Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Kota Yogya Terima Sertifikat WBTB Dari Sultan
Kota Yogyakarta mendapatkan dua sertifikat Warisan Budaya Tak Denda (WBTB) dari Dinas Kebudayaan DIY, Kali ini sertifikat yang diberikan untuk WBTB Kota Yogya yaitu Bakpia dan Gudeg. Sertifikat tersebut diserahkan langsung Gubernur DIY, Sri Sultan HB X di pendopo Balai Desa Pleret, Jumat (12/10). Pada kesempatan tersebut, Ngarso Dalem mengatakan pemberian sertifikat ini bertujuan agar Kota/Kabupaten se-DIY sebagai pemilik kebudayaan daerah terpacu untuk terus melestarikan dan mengembangkan karya Warisan Budaya Tak Benda "Agar memacu kita untuk memelihara, mengembangkan, dan mempromisikan khazanah budaya yang kita miliki baik yang benda maupun tak benda," katanya. Pemberian status ini didasarkan pada lima domain yakni tradisi dan ekspresi lisan, seni pertunjukkan, adat istiadat masyarakat, pengetahuan kebiasaan mengenai alam semesta, dan kemahiran kerajinan tradisional. Ia menambahkan jika penetapan Warisan Budaya Tak Benda sendiri merupakan bagian dari apresiasi negara terhadap kebudayaan yang selaras dengan UU No. 5/2017 tentang pemajuan kebudayaan. "Kebudayaan jadi modal utama kita menuju bangsa besar dengan karakter yang kuat dan tidak akan goyah dengan cobaan," ujarnya. Ditemui usai menerima sertifikat, Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengaku bangga karena Bakpia dan Gudeng mendapat pengakuan dari pemerintah dan menjadi salah satu WBTB di DIY. Iapun menegaskan jika Pemerintah Kota (Pemkot) Yogya akan selalu bekerja keras untuk terus melestarikan WBTB yang ada di Kota Yogya. "Warisan budaya memang harus kita rawat agar tidak hilang di makan zaman dan terancam punah" ungkapnya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Walikota Yogya Hadir dalam Soft Opening Festival October Tasikmalaya
Walikota Yogyakarta menghadiri Soft Opening Festival October Tasikmalaya di area Tugu Asmaul Husna, Kota Tasikmalaya pada, Sabtu (13/10) . Pembukaan ini sekaligus bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Tasikmalaya yang ke-17. Tak hanya itu Soft Opening Festival October Tasikmalaya sekaligus Launching Air Mancur Menari di area Tugu Asmaul Husna, Kota Tasikmalaya. Kegiatan ini diikuti oleh 25 Walikota dari seluruh Indonesia, staf pendamping, pengawas, peninjau dan mitra Apeksi. Acara ini berlangsung dari tanggal 13-16 Oktober 2018. Dalam sambutannya, Walikota Tasikmalaya Budi Budiman menyatakan, dengan ulang tahun ke-17 Kota Tasikmalaya cukup matang dan desawa dalam potensi dibidang Jasa, Perdagangan, dan Industri. "Kegiatan ini tidak hanya sebagai Festival October tasikmalaya namun dimana kita akan menghadirkan potensi-potensi dalam unggulan kota tasikmalaya, sebagai Tasik Kota Jasa, Tasik Kota Perdagaan, dan Tasik Kota Industri" ujarnya. Selain itu kegiatan ini juga di hadiri oleh 16 Delegasi dari Jepang yaitu Okiyama dan Mimasaka yang ikut menikmati rangkaian acara yang diberikan oleh Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya adalah salah satu kota di Jawa Barat yang berpotensi sebagai industri kreatif yaitu sebanyak 539 orang yang ikut didalam industri kretaif yang ada di kota ini. Tak hanya itu, Kota Tasikmalaya juga memiliki Tenaga Kerja sebanyak 39.797 orang yang berkerja dikota ini. Selain itu dalam HUT Kota Tasikmalaya menyelenggarakan Pameran Tasik kreatif yang diikuti oleh berbagai Industri yang ada di Indonesia yang bertempat di Tugu Adi Pura memanjang sepanjang Jalan Hajad Mustofa hingga berakhir di Tugu Asmaul Husna. Adapun pembagian-pembagian Zona yang diberikan Oleh pihak penyelenggara yaitu pembagian zona dan jumlah stan. Zona satu, disediakan pula stan yang turut berpartisispasi dalam 27 pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Tasikmalaya, dan Dekranasda Kota Tasikmalaya. Pemerintah Kota Tasikmalaya yang turut berpastisipasi dalam acara ini sebanyak, 21 Kabupaten Kota. Empat stan untuk media center PMI, Dinas Kesehatan, Dinas Kominfo Provinsi Jawa Barat dan Kota Tasikmalaya. Sisanya sebanyak 51 stan diisi oleh UMKM unggulan Produk Kota Tasikmalaya, Zona ke dua yaitu Stan UMKM Fashion sebanyak 60 Stan termasuk dua stan diisi oleh peserta wira usaha baru, binaan Dinas Koperasi UMKM kota Tasikmalaya. Zona ke tiga yaitu stan mitra binaan Bank Indonesia yang berjumlah 60 stan. Yang terakhir yaitu Zona Ke Empat yaitu stan Food Kuliner sebanyak 40 stan dan Stan Foodtruk kuliner. Jumlah ini lebih banyak dari tahun lalu yaitu untuk tahun lalu jumlah stan 170 stan dan tahun ini meningkat sebanyak 240 stan. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Melalui Raker Komwil III Apeksi 2018, Walikota Sekaligus Menandatangani MOU dengan Tasikmalaya
Welcome Dinner mengawali rangkaian kegiatan Rapat kerja Komisariat Wilayah III Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Raker Komwil III Apeksi) Tahun 2018. Kegiatan ini sekaligus penandatanganan MOU antara Walikota Yogyakarta dengan Walikota Tasikmalaya dalam bidang Pariwisata dan Industri, Sabtu (13/10) di Grand Metro Hotel, Jalan KHZ. Mustrofa No 263, Kota Tasikmalaya. Acara ini diawali dengan Welcome Dinner bersama seluruh Walikota di 25 Kota di Indonesia. Acara ini menyajikan mulai dari Tarian Tasikmalaya, makanan khas Tasikmalaya, suguhan lagu dan alunan musik khas dari Tasikmalaya. Selai itu Walikota Tasikmalaya, Budi Budiman mengatakan, acara ini bertujuan untuk menjalin silaturhami antar pemerintah daerah yang tergabung dalam Korwil III Apeksi, juga berupaya untuk membangun sinergi dan kolaborasi dalam pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya masing-masing "Harapannya forum ini bisa efektif dalam membangun aspirasi-aspirasi kota untuk disampaikan ke pemerintah pusat pada Rakernas mendatang" Tutur Walikota. Selain itu, Budi Budiman juga berharap perbedaan yang dimiliki di tiap daerah ini bisa menjadi ajang sharing bagi anggota Korwil III agar di tiap tahunnya sama sama mendorong dalam bidang industri kreatif. "saya berharap dengan rutinnya Korwil III Apeksi ini bisa saling berbagi ide dan inovasi dalam rangka pelayanan kepada masyarakat" Tambah Walikota. Disamping itu Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, selain mengikuti rangkaian acara, juga memberikan Memorandum Of Understanding (MOU) kepada Tasikmalaya dalam bidang Pariwisata dan Perindustrian. "MOU ini bertujuan saling bekerjasama, bahwa kita sepakat dan sepaham antara Kota Yogyakarta dan Kota Tasikmalaya untuk meperkuat hubungan di Bidang Pariwisata dan Industri Mikro Kecil maupun Mikro Besar. Seperti dari Yogyakarta yaitu industri Batik dan Bordir yang terkenal di Tasikmalaya bahkan pasarnya sudah sampai Luar Negri" ungkapnya. Haryadi Suyuti menambahkan, nantinya Yogyakarta akan membuat juga central Bordir khas Tasikmalaya di kota Yogyakarta. "nantinya Yogyakarta akan membuat juga central Bordir khas Tasikmalaya di kota Yogyakarta selain itu akan dibuat juga batik Yogya disini, karena batikkan berbeda-beda, Kita berada dalam tahapan saling bersinergi dalam pemasaran kota satu dengan yang lain"ungkapnya. Apeksi sendiri merupakan wadah yang dibenuk oleh Pemerintah Kota yang bertujuan untuk membantu anggotanya mempercepat pelaksanaan otonomi daerah dan menciptakan iklim yang kondsif bagi pembentukan kerjasama antar pemerintah daerah. Apeksi sudah terbentuk sejak tahun 2000 lampau. Saat ini, Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mendapat mandat sebagai Ketua Komwil III Apeksi dengan masa jabatan tiga tahun sejak tahun 2017 kemarin hingga tahun 2020. Kegiatan Apeksi ini diikuti oleh Walikota dari seluruh Indonesia, staf pendamping, pengawas, peninjau dan mitra Apeksi. Rakernas berlangsung dari tanggal 13-16 Oktober 2018. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Dongkrak Yogyakarta Sebagai Kota Industri Kreatif, Pemkot Gelar Youngyakarta Fest 2018
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata menggelar festival distro di halaman parkir stadion kridosono. Berlangsung selama 2 hari, 13-14 Oktober 2018, festival distro tersebut merupakan upaya Pemkot menggenjot produk asli Yogyakarta. Mengambil tema Youngyakarta fest, festival distro tersebut merupakan salah satu rangkaian dari HUT Yogyakarta ke 262. "Youngyakarta Fest merupakan wadah bagi generasi millenial saat ini untuk terus mengembangkan industri kreatif yang bergerak di sektor ekonomi dan hiburan," kata Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat membuka Youngyakarta fest, Sabtu (13/10/2018). Menurutnya Yogyakarta adalah gudangnya ekonomi kreatif, pihaknya berharap acara tersebut menjadi media para pelaku industri kreatif untuk mempromosikan karyanya. Heroe berharap Youngyakarta Fest merupakan langkah awal Kota Yogyakarta menjadi kota industri kreatif. "Ke depannya pemerintah Kota Yogyakarta ingin mempunyai display tetap yang disebut pasar industri kreatif," tandasnya. Tidak hanya Youngyakarta Fest, kita ingin setiap hari ada agenda promosi tentang ekonomi kreatif di Yogyakarta. Dalam kesempatan itu Haroe didapuk menjadi salah satu peraga pakaian distro dan berjalan diatas panggung layaknya model. Sementara itu Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan Atraksi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Edy Sugiharto menjelaskan, Festival distro ini khusus menampilkan pakaian-pakaian dan produk asli Yogyakarta dan tidak menerima produk dari luar kota. "Sampai saat ini ada kurang lebih enam jenis tenant yang terdiri dari tenant clothing ada 10 tenant, komunitas tato 1 booth, komunitas otomotif ada 1 booth, tenant merchandise 5 tenant, tenant craft 5 tenant, tenant makanan ada 10 booth. Jadi ada sekitar 32 booth," urainya. Selain booth di atas, sambungnya, ada juga live mural, pameran craft, dan live musik. Sedangkan pada Minggu (14/10) akan diadakan lomba dance. Dengan adanya festival distro ini harapannya Kota Yogyakarta menjadi kota kreatif di tahun 2022. "Ini adalah yang pertama dilakukan pemerintah Kota Yogyakarta. Harapan kami, Yogyakarta akan menjadi kota kreatif di 2022," tegasnya. Terkait Pemilihan lokasi penyelenggaraan Youngyakarta Festival di Stadion Kridosono, Edi menjelaskan, hal itu bertujuan untuk mendukung pengembangan kawasan cagar budaya tersebut dari sektor ekonomi. "Kawasan cagar budaya Kotabaru memiliki nuansa menarik," imbuhnya. Stadion Kridosono berdiri di kawasan Kota Baru akan dijadikan sebagai pop center di Yogyakarta untuk mendukung kegiatan anak muda. Jalan Suroto pun akan dikembangkan sebagai kawasan pedestrian kedua di Yogyakarta setelah Malioboro. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
HUT 262 Kota Yogyakarta, Ngampilan Gelar Pentas Budaya
Dalam rangka memperingati hari jadi Kota Yogyakarta ke-262 Kecamatan Ngampilan menggelar pesta seni budaya di bekas pabrik tegel Jl. Letjen Jendaral Suprapto, Sabtu (13/10/2018) malam. "Kita harus menghidupkan seni dan budaya Yogyakarta, karena itulah yang menjadi daya tarik Kota Yogyakarta," kata Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat menghadiri Pentas Budaya Ngampilan. Heroe menyebut, tradisi dan budaya menjadi tujuan para wisatawan datang ke Yogyakarta. Untuk itulah acara seperti ini penting untuk menggali potensi seni di masyarakat. "Dengan begitu, para wisatawan yang datang ke Yogyakarta terkesan dan selalu merasa kangen dengan kota ini," ucapnya. Seluruh kecamatan di Kota Yogyakarta akan menggelar festival rakyat di wilayahnya masing-masing sebagai bagian dari rangkaian Hari Ulang Tahun ke-262 Kota Yogyakarta. "Festival ini akan dihidupkan tiap akhir pekan secara bergiliran," imbuhnya. Selama Oktober ini, kata Heroe, akan ada kemeriahan di tiap kecamatan khususnya akhir pekan yaitu Jumat dan Sabtu malam. Tiap kecamatan akan menggelar festival secara bergantian sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. "Peringatan hari ulang tahun Kota Yogyakarta adalah pesta rakyat. Kami berharap kemeriahan dan kegembiraan peringatan ulang tahun ini bisa dirasakan oleh seluruh warga masyarakat," katanya. Dalam kesempatan yang sama Camat Ngampilan, Ananta mengatakan, kegiatan tersebut merupakan hasil kerjasama warga Ngampilan. "Semua warga ngampilan memberikan perannya masing-masing dalam kegiatan ini," ucapnya. Ananta mengapresiasi partisipasi warga Ngampilan dalam acara tersebut. Ia mengaku Ngampilan memiliki potensi seni yang begitu besar. "Semoga ini bisa menjadi pendorong untuk menjadikan ngampilan lebih maju lagi," tandasnya. Dalam Gelaran tersebut beragam kesenian ditampilkan mulai dari seni tari, karawitan, hingga ludruk. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
TMMD Sengkuyung Tahap III Dimulai
Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Sengkuyung tahap III tahun 2018 resmi dimulai. Kali ini sasarannya adalah Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan. Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwardi berharap, melalui kegiatan ini, TNI, Polri dan masyarakat dapat menjaga lingkungan. Menurutnya, apa yang telah dilaksanakan dalam TMMD sudah sejalan dengan apa yang menjadi program pembangunan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, yaitu untuk mengentaskan kemiskinan. "Pada TMMD kali ini sasaran kegiatan fisik berupa pembuatan talud permanen didinggiran sungai Winongo sepanjang 23 meter, rehap balai RW, Rehap rumah, dan pembuatan MCK" ungkapnya di lapangan AMC, Senin (15/10). Wawali menilai, apa yang telah dilaksanakan oleh TMMD ini sangat membantu dalam mengatasi persoalan lingkungan, termasuk pembangunan talut di Sungai Winongo. "Terutama nanti kalau sudah musim penghujan, paling tidak di wilayah sekitarnya, bantaran sudah semakin kuat, juga beberapa rumah yang ada di bantaran sudah semakin kuat sehingga kalau ada aliran besar dari Winongo itu bisa diantisipasi kalau air meluap," lanjutnya. Heroe melanjutkan, sebagaimana sesuai dengan program gandeng-gendong, pihaknya berharap, program tersebut upaya bersama dalam menyelesaikan yang menjadi pokok masalah di lingkungan setempat. "Kegiatan ini merupakan wujud sinergitas masyarakat, Pemerintah, TNI dan Polri dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan agenda-agenda pembangunan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan keberdayaan bagi masyarakat Kota Yogyakarta" katanya. Ia menambahkan, Pemerintah Kota Yogyakarta tidak akan lepas tangan, tetapi bersama-sama warga menjaga, memelihara maupun meneruskan program-program yang belum selesai. "Kami atas nama Pemkot mengucapkan terimakasih kepada jajaran TNI Kodim 0734 beserta seluruh jajarannya yang ikut dalam proses TMMD," katanya.(Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Ratusan Goweser Kota Yogya Galang Dana Bantu Sulteng
Sejumlah elemen masyarakat di Kota Yogya melakukan penggalangan dana untuk korban gempa dan tsunami di Kota Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka mengumpulkan donasi untuk disalurkan kepada para korban. Satu diantaranya adalah para komunitas sepeda, pagi ini ratusan penggemar sepeda atau biasa disebut goweser yang ada di Yogyakarta, Jepara dan Cilacap melakukan gerakan sosial kemanusian berupa pengalangan dana dan doa bersama di Alun-alun Utara Yogya, Minggu (14/10). Aksi ini dilakukan dengan bersepeda sembari menggalang bantuan dari masyarakat. Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi yang turut serta dalam acara tersebut menyambut baik kegiatan sosial kemanusian tersebut. "Ini sangat luar biasa dari para komunitas penggowes (pesepeda) yang melakukan aksi sosial berupa penggalangan dana membantu saudara - saudara kita yang terkena musibah gempa-tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala. Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Semoga kegiatan seperti ini bisa dilakukan oleh komunitas yang lain," katanya dilokasi. Para goweser pun tampak antusias dan sudi menyisihkan uang dan memberikan donasi untuk korban gempa dan tsunami melalui aksi para pegiat sepeda dari Kota Yogya Pada kesempatan tersebut, dana yang terkumpul sebanyak Rp 17.438.000, setelah dana tersebut terkumpul kemudian di titipkan melalui dompet KR peduli. "Intinya dari kegiatan ini, kita bersama merasakan apa yang dialami saudara-saudara kita sesama NKRI di Palu, Sigi, dan Donggala (Sulteng). Kuncinya, kita bersatu demi NKRI," ujarnya Wawali berharap Dia berharap melalui kegiatan ini dapat menumbuhkan semangat solidaritas dari pesepeda Kota Yogya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Ratusan Peserta memadati Karnaval Budaya, Tasik October Festival 2018
Gelaran karnaval budaya sukses menjadi sajian ajang Tasikmalaya October Festival (TOF) 2018. Acara ini diikuti ratusan peserta Karnaval Budaya termasuk salah satu rangkaian acara HUT Kota Tasikmalaya ke-17. Acara ini dilaksanakan di sepanjang Jalan Otto Iskandardinata, Minggu (15/10). Selain itu, antusiasme masyarakat yang begitu tinggi dalam menyaksikan suguhan ragam seni budaya dan kerajinan khas lokal menandakan Tasikmalaya siap menjadi destinasi wisata berbasis industri kreatif. Sejak pukul 06.00 WIB, ribuan masyarakat kota Tasikmalaya sudah berkumpuk di titik startkarnaval, di samping kantor Disporabudpar Kota Tasikmalaya. Jumlah masyarakat dan wisatawan terus bertambah seiring pembukaan TOF 2018 dan pelaksanaan karnaval pada pukul 08.00 WIB. Acara ini juga di hadiri oleh Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti yaitu merupakan Ketua Komwil III Apeksi. Walikota Tasikmalaya, Budi Budiman, mengatakan bahwa Tasikmalaya October Festival 2018 merupakan bagian dari rangkaian dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Purwakarta yang tahun ini memasuki usia 16 tahun. "Ini pesta masyarakat Tasikmalaya, yang menjadi kebahagiaan kita semua masyarakat Tasik," ujarnya. Tasikmalaya October Festival (TOF) sebagai ajang tahunan sekaligus salah satu destinasi wisata di Kota Tasikmalaya yang telah dikenal oleh negara luar akan digelar pada tanggal 13 - 15 Oktober 2018. Selain itu, festival ini juga akan diisi fashion show busana muslim asal Tasikmalaya yang sudah dikenal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Bahkan Malaysia dan Singapura telah mengenal industri kreatif fashion muslim dari daerah yang berjuluk kota santri tersebut. Acara ini meliputi Tasik Fashion Karnival dan Tasik Jampana Karnival. Seperti tahun sebelumnya, acara ini akan diperkenalkan oleh warga dari segi Pariwisata dan Industri kreatif menurut masing-masing daerah. Kegiatan yang dilaksanakan setiap memperingati hari jadi Kota Tasikmalaya untuk kali ini, dihadiri langsung oleh Menteri Perhubungan, Budi Karya, Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum dan 25 Walikota peserta Rakor Komwil III Apeksi, tiap unsur Pemkot, para tokoh serta tamu undangan lainnya. "Event ini sebagai branding Kota Tasikmalaya ke luar negeri dan menjadi kebanggaan masyarakat Tasikmalaya dan Jawa Barat. Tahun ini negara maju Jepang tertarik dan mengirimkan langsung delegasinya ke Kota Tasikmalaya" ungkapnya. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Pemkot Yogya Gelar Lomba Burung Berkicau
Pemerintah Kota Yogya kembali mengadakan lomba burung berkicau ke 4 di Halaman Balaikota. Kegiatan ini diikuti sekitar 800 peserta yang dikhususkan berasal dari DI Yogyakarta. Kegiatan yang merupakan rangkaian dari HUT ke-262 Kota Yogya yang juga diharapkan dapat mendorong giat ekonomi kreatif. Ketua panitya lomba tersebut, Asmo Nugroho menjelaskan ada beberapa jenis burung yang diperlombakan dalam lomba tersebut diantaranya adalah Murai Batu, Cucak Hijau, Kacer, Plentet, Love Bird, Kenari, Pleci, Ciblek, dan Trucukan. Setiap jenis burung akan dilombakan sendiri-sendiri sesuai dengan durasi, volume, lagu, dan gaya kicauannya. "Untuk kelas Walikota, juara 1 akan mendapatkan uang Rp.600.000 rupiah, dan untuk juara 1 kelas Jogja Istimewa akan mendapatkan uang senilai Rp. 500.000 rupiah." Katanya dalam pembukaan lomba burung berkicau, Minggu (14/10) Sementara itu Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan lomba burung berkicau bisa menjadi tempat pertemuan dan komunikasi para komunitas pecinta burung. Karena itu dalam event tersebut pihaknya menghadirkan sejumlah komunitas pecinta hewan unik untuk turut hadir meramaikan lomba tersebut. "Kami ingin jadikan event satwa baik burung dan lainnya ini punya agenda rutin, sehingga komunitas bisa bertemu, karena dengan ini akan menjadi destinasi wisata. Kalau ada agenda yang pasti, masyarakat ingin nonton bisa langsung datang," ujarnya. Melalui event itu pula, Ia berharap bisa memberikan nilai tambah pada ekonomi yang bisa dikategorikan ekonomi kreatif. Lantaran praktik itu harus melalui proses panjang para anggota komunitas sehingga menghasilkan burung piawai berkicau atau satwa lain yang bisa memenangkan. Acara itu secara aktif akan mendorong para anggota komunitas burung berkicau untuk mampu menghadirkan anakan burung berkicau sehingga ada nilai perkembangan bisnis. Wawali meminta agar Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogya memberikan fasilitas kepada komunitas satwa seperti burung agar mereka mempunyai pertemuan rutin dalam beberapa bulan sehingga bisa turut memantau peningkatan pertumbuhan komunitas. "Tujuannya mendorong ekonomi kreatif dari sektor satwa. Ini kami harapkan dari Walikota Cup IV jadi tidak sekadar memperingati HUT Kota Yogya tetapi juga mendorong potensi pertumbuhan ekonomi ini diteruskan," katanya. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta Siap Wakili DIY dalam Ajang Lomba Sekolah Sehat Nasional
SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta siap menjadi wakil DIY dalam ajang sekolah sehat tingkat nasional. Tim juri pun telah melakukan verifikasi dan penilaian, Senin (15/10/2018). Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyampaikan, Lomba Sekolah Sehat adalah suatu tatanan dimana program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan. "Melalui LSS sekolah bukan hanya sebagai tempat kegiatan belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk pembentukan perilaku hidup sehat," tandasnya. Menurutnya Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. "Karena sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan kualitas SDM baik fisik, mental, moral, maupun intelektual," jelasnya. Selain itu promosi kesehatan melalui sekolah dinilainya paling efektif sebab anak usia sekolah merupakan kelompok yang sangat peka pada perubahan, sehingga pada taraf ini seorang anak mudah dibimbing dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pihaknya menegaskan komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang berkualitas tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membangun kesehatan di lingkungan pendidikan. "Kondisi lingkungan sekolah yang sehat diharapkan mampu mendorong efisiensi dan efektivitas dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk mencapai target kualitas pendidikan yang telah ditetapkan," paparnya. Heroe Poerwadi sangat mendukung lomba sekolah sehat ini, pasalnya dengan adanya lomba ini dapat menciptakan sumber daya manusia yang sehat. Ia mengaku bangga SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta menjadi kandidat wakil DIY dalam ajang Lomba Sekolah Sehat Tingkat Nasional. "Ini tidak terlepas dari komitmen seluruh warga sekolah, melalui peran aktif menuju perubahan perilaku gaya hidup sehat," katanya. Selain itu, lanjutnya, juga dilaksanakan berbagai program yang saling terintegrasi, dengan kata lain Sekolah Sehat di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta tidak berdiri sendiri, namun saling mengkait berbagai program. "Terpilihnya SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta ke Tingkat Provinsi melalui proses pembinaan yang panjang, tidak secara instan, dan melibatkan seluruh komponen disekitar warga diluar sekolah" ujarnya. Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta Suprapto menyampaikan, SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta pernah menerima penghargaan Adhiwiyata pada tahun 2008- 2011. Ia juga menyampaikan bahwa dalam menjalankan sekolah sehat menemui kendala diantaranya sikap sebagian siswa yang belum memiliki kesadaran hidup sehat dan masih terbatasnya pendidikan dan pelatihan bagi guru/ pendidik. "Dalam melakukan peningkatan pelayanan kesehatan SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta juga menyediakan dokter umum dan dokter gigi bagi warga sekolah," ujarnya. Peningkatan kesehatan, sambungnya, dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksanakan melalui ekstrakulikuler diantaranya adanya Duta Lingkungan, Palang Merah, kepadanduan Hizbul Wathon, Aksi Donor Darah bersama PMI dan jalan sehat yang diikuti oleh seluruh keluarga SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta. "Selain melakukan peningkatan pelayanan SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta juga meningkatkan pembinaan lingkungan sosial dan mental. Dalam mewujudkan mental dan sosial yang sehat diwujudkan dengan kerja bakti kebersihan, lomba SK, lomba yang berhubungan dengan kesehatan dan lingkungan, pembinaan kebersihan lingkungan, dan piket sekolah," jelasnya. Sementara itu, Ketua Tim Juri penilaian Surti Raharyanto menyampaikan, Kebugaran siswa akan berpengaruh pada saat pembelajaran, jika kesehatan baik maka prestasi akan unggul, sebaliknya jika kesehatan turun maka prestasi akan menurun. "3 komponen penilaian diantaranya apakah sudah sejalan yang dilaksanakan sekolah dengan kriteria sekolah sehat, quisioner yang harus di isi oleh kepala sekolah ditambah 10 siswa beserta tim pembina UKS, dn mewawancarai perilaku hidup sehat dengan melihat langsung kondisi lingkungan sekolah," urainya. "visitasi dan penilaian yang dilakuka sangat ketat karena pada zaman sekarang ini, yang paling sulit diubah adalah mengenai budaya dari sekolah dan siswa sendiri," imbuhnya. Ia juga menyampaikan bawha dalam merubah masalah budaya itu tidak hanya bisa dalam sebulan, apalagi siswa SMP Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 470 itu tidak mudah. bahkan memakan waktu setahun dalam menggagasnya. Dalam visitasi tersebut ada 9 yuri yang diwakilkan dari berbagai macam dinas di Yogyakarta. Selain itu juga para yuri diarahkan untuk menilai, ruang kelas, kepala sekolah, ruang ibadah, unit Kesehatan Siswa, ruang BK, Kamar mandi, Kantin, Perpustakaan, bak sampah, Tempat Cuci Tangan, Green House, Composter, dan Lab IPA. (Fina/Dwi/Rizal)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Walikota Yogya buka Rakor Apeksi Komwil III di Tasikmalaya
Sebanyak 25 delegasi dari seluruh Anggota Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Komisariat Wilayah III (Komwil III), melaksankan Rapat Koordinasi yang digelar di Hotel Grand Metro Tasikmalaya, Minggu (14/10). Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, secara resmi membuka, sekaligus memberi arahan, pada kegiatan yang berlangsung 13-15 Oktober 2018 tersebut. Wagub Uu mengungkapkan, bahwa Apeks ini sebagai forum silaturahim pemerintah kota, ia harapkan dapat melahirkan kebijakan yang inovatif dalam menunjang pelayanan publik yang prima. Kali ini Tema Rakorwil III Apeksi tentang "Pengembangan Daya Saing Ekonomi Daerah dengan sub tema Pariwisata dan Ekonomi Mikro". "Daya saing diantaranya dipengaruhi dari pengembangan usaha mikro dengan berbagai kebijakan pemerintah sesuai kemampuan daerah, dan intinya menyejahterakan masyarakat," ungkapnya. Ajang Rakor ini, juga dituntut untuk dapat meningkatkan hubungan kerjasama antar kota yang dapat menompang pertumbuhan ekonomi serta pemberdayaan masyarakat. "Rakor tersebut membahas berbagai permasalahan yang dihadapi setiap kota anggota Apeksi Komwil III," tambahnya. Untuk itu, Wakil Gubernur, Uu Ruzhanul Ulum mengajak setiap kota anggota Apeksi, untuk berbagi berbagai pengalaman dan program yang sukses diaplikasikan, agar jadi -role model,- atau contoh bagi kota lainnya. Bicara mengenai ekonomi, Wagub Uu menyebut, sektor yang sedang dan akan terus menggeliat perkembangannya adalah pariwisata. Dimana modalnya, adalah identitas dan karakteristik setiap kota itu sendiri. "Setiap kota, memiliki khasanah keunikan, potensi khas masing- masing. Maka upaya -branding- menjadi kebutuhan dasar supaya ciri kota tersebut menjadi karakter," kata Uu. Adapun kelestarian alam, lanjut Uu, masih bisa menjadi modal, atau potensi yang punya daya jual. Maka setelah branding, yang dibutuhkan adalah meningkatkan pilar keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability Development). Disamping mengenalkan potensi wisata secara digital, sesuai tuntutan jaman milenial masa kini. Selanjutnya, Uu berharap pertemuan Asosiasi ini, menjadi ajang berbagi dan diskusi menghadirkan solusi demi kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan daya saing. Selain itu Wakil Walikota Yogyakarta, Hardyadi Suyuti yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi III Apeksi mengatakan dengan diadakannya Komisi III APEKSI 2018 mampu mendongkrak daya saing di bidang Industi kreatif, ekonomi dan Pariwisata di daerahnya. "Diharapkan acara ini dapat meningkatkan daya saing yang kuat, khusus meningkatkan potensi dalam sektor ekonomi mikro dan pariwisata didaerah masing-masing kota" ucapnya. Hardyadi Suyuti menerangkan bahwa APEKSI tahun 2019 diperkirakan akan diadakan di kota yang sedang dipertimbangkan oleh anggota APEKSI Pusat antara lain dari Kota Semarang dan Kota Tasikmalaya yang akan menjadi tuan rumah APEKSI 2019. (Hes)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Belajar Konservasi Lingkungan dan Mikrohidro, Tegalrejo Kunjungi Kampung Glintung
Menindaklanjuti Sarasehan Konservasi Air dan Pelestarian Lingkungan beberapa waktu yang lalu, warga dan aparatur Kecamatan Tegalrejo melakukan kunjungan ke kampung Glintung Malang, Jawa Timur, Minggu (14/10). Kampung yang terkenal dengan nama Kampung 3G ( Glintung Go Green) ini memang istimewa. Dahulu, kampung Glintung akrab dengan banjir dan kawasan kumuh sekarang berubah drastis menjadi kampung yang hijau dan asri. Hal ini tak lepas dari kebijakan Pemerintah Kota Malang yang menggiatkan sektor lingkungan sejak tahun 2012 yang lalu. Salah satunya dengan Gerakan Menabung Air (GEMAR). Dan kampung yang pertama melakukannya adalah Kampung Glintung. Kampung yang berada di kelurahan Purwantoro Kota Malang merupakan kampung pioner GEMAR. Salah satu penggerak perubahan kampung Glintung adalah Bambang Irianto, yang juga sebagai Ketua RW 23 Kampung Glintung. Dia bersama sama dengan masyarakat sekitar mulai melakukan perubahan, mulai dengan mensyaratkan adanya penghijauan per rumah bila memerlukan stempel RW hingga mulai memikirkan cara menabung air menggunakan biopori dan sumur injeksi. Dengan inovasi yang dilakukan Kampung Glintung ini membuat Kampung Glintung menyabet penghargaan Ghuangzou Award Urban Innovation tahun 2016. Cerita tentang perubahan kampung Glintung ini yang membuat Camat Tegalrejo, Ryanto Tri Nugroho tergelitik mengajak masyarakat, LMPK dan aparatur di wilayah kecamatan Tegalrejo berkunjung ke kampung Glintung. "Menindaklanjuti apa yang kita rencanakan sebelumnya bahwa kecamatan Tegalrejo akan menjadi kawasan konservasi air, tanaman perkotaan dan pariwisata berbasis budaya, kunjungan ke Glintung ini merupakan langkah awal melihat perubahan. Perubahan yang ke depan semoga memberi manfaat bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Tegalrejo. Terutama bagaimana mengubah mindset masyarakat terkait lingkungan" ujar Ryanto, panggilan akrabnya di sela-sela kunjungan. Hal senada juga diungkapkan oleh Bambang Irianto yang pernah menjadi salah satu pembicara acara sarasehan konservasi air di Kecamatan Tegalrejo bulan lalu. "Memang benar, saya pernah diundang Kecamatan Tegalrejo sebagai salah satu pembicara pada acara sarasehan konservasi air dan pelestarian lingkungan. Bahkan, Bapak Wakil Walikota pun turut hadir pada acara tersebut. Ini menjadi modal utama perubahan mindset masyarakat bahwa pemerintah kota Yogyakarta pun akan selalu mendukung program terkait pelestarian lingkungan," ungkap Bambang. Pada acara sarasehan konservasi linkungan itu ,Bambang Irianto bercerita bagaimana kampung Glintung berubah hingga bagaimana menyimpan air menggunakan biopori jumbo. Acara Kunjungan Kedatangan 40 orang dari rombongan Tegalrejo tersebut disambut oleh Ketua RW 23 Glintung, Purwantoro, Malang yang juga merupakan inisiator kelahiran Kampung Glintung Go Green (3G), Bambang Irianto didampingi para Srikandi 3G yang menjadi guide para rombongan berkeliling Kampung Glintung. Mereka disuguhi beragam tanaman penghijauan yang ditempatkan di masing-masing rumah warga. Bahkan di setiap rumah tampak beragam usaha yang dikelola masing-masing penghuni rumah. " Keberadaan usaha rumahan yang dikelola oleh masing-masing orang merupakan dampak dari seringnya kami menerima kunjungan. Alhamdulillah, perubahan yang kami lakukan selain mengubah lingkungan juga menambah pendapatan masyarakat, " tambah Bambang. Bambang Irianto menegaskan bahwa ada hal yang menarik di Yogyakarta yang bisa diambil dan diterapkan di kota Malang yakni adanya Peraturan Walikota jogjakarta tentang kampung wisata yang benar-benar mengatur tentang Kampung Wisata secara detail. "Jika Walikota Malang juga mengeluarkan peraturan yang sama untuk mengatur Kampung Wisata maka perkembangan Kampung Wisata atau Kampung tematik di kota Malang akan bisa semakin terarah dan bisa benar-benar bermanfaat bagi semuanya," ungkap Bambang Irianto. Selain melihat beragam penataan lingkungan, rombongan dari Kecamatan Tegalrejo juga ditunjukkan pembangkit listrik tenaga listrik mikrohidro (PLTMH) yang ada di kampung Glintung. PLTMH merupakan sumber tenaga listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai pengggeraknya seperti saluran irigasi, sungai dan jumlah debit air. (Kurniawan Sapta/ Kecamatan Tegalrejo) Belajar Konservasi Lingkungan dan Mikrohidro, Tegalrejo Kunjungi Kampung Glintung Menindaklanjuti Sarasehan Konservasi Air dan Pelestarian Lingkungan beberapa waktu yang lalu, warga dan aparatur Kecamatan Tegalrejo melakukan kunjungan ke kampung Glintung Malang, Jawa Timur, Minggu (14/10). Kampung yang terkenal dengan nama Kampung 3G ( Glintung Go Green) ini memang istimewa. Dahulu, kampung Glintung akrab dengan banjir dan kawasan kumuh sekarang berubah drastis menjadi kampung yang hijau dan asri. Hal ini tak lepas dari kebijakan Pemerintah Kota Malang yang menggiatkan sektor lingkungan sejak tahun 2012 yang lalu. Salah satunya dengan Gerakan Menabung Air (GEMAR). Dan kampung yang pertama melakukannya adalah Kampung Glintung. Kampung yang berada di kelurahan Purwantoro Kota Malang merupakan kampung pioner GEMAR. Salah satu penggerak perubahan kampung Glintung adalah Bambang Irianto, yang juga sebagai Ketua RW 23 Kampung Glintung. Dia bersama sama dengan masyarakat sekitar mulai melakukan perubahan, mulai dengan mensyaratkan adanya penghijauan per rumah bila memerlukan stempel RW hingga mulai memikirkan cara menabung air menggunakan biopori dan sumur injeksi. Dengan inovasi yang dilakukan Kampung Glintung ini membuat Kampung Glintung menyabet penghargaan Ghuangzou Award Urban Innovation tahun 2016. Cerita tentang perubahan kampung Glintung ini yang membuat Camat Tegalrejo, Ryanto Tri Nugroho tergelitik mengajak masyarakat, LMPK dan aparatur di wilayah kecamatan Tegalrejo berkunjung ke kampung Glintung. "Menindaklanjuti apa yang kita rencanakan sebelumnya bahwa kecamatan Tegalrejo akan menjadi kawasan konservasi air, tanaman perkotaan dan pariwisata berbasis budaya, kunjungan ke Glintung ini merupakan langkah awal melihat perubahan. Perubahan yang ke depan semoga memberi manfaat bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Tegalrejo. Terutama bagaimana mengubah mindset masyarakat terkait lingkungan" ujar Ryanto, panggilan akrabnya di sela-sela kunjungan. Hal senada juga diungkapkan oleh Bambang Irianto yang pernah menjadi salah satu pembicara acara sarasehan konservasi air di Kecamatan Tegalrejo bulan lalu. "Memang benar, saya pernah diundang Kecamatan Tegalrejo sebagai salah satu pembicara pada acara sarasehan konservasi air dan pelestarian lingkungan. Bahkan, Bapak Wakil Walikota pun turut hadir pada acara tersebut. Ini menjadi modal utama perubahan mindset masyarakat bahwa pemerintah kota Yogyakarta pun akan selalu mendukung program terkait pelestarian lingkungan," ungkap Bambang. Pada acara sarasehan konservasi linkungan itu ,Bambang Irianto bercerita bagaimana kampung Glintung berubah hingga bagaimana menyimpan air menggunakan biopori jumbo. Acara Kunjungan Kedatangan 40 orang dari rombongan Tegalrejo tersebut disambut oleh Ketua RW 23 Glintung, Purwantoro, Malang yang juga merupakan inisiator kelahiran Kampung Glintung Go Green (3G), Bambang Irianto didampingi para Srikandi 3G yang menjadi guide para rombongan berkeliling Kampung Glintung. Mereka disuguhi beragam tanaman penghijauan yang ditempatkan di masing-masing rumah warga. Bahkan di setiap rumah tampak beragam usaha yang dikelola masing-masing penghuni rumah. " Keberadaan usaha rumahan yang dikelola oleh masing-masing orang merupakan dampak dari seringnya kami menerima kunjungan. Alhamdulillah, perubahan yang kami lakukan selain mengubah lingkungan juga menambah pendapatan masyarakat, " tambah Bambang. Bambang Irianto menegaskan bahwa ada hal yang menarik di Yogyakarta yang bisa diambil dan diterapkan di kota Malang yakni adanya Peraturan Walikota jogjakarta tentang kampung wisata yang benar-benar mengatur tentang Kampung Wisata secara detail. "Jika Walikota Malang juga mengeluarkan peraturan yang sama untuk mengatur Kampung Wisata maka perkembangan Kampung Wisata atau Kampung tematik di kota Malang akan bisa semakin terarah dan bisa benar-benar bermanfaat bagi semuanya," ungkap Bambang Irianto. Selain melihat beragam penataan lingkungan, rombongan dari Kecamatan Tegalrejo juga ditunjukkan pembangkit listrik tenaga listrik mikrohidro (PLTMH) yang ada di kampung Glintung. PLTMH merupakan sumber tenaga listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai pengggeraknya seperti saluran irigasi, sungai dan jumlah debit air. (Kurniawan Sapta/ Kecamatan Tegalrejo)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Lahan Sempit Bukan Alasan Tidak Bisa Menanam Sayur
Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi melakukan panen perdana di Kampung Pangan Lestari RW 03 Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Selasa (16/10/2018) pagi. Bernama Sewu Telu", kampung sayur yang berada di Kampung Jatimulyo ini berhasil mengembangkan banyak varietas tanaman sayur dan buah. Heroe Poerwadi pun mengaku bangga dengan capaian tersebut, pihaknya mengaku akau terus mendorong kampung sayur sewu telu menjadi lebih berkembang. "Tidak ada alasan keterbatasan lahan, karena di era sekarang menanam sayuran tidak hanya dilakukan oleh petani di sawah saja, namun kita bisa dengan memanfaatkan lahan yang ada di pekarangan rumah," ucap Heroe. Pihaknya berharap, kedepan seluruh rumah di Kricak memiliki media tanam sayur dan buah. Dengan begitu Ia optimis keberadaan kampung sayur di Kricak akan semakin maju. "Kalau bisa setiap rumah menanam, sehingga bisa panen raya bareng. Dengan begitu kebutuhan pangan akan tercukupi tanpa harus membeli dari luar," imbuhnya. Dengan adanya pemanfaatan lahan ini, kata Heroe, bisa menjadi cara dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan, yang mana dapat dimulai dari bagian paling kecil yaitu dimulai dari masing-masing rumah tangga. "Pangan merupakan suatu kebutuhan dasar dari setiap manusia yang paling hakiki, oleh karena itu kebutuhan pangan pada suatu daerah mutlak harus dipenuhi," kata Heroe. Heroe mengingatkan, jumlah penduduk Indonesia, dan khususnya Kota Yogyakarta semakin bertambah setiap tahunnya, dengan diiringi peningkatan kebutuhan ketersediaan pangan. "Sementara di lain pihak, kita juga mengetahui bersama, ketersediaan area lahan pertanian semakin berkurang sebagai akibat terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman," ujarnya. Sebagai upaya dalam menghadapi tantangan tersebut, menurutnya sangat diperlukan kesadaran untuk setiap keluarga mewujudkan kemandirian pangan yang diwujud nyatakan melalui budaya menanam di lahan pekarangannya masing-masing. "Maka dari itu kegiatan Panen Raya Sayur ini bukan hanya sekedar panen biasa tetapi juga menjadi bukti bahwa di tengah-tengah keterbatasan lahan di Kota Yogyakarta, budidaya tanaman buah dan sayur ternyata masih tetap dapat dilakukan," ucap Heroe. Heroe pun optimis, apabila dikembangkan dengan baik, maka segala macam hasil pertanian ini akan dapat menjadi peluang usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat membangun kemandirian pangan. "Sehingga mampu menciptakan kestabilan dan ketahanan pangan di Kota Yogyakarta. Apalagi, hasil produk pertanian merupakan komoditas yang tidak akan lekang oleh waktu, sehingga sampai kapanpun manusia akan senantiasa membutuhkan pasokan pangan guna mencukupi kebutuhan hidupnya," jelas Heroe. Sementara itu, Ketua RW O3 Kricak Mujiyo mengatakan, sejumlah tanaman yang berhasil dikembangkan sekaligus dipanen adalah selada, kangkung, cabe, sawi, terong, hingga bayam. "Namun selain menanam sayuran dan buah, kampung sayur sewu telu juga mengembangkan budidaya ikan nila dengan memanfaatkan lahan kecil di pinggiran jalan kampung," jelasnya. Selain berhasil mananam sayur dan buah, warga juga telah berhasil membuat pupuk sendiri. Dengan begitu, menurutnya bisa menekan biaya pemeliharaan. Namun pihaknya mengaku masih kesulitan air. Selama ini warga mengandalkan air sumur masing-masing. Bahkan sempat terjadi kekeringan . "Kami berharap kedepan ada saluran irigasi khusus yang masuk ke Kricak, mungkin bisa dibuatkan saluran air dari Sleman," ujarnya. Ia menegaskan, Warga Kricak memiliki prinsip dan komitmen bahwa lahan sempit bukan alasan tidak bisa menanam sayur. (Tam)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Buka Gema Cermat, Wawali Minta Masyarakat Tak Salah Gunakan Obat
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi meminta tokoh masyarakat, organisasi masyarakat dan seluruh apoteker di Kota Yogya, proaktif menjelaskan cara pemakaian dan bahaya obat kepada masyarakat. Setiap konsumen yang membeli obat, diharapkan untuk diperlakukan secara baik, bukan sekedar menjual obat dan mengejar profit. Ia menjelaskan tujuan Gema Cermat adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan obat secara tepat dan benar. Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan kerjasama dengan berbagai stake holder, bukan hanya institusi dan lembaga pemerintah terkait dengan pemberdayaan masyarakat, pendidikan maupun komunikasi dan informasi. "Optimalisasi peran tenaga kesehatan dengan melibatkan tenaga kesehatan sebagai edukator bagi masyarakat perlu terus ditingkatkan. Khususnya peran tenaga kesehatan yang hadir pada kesempatan ini, yang diharapkan dapat memberikan edukasi secara langsung, menyenangkan, dan mudah dipahami masyarakat" katanya saat membuka sosialisasi Gema Cermat di Hotel Grand Inna Malioboro, Selasa (16/10). Pada kesempatan Wawali juga melantik 40 Apoteker AOC (agent of change), usai melantik Ia mengatakan jika 40 Apoteker AOC tersebut harus siap menjalankan prinsip dalam memberikan edukasi masyarakat tentang penggunaan obat. "Melalui program ini kredibilitas profesi apoteker sangat dipertaruhkan, sehingga besar harapan kami program ini dapat berjalan secara massive dan benar-benar dapat merubah pola pikir serta paradigma masyarakat akan penggunaan obat secara benar dan sesuai dosis" ujarnya Melalui kegiatan Gema Cermat tersebut Ia berharap dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat secara benar. Hingga pada akhirnya akan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dalam pelayanan kesehatan. "Saya berharap melalui kegiatan Gema Cermat yang melibatkan seluruh entitas di Kota Yogya dapat meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara benar; meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam penggunaan obat secara benar sekaligus penggunaan obat rasional." Tandas Wawali. (Han)
Senin 00/00/0000 00:00 WIB | oleh Warta
Wawali Reresik Malioboro bersama Masyarakat Yogya
Selasa Wage merupakan kegiatan rutin Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk membersihkan sepanjang jalan Malioboro. Aksi bersih-bersih ini meliburkan semua PKL sepanjang Jalan Malioboro guna menjaga kebersihan di area malioboro atau sering disebut reresik Malioboro. Bedanya dalam kesempatan kali ini, Selasa Wage difokuskan pada pembersihan Malioboro dari kebersihan dan jalur tuna netra malioboro. Dimana pada jalur tuna netra malioboro ini sedikitnya ada bagian yang lepas, sehingga menjadi kekhawatiran pejalan khususnya bagi tuna netra. Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi yang pada kesempatan tersebut ikut melakukan kegiatan bersih-bersih di kawasan Malioboro mengungkapkan jika aksi Selasa Wage ini diisi dengan kegiatan bersih-bersih bersama. Selain melibatan para pedagang kaki lima (PKL), pihaknya juga mengajak para pengelola toko di sepanjang jalur tersebut untuk terlibat. Aksi Selasa Wage ini dilakukan secara rutin tiap Selasa Wage. "Harapannya, kegiatan ini akan menjadi sebuah kebiasaan bagi seluruh komunitas di Malioboro. Mereka akan otomatis melakukan kegiatan bersih-bersih bersama pada Selasa Wage," ungkapnya. Heroe Poerwadi menambahkan dalam kegiatan reresik malioboro khususnya pada jalur tuna netra ini lebih di perhatikan, agar nyaman bagi pejalanan tuna netra yang berada dikawasan malioboro. Walikota berharap dengan dilaksanakan kegiatan ini akan tercipta Yogyakarta yang bersih, tertib, dan aman. Untuk kegiatan reresik malioboro hari ini, menurut wawali adalah perwujudan dari komitmen menjaga Jogja dari kebersihan yang berada dijalan maupun yang ada di trotoar. Walikota berharap kegiatan membersihkan ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga untuk Kota Yogyakarta. Kegiatan bersih-bersih Malioboro yang dilakukan pedagang dan petugas kebersihan ini dimulai sekitar pukul 06.30 wib dan terlihat selesai pukul 08.30. (Hes)