Kualitas Udara
Merespon efek perubahan iklim yang berdampak pada kualitas udara, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Lingkungkan Hidup menyiapkan alat pengukur kualitas udara atau air quality monitoring system (AQMS). Alat yang diharapkan bisa mengetahui kualitas udara secara real time itu merupakan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup yang akan diberikan kepada Kota Yogyakarta. "Kita sedang dalam tahapan MOU, setelah itu baru nanti kita bisa putuskan alat tersebut akan diletakkkan dimana," ucap Kepala Dinas Lingkungan Hidup Suyana saat Workshop Proklim di Balaikota Yogyakarta, Selasa (26/2/2019) pagi. Suyana menyebut, alat tersebut nantinya akan bekerja secara otomatis dan real time sehingga masyarakat pun bisa mengetahui langsung bagaimana kondisi udara di Yogyakarta saat itu juga. "Mungkin indikatornya nanti menggunakan lampu berwarna, seperti traffic light, sehingga kita mudah membacanya tidak perlu dengan angka-angka," urainya. Meski begitu, Suyana mengaku tidak menutup kemungkinan alat tersebut akan dikombinasikan dengan program smart city. Sehingga kedepan kualitas udara bisa dipantau langsung oleh mayarakat melalui smartphone. Pihaknya juga menyinggung efek perubahan iklim bagi kota Yogyakarta, ,menurutnya efek perubahan iklim di Yogyakarta sudah perlu diwaspadai mengingatkan sejumlah indikator yang telah terjadi belakangan ini. "Banyak indikatornya, gelombang tinggi di pantai parangtritis, angin putting beliung, dan merebaknya malaria di Kulonprogo adalah sebuah indikator yang harus kita waspadai," cetusnya. Untuk itulah program kampung iklim menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut, Ia juga meminta kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif membendung perubahan iklim yang kini sedang terjadi. Salah satunya hal yang paling mudah dilakukan menurut suyana adalah dengan mengendalikan sampah di tingkat masyarakat. Karena, masih menurut Suyana, gas metan yang dihasilkan sampah lebih berbahaya bagi perubahan iklim. "Dengan program kampung iklim ini diharapkan kampung tidak hanya tangguh bencana saja tapi juga tangguh terhadap perubahan iklim," tandasnya. Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Titik Sulastri mengapresiasi Program Kampung Iklim di Kota Yogyakarta. "Dampak dan ancaman perubahan iklim global telah diakui sebagai ancaman terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat," ucapnya. Menurutnya perubahan iklim tidak lagi semata persoalan lingkungan hidup namun juga terkait dengan strategi pembangunan sehingga akibatnya akan berpengaruh sampai pada stabilitas ekonomi, sosial dan politik negara, regional serta global. "Beberapa upaya yang telah ditempuh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui instansi terkait sebagai respon terhadap perubahan iklim adalah Uji Emisi, Pemeriksaan Kualitas Udara Ambien, Melaksanakan Penghijauan, Pengurangan Volume Sampah, Pembuatan Biopori dan lainnya," jelasnya.
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Kelurahan Sosromenduran Hadirkan Rangkaian Kuliner dan Handcraft
Festival Kuliner dan Handcraft ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan potensi pariwisata yang ada di Kota Yogyakarta, khususnnya Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen. Wakil Walikota Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi dalam kesempatan kali ini ikut serta sekaligus meninjau stand yang dijajakan oleh setiap peserta. Menurut Wakil Walikota Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi kegiatan ini diikuti oleh warga kampung dari setiap Kelurahan di Sosromenduran. "Semua kampung berpartisipasi dalam kegiatan Festival Kuliner dan HandCraft" kata Edi, selaku ketua panitia, Rabu (27/2/2019). Pemkot Yogya mendukung acara Festival kuliner yang dilaksanakan oleh kelurahan Sosromenduran, tak lain untuk menunjukkan potensi masing-masing kampung, yang semuanya dapat dikembangkan menjadi ekonomi kreatif. Festival kuliner ini juga menunjukkan kepada masyarakat, jika warga masyakrakat antusias dalam program Gandeng Gendong, yang mana meningkatkan potensi-potensi yang ada di setiap wilayah di Kota Yogyakarta. "Kita bersama sama gelar potensi yang ada di Sosromenduran, untuk bagaimana masyarakat mampu mengakses kesempatan untuk meningkatkan pendapatannya,ini adalah bagian dari upaya kita dalam meningkatkan potensi yang dihasilkan oleh masyarakat." Sambutnnya. Festival Kuliner ini menampilkan makanan dan juga kerajinan tangan dari masing-masing kampung. Seperti kue tradisional yakni bubur sumsum dan masih banyak lagi. Sementara kerajinan tangan yang di pamerkan sepert kalung, kerajinan perca dan masih banyak lagi pernak pernik yang lain. Ia sangat mengapresiasi kegiatan ini karena hasilnya dapat membudidayakan masyarakat dan meningkatkan kreatifitas di wilayah sosromenduran. "Kita dorong agar kita semua mampu memberi layanan pada masyarakat dan wisatawan dan hasilnnya dapat dinikmati oleh warga masyarakat, saya mengapresiasi kegiatan ini dan nantinnya mampu dikemas dengan lebih baik lagi bagamana agar ini dapat membuka akses untuk mereka dapat menjual dengan lebih baik " Imbuhnnya. Selain festival kuliner, kegiatan ini juga menampilkan beberapa hasil kerajinan tangan seperti barongsai, kalung dan pernak pernik lainnya. Harapannya kegiatan ini mampu memotivasi warga untuk terus membuat produk yang lebih menjual, merencanakan packaging dan pemasarannya dengan baik. (Hes/Mil)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Pemkot dan UGM Bangun Komitmen Wujudkan Sungai Sehat
Pemerintah Kota Yogyakarta membangun komitmen dengan Universitas Gadjah Mada melalui Fakultas Teknik untuk menyiapkan teknologi untuk mewujudkan sungai yang sehat di Kota Yogyakarta. "Ini merupakan perhatian besar Universitas Gadjah Mada terhadap masa depan sungai di Kota Yogyakarta," ucap Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti saat Sarasehan Srawung Kali di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Rabu (27/2/2019). Teknologi tersebut diharapkan bisa memberikan solusi bagi permasalahan sungai agar sungai bisa memberikan manfaat bagi masayarakat. Pihaknya menyebut, Sungai merupakan salah satu bentuk wajah Kota Yogyakarta yang masuk dalam isu strategis yang menjadi fokus pembangunan Kota Yogyakarta. Namun sungai harus dijaga agar tidak tercemar dengan sampah, baik sampah rumah tangga dan sampah industri yang datang dari sekitaran sungai. "Penting bagi masyarakat dan Pemerintah tentunya untuk menjaga kebersihan sungai sehingga sungai dapat dikembangkan secara maksimal sebagai objek wisata misalnya, terutama tiga sungai besar Winongo, Code, dan Gajahwong," sambung Haryadi. Ia mengaku teknologi memiliki peran sangat penting untuk memelihara sekaligus membangun sungai yang bersih dan sehat. Namun meski begitu, Ia menyebut membangun kesadaran masyarakat merupakn hal yang tidak kalah penting. "Tapi yang paling penting disini adalah membangun kesadaran sosial masyarakat untuk menjaga sungai. Jangan buang sampah di sungai," jelasnya. Masyarakat itu berprinsip proofing is believing. Jadi apabila masyarakat merasakan manfaatnya, dengan begitu program akan lebih mudah diduplikasikan. "Tugas kita bersama adalah menyadarkan masyarakat untuk peduli terhadap sungai sekaligus mendorong agar masyarakat bisa merasakan manfaat dari program tersebut" imbuhnya. Terkait dengan kondisi sungai di Kota Yogyakarta, Pihaknya mengaku telah melakukan banyak terobosan seperti dengan program M3K atau Mundur, Munggah, Madep Kali. "Mengaplikasikan program M3K tidak mudah, membutuhkan kerjasama dan komitmen warga masyarakat," terangnya. Sementara itu Dekan Fakultas Teknik UGM Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D menegaskan bahwa UGM memiliki kepedulian terhadap keberlangsungan sungai di Wilayah Yogyakarta. "Semoga diawali dengan sarasehan ini nantinya bisa menghasilkan program yang bagus untuk nantinya bisa memberikan solusi terhadap pegelolaan sungai di Yogyakarta," ujarnya. Pihaknya mengaku ingin bersinergi dengan komunitas dan masyarakat yang mengetahui langsung kondisi sungai sehingga pihaknya bisa mengetahui apa kebutuhan teknologi yang bisa diberikan. (Lorient Meyse Hidayanah)