Senin 00/00/0000 00:00 WIB |
oleh
Warta
LK3 Tegalpanggung Pantau Gepeng di Wilayah Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Nyaman Huni dan Kota Istimewa. Namun di balik itu semua masih adanya Gelandangan dan Pengemis (Gepeng) di beberapa wilayah di Kota Yogyakarta.
Saat ini Pemerintah Kota Yogyakarta juga sedang mengupayakan untuk mengurangi anak jalanan di wilayah Yogya. Namun hal ini memang memerlukan waktu yang lama untuk memilah dan memberikan bantuan kepada Gepeng.
Dengan adanya ini semua pihak terkait lembaga sosial melaksanakan program pengentasan untuk kaum Pengemis, Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) dari Pemerintah Provinsi setiap tahunnya yang di selenggarakan di Bekasi, Jakarta.
Namun hal ini belum banyak di ketahui oleh pihak LSM seperti Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), kelurahan Tegalpanggung, kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta. Pekerja sosial masyarakat kota yogya mempunyai tanggungjawab berperan aktif di kota Yogya.
Sudah 65 orang, meliputi Kota Yogya yaitu terbagi dalam tiga wilayah dari utara, tengah dan selatan, masing-masing membawahi 5 kecamatan. Dengan menerjunkan petugas dijalanan untuk memantau situasi di jalan adakah pelanggaran sosial yang dilakukan di jalan.
Wakil Ketua 3, LK3 Setyo Murtikusumo menuturkan pihaknya tidak memiliki kewenangan namun ikut bertanggungjawab atas adanya orang jalanan di kota Yogya. "Kami tidak diberi kewenangan seenaknya, kami pendekatan, memberikan sapaan dan diberikan pembinaan input atau masukan untuk mereka meninggalkan jalan" katanya.
Setyo Murtikusumo menurutnya, hal ini sangat sulit untuk mengubah kondisi sosial yang sifatnya, perilaku dan sosialnya tidaklah mudah. "Pembuat kebijakan harus memahami kondisi sosiologi masyarakat. Program yang digagas oleh pemerintah daerah ini sudah ada program serupa di lapangan dan cenderung belum di ketahui oleh lembaga sosial lainnya" katanya.
Hal ini yang menyebabkan kurangnya komunikasi antara Pemerintah Provinsi dengan LSM terkait. Padahal sebagai lembaga sosial pihaknya sangat antusias untuk menuntaskan Gepeng di Wilayah Yogyakarta, ini menunjukkan masih banyak anak jalanan yang harus di bantu untuk keberlanjutan hidup yang lebih baik.
Wakil Ketua III Setyo Murtikusumo mengatakan, dengan adanya mengubah budaya dan gaya hidup suatu kalangan masyarakat bukan perkara mudah. "Kebiasaan mereka yang hidup di jalanan tanpa alas, tidak banyak bekerja, tiba-tiba di ajarkan untuk membuat suatu karya atau usaha untuk membuat hidup lebih baik hal ini bukanlah perkara yang mudah" ujuarnya.
Untuk pengentasan kehidupan para gepeng, lanjutnya, pemerintah bisa belajar dari apa yang di miliki dan di upayakan oleh LK3 ini. Dengan pendekatan yang keberlanjutan tidak hanya sebulan, setahun namun bisa hingga tiga tahun untuk mengajak para Gepeng ikut dalam pelatihan keterampilan yang diadakan oleh Pemerintah Pemerintah Provinsi.
Setyo Murtikusumo mengatakan seperti halnya anak jalanan, pengamen dan kalangan sejenis diberikan rumah tidak jauh dari wilayah lingkungan dimana mereka biasa mencari makan. Rumah ini tidak jauh dari pemukiman penduduk biasa yakni bisa dimana saja seperti di pinggiran sungai ini sudah sangat membantu agar mereka bisa bergaul dengan masyarakat yang lain.
"Mereka diberi pelatihan keterampilan dan pelan-pelan diajak keluar dari dunianya selama ini. Mereka disosialkan agar bisa berinteraksi dengan masyarakat pada umumnya. Selain itu mereka juga diberikan pendidikan. Namun proses ini memerlukan waktu yang cukup lama, bertahun-tahun," urainya.
Setyo Murtikusumo melanjutkan, upaya ini nampaknya cukup berhasil, walau hanya untuk sementara. Walau para gepeng ini sudah berubah, yang tidak bisa menerima adalah masyarakat.
Banyak kampung yang menolak mereka. Dengan kata lain kalangan ini mendapatkan resistensi dari masyarakat. Namun demikian, upaya mengentaskan anak jalanan ini bisa dikatakan berhasil walau belum banyak yang ikut dalam perubahan ini.
Setyo Murtikusumo melanjutkan, apabila pola hidup di tempat yang baru tidak jauh berbeda dengan yang sekarang, tentu tidak terlalu menjadi masalah.
Namun apabila berbeda, misalnya dari memulung menjadi pembuat tempe dan susu kedelai seperti yang diinginkan oleh salah satu orang jalanan yang berhasil ikut pembenahan diri ini, Widodo dari Yogyajarta, tentunya menjadi masalah besar. Diperlukan masa transisi atau penyesuaian yang tidak sebentar.
Selain itu Widodo dan Sairah yang dulunya di jalanan sekarang sudah dinikahkan secara massal di Bekasi saat pembinaan, beliau mengatakan, semua fasilitas di tanggung oleh LK3 dan Pemerintah Provinsi yang bekerjasama dengan Dinas Sosial.
"Disana dikasih makan tidur gratis, biaya kesana dibayari, pangan mentah dikasih, kompor dikasih tempat juga lima hari sekali ikan, sayur bumbu dan lain lain dikasih semua gratis" ungkapnya.
Widodo dan Sairah pada kesempatan saat di wawancarai mengatakan sangat berterimakasih sudah diberikan kebebasan dari hiruk pikuknya yang dahulu menjadi orang jalanan sekarang memiliki bekal untuk berdagang.
"Aku berterimakasih dari jalanan udah ada kemajuan menjadi lebih baik. Dulu saya mulung di BI alhamdulillah dulu hanya cukup buat makan, saya berterimaksih kepada pak mukti dan teman-teman yang membantu aku bangga dibantu oleh LK3" ungkapnya
Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan menjadi jembatan untuk terus meminimalisir gepeng, kekumuhan dan permasalahan sosial. (Hes)